Pada sore hari tanggal 14 Juli, dalam rangka AMM-56, Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son dan negara-negara lain menghadiri Forum Regional ASEAN (ARF) ke-30.
Kedua negara meninjau pelaksanaan kegiatan forum pada tahun ajaran 2022-2023, bertukar arahan untuk ARF di masa mendatang, dan membahas isu-isu regional dan internasional yang menjadi perhatian bersama. Kedua negara menegaskan pentingnya ARF sebagai forum terdepan di kawasan untuk mendorong dialog dan kerja sama di bidang politik dan keamanan, serta berkontribusi pada upaya bersama untuk membangun kepercayaan dan diplomasi preventif. Kedua negara menekankan bahwa ARF merupakan komponen tak terpisahkan dari struktur regional dengan ASEAN sebagai pusatnya. Dalam konteks perubahan yang kompleks dan tak terduga, para Menteri sepakat untuk meningkatkan efektivitas operasi ARF, mempromosikan nilai, vitalitas, dan daya adaptasi Forum terhadap peluang dan tantangan saat ini dan di masa mendatang. Kedua negara sepakat untuk memelihara kerja sama di bidang keamanan maritim, bantuan bencana, keamanan siber, penanggulangan terorisme dan kejahatan transnasional, nonproliferasi dan pelucutan senjata nuklir, kerja sama pertahanan, pemeliharaan perdamaian, dan lain-lain, serta menyetujui daftar kegiatan untuk tahun 2023-2024. Vietnam akan menjadi ketua bersama sejumlah kegiatan ARF mengenai implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982), antiterorisme dan kejahatan transnasional, serta antiterorisme kimia, biologi, nuklir, dan radiologi.
Menteri Bui Thanh Son meninjau perkembangan ARF selama 30 tahun terakhir, menekankan bahwa kontribusi besar ARF adalah membentuk kebiasaan konsultasi dan dialog. (Foto: Tuan Anh)
Pada kesempatan ini, Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son mengumumkan bahwa Vietnam akan menjadi ketua bersama Kelompok Antar-Sesi ARF untuk Penanggulangan Bencana untuk periode 2024-2026 bersama Bangladesh dan Sri Lanka. Konferensi tersebut mengadopsi Pernyataan Bersama untuk memperingati 30 tahun ARF, yang disponsori bersama oleh Indonesia, Vietnam, dan Kanada. Pernyataan tersebut menegaskan kembali peran utama ASEAN dalam arsitektur regional, berkomitmen untuk mempromosikan dialog yang konstruktif, meningkatkan kerja sama, serta memastikan partisipasi dan kontribusi proaktif dan penuh dari negara-negara terhadap perkembangan ARF. Menteri Bui Thanh Son meninjau perkembangan ARF selama 30 tahun terakhir, menekankan bahwa kontribusi besar ARF adalah membentuk kebiasaan konsultasi dan dialog. Proses membangun sikap bersama ASEAN terkait isu Laut Timur merupakan bukti nyata upaya dan pencapaian konsultasi, yang menegaskan dan memajukan prinsip-prinsip dasar seperti penyelesaian sengketa secara damai, penghormatan terhadap hukum internasional, dan UNCLOS 1982. Membahas arah masa depan, Menteri Bui Thanh Son menekankan perlunya memastikan peran sentral ASEAN, menjunjung tinggi tujuan dan prinsip ARF, merumuskan agenda substantif, memajukan tanggung jawab anggota, dan mempertahankan pendekatan yang seimbang dan inklusif. Budaya dialog dan konsultasi perlu dipertahankan, diperkuat, dan dikembangkan dengan ASEAN sebagai pusatnya, sehingga berkontribusi pada perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan.Tinjauan Umum Forum Regional ASEAN (ARF) ke-30. (Foto: Tuan Anh)
Membahas situasi internasional dan regional, kedua negara bertukar pandangan mengenai perkembangan kompleks terkini, berbagi pandangan ASEAN yang berimbang dan objektif, serta mendukung ASEAN dalam mempromosikan peran sentralnya dalam membentuk struktur regional yang terbuka, transparan, inklusif, dan berbasis hukum internasional. Menteri Bui Thanh Son menegaskan kembali pendekatan Vietnam, dengan menjadikan dialog, konsultasi, dan membangun kepercayaan sebagai alat utama dalam menyelesaikan perselisihan dan perbedaan. Menteri tersebut menegaskan bahwa selama 30 tahun terakhir, melalui konsultasi, ASEAN telah berhasil membangun sikap bersama di Laut Timur dengan prinsip-prinsip seperti pengendalian diri, penyelesaian sengketa secara damai, penghormatan terhadap hukum internasional, dan UNCLOS 1982. "Sambil berkomitmen untuk mengimplementasikan DOC secara penuh dan efektif, ASEAN dan Tiongkok bekerja sama menuju COC yang substantif, efektif, dan konsisten sesuai dengan hukum internasional, UNCLOS 1982," ujar Menteri Bui Thanh Son. Pada akhir rangkaian Konferensi ini, para Menteri Luar Negeri mengadopsi dan mengakui hampir 40 dokumen dari berbagai jenis, yang mana Komunike Bersama Konferensi AMM ke-56 secara komprehensif mencerminkan isi dan hasil diskusi.
Komentar (0)