Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Robot 'merasakan sakit' seperti manusia berkat kulit buatan

Dengan kulit buatan, robot sekarang dapat merasakan lingkungan seperti manusia.

Báo Tuổi TrẻBáo Tuổi Trẻ17/07/2025

Robot 'biết đau' như con người nhờ da nhân tạo - Ảnh 1.

Close-up tangan robotik dengan kulit hidrogel - Foto: Universitas Cambridge

Tak lagi sekadar film, robot masa kini secara bertahap mampu merasakan sentuhan, suhu, dan bahkan cedera. Tujuannya bukan untuk menanamkan emosi pada robot, melainkan untuk membantu mereka bereaksi secara fleksibel, belajar dari tabrakan, dan membantu manusia dengan lebih aman di lingkungan nyata.

Dari fiksi ilmiah ke laboratorium: robot mulai "merasakan"

Selama bertahun-tahun, gagasan robot dengan sensasi sentuhan hanya muncul di film-film. Dalam kehidupan nyata, konsep ini dianggap tidak perlu karena robot adalah alat yang tidak peka. Namun, hal itu menjadi kendala ketika robot digunakan untuk membantu manusia di lingkungan nyata.

Faktanya, ketika robot bekerja di ruang hunian atau rumah sakit, kurangnya kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi yang tidak biasa dapat menimbulkan risiko. Hal ini membuat para ilmuwan mulai bertanya lagi: haruskah robot "merasa" seperti manusia untuk menangani situasi dengan lebih baik?

Untuk menjawab pertanyaan ini, tim di Universitas Cambridge dan UCL telah mengembangkan kulit buatan yang terbuat dari hidrogel konduktif yang dapat meniru cara kulit manusia mengirimkan sinyal sensorik. Kulit ini memungkinkan robot untuk secara akurat merekam rangsangan fisik dari lingkungan.

Menurut penelitian Tuoi Tre Online , banyak pusat penelitian lain juga mengejar arah ini, seperti Institut Max Planck di Jerman atau Universitas Nasional Seoul, dengan teknologi kulit lembut yang dapat menyembuhkan diri sendiri dan menciptakan umpan balik sentuhan yang tepat.

Robot dengan indra peraba untuk bertindak lebih cerdas

Rasa sakit pada robot tidak dimaksudkan untuk mereplikasi emosi manusia, melainkan untuk tujuan yang sangat praktis: membantu robot merespons dengan lebih cerdas dan aman selama bekerja. Integrasi kulit buatan yang dapat mendeteksi gaya benturan atau suhu abnormal membantu robot mengenali risiko bahaya bagi diri mereka sendiri atau orang-orang yang berinteraksi dengan mereka.

Ketika robot diprogram untuk "merasakan rasa sakit", mereka akan menyesuaikan gaya, mengubah posisi, atau menghentikan operasi jika merasakan sesuatu yang tidak biasa. Hal ini sangat penting dalam lingkungan medis , di mana robot dapat membantu pasien atau lansia. Robot perawat dengan kulit sensor akan lebih lembut, dan tahu untuk "mundur" jika menghadapi perlawanan, sehingga tidak melukai pasien.

Di bidang penyelamatan, indra suhu atau getaran membantu robot mengidentifikasi area berbahaya dan segera mundur. Teknologi ini juga diharapkan dapat membantu penyandang disabilitas: kulit elektronik yang terpasang pada lengan robot membantu mereka menerima umpan balik taktil setiap kali bergerak.

Menurut profesor Fumiya Iida, tujuan tim ini adalah untuk mengembangkan refleks perlindungan diri bagi robot, bukan untuk menciptakan emosi.

Dari sentuhan hingga emosi: Di ​​mana batasan teknologinya?

Seiring robot dapat merespons tekanan, perubahan suhu, atau mendeteksi luka, banyak yang mulai bertanya-tanya: Apakah mesin mendekati ranah emosional yang hanya dimiliki manusia? Meskipun reaksi-reaksi ini sepenuhnya merupakan hasil pemrograman, reaksi-reaksi ini semakin menyerupai cara manusia mengekspresikan rasa sakit, kewaspadaan, atau ketakutan.

Kesamaan inilah yang mengaburkan batas antara sentuhan dan emosi bagi pengguna. Jika robot terlihat seperti manusia dan menarik tangannya saat dalam bahaya, pengguna akan mudah terikat secara emosional, bahkan merasa dipahami.

Di bidang-bidang seperti kesehatan mental, pendidikan anak usia dini, atau layanan pelanggan, hal ini bisa menjadi alat yang ampuh untuk membangun empati. Namun, hal ini juga berisiko menciptakan ilusi bahwa robot benar-benar memiliki perasaan, yang berujung pada ketergantungan atau kesalahpahaman terhadap teknologi tersebut.

Para ilmuwan menekankan bahwa robot tidak benar-benar merasakan sakit , tidak memiliki kesadaran atau emosi. Semua perilaku hanyalah respons terhadap aturan yang telah dirancang sebelumnya. Masalahnya adalah manusia dapat menafsirkan reaksi tersebut sebagai ekspresi emosional, dan itulah batasan teknologi yang perlu dibicarakan lebih jelas oleh masyarakat dalam waktu dekat.

Kembali ke topik
THANH THU

Sumber: https://tuoitre.vn/robot-biet-dau-nhu-con-nguoi-nho-da-nhan-tao-20250717102826532.htm


Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini
Di musim 'berburu' rumput alang-alang di Binh Lieu
Di tengah hutan bakau Can Gio
Nelayan Quang Ngai kantongi jutaan dong setiap hari setelah menang jackpot udang

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Com lang Vong - rasa musim gugur di Hanoi

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk