Di negara yang terkenal bersih, modern, dan disiplin seperti Singapura, pertanyaan alami yang muncul adalah: Mengapa ada begitu banyak burung gagak?
Selama tinggal di Singapura pada pertengahan Juli - puncak musim turis di Asia Tenggara - banyak wisatawan Vietnam memiliki satu kesamaan yang mengejutkan: mereka menjumpai banyak burung gagak di mana-mana, dari kawasan pemukiman HDB, taman, area makan luar ruangan (pusat jajanan) hingga tempat parkir dekat MRT (kereta bawah tanah).
Tuan Tran My (35 tahun, Kota Ho Chi Minh) terkejut ketika burung gagak berkokok keras di jantung negara kepulauan tersebut.
FOTO: NVCC
"Awalnya saya pikir saya salah dengar, tapi ketika saya mendongak, saya melihat puluhan burung gagak bertengger di pepohonan, berkaok keras seolah-olah sedang konferensi. Mereka ada di mana-mana, ke mana pun ada sampah, mereka akan terbang," kata Ibu Minh An (27 tahun, Kota Ho Chi Minh), seorang pengunjung pertama kali ke Singapura.
Banyak orang terkejut: "Saya pikir hanya India atau pedesaan yang punya banyak burung gagak, tapi siapa sangka Singapura, negara yang terkenal dengan kerapian dan kebersihan jalanannya, punya kawanan burung gagak yang terbang di angkasa," tulis Bapak Tran My (35 tahun, Kota Ho Chi Minh) di media sosial.
Mengapa burung gagak " bermukim" di Singapura?
Menurut para ahli ekologi perkotaan di Singapura, spesies gagak yang paling umum di negara kepulauan itu saat ini adalah Gagak Rumah (Corvus splendens), yang berasal dari Asia Selatan, terutama dari India dan Sri Lanka dan diperkenalkan ke Singapura pada abad ke-20 melalui aktivitas perdagangan maritim.
Berkat daya adaptasinya yang luar biasa, kecerdasannya, keberaniannya, dan terutama pola makannya yang "santai", burung gagak berkembang biak dengan cepat. Dari beberapa lusin individu, jumlah burung gagak di Singapura kini diperkirakan telah melampaui ratusan ribu, menciptakan "populasi burung perkotaan" yang paling luar biasa di kawasan tersebut.
Gagak rumah biasanya memiliki bulu hitam berkilau, kepala keabu-abuan, paruh runcing, dan suara yang sangat nyaring. Mereka sering berkumpul dalam kawanan besar, bersarang di pohon tinggi, atap, atau tiang listrik. Keistimewaannya adalah mereka suka memakan sampah, sisa makanan, dan kotoran manusia. Meskipun terkenal sebagai salah satu kota terbersih di dunia , bukan berarti Singapura bebas dari sampah, terutama sampah organik dan sisa makanan.
Maxwell Food Centre - pasar makanan terkenal di Singapura
FOTO: LE NAM
Di kawasan perumahan HDB (perumahan umum), pasar tradisional, atau pusat jajanan, makanan yang tumpah, sampah yang tidak tertutup, atau kotak makan siang yang terlupakan masih menjadi "harta karun" bagi gagak. Dengan ingatan yang baik dan pengamatan yang tajam, gagak dengan mudah mengenali tempat yang banyak makanannya dan tempat yang minim campur tangan manusia, dan dari sana, mereka berbondong-bondong untuk mengambil alih.
Selain itu, minimnya predator alami seperti elang, burung hantu, atau ular di perkotaan membuat burung ini merasa aman untuk berkembang biak. Iklim hangat sepanjang tahun dan rimbunnya pepohonan di Singapura juga menjadi lingkungan ideal bagi burung gagak untuk bersarang dan bertengger.
Pihak berwenang menggunakan... penembak jitu untuk mengendalikan burung gagak
Faktanya, Singapura tidak acuh terhadap "pendudukan burung gagak" di kota tersebut. Sejak tahun 1990-an, pemerintah telah menjalankan kampanye pengendalian burung gagak, termasuk menghancurkan sarang, membatasi area bertelur, dan bahkan menembaki burung gagak dengan senapan angin di daerah padat penduduk—sebuah tindakan yang sangat kontroversial.
Namun, "pengelolaan" gagak tetap harus menyeimbangkan efisiensi ekologis dengan faktor etika. Banyak organisasi perlindungan hewan menentang kampanye pemusnahan burung dan mendesak pemerintah untuk menemukan solusi yang lebih berkelanjutan, seperti mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, mengganti tutup tempat sampah agar tidak dapat dibuka oleh gagak, dan mengelola sampah makanan di area permukiman.
Penduduk Singapura secara bertahap mulai terbiasa dengan kehadiran dan suara burung gagak.
FOTO: LE NAM
Banyak warga Singapura sudah terbiasa dengan keberadaan burung gagak, bahkan menganggapnya sebagai "bagian dari lanskap suara kota". Namun, bagi wisatawan asing, terutama dari Vietnam, yang jarang melihat gagak di perkotaan, menjumpai kawanan gagak di kota seperti Singapura masih merupakan hal yang aneh.
"Berjalan di pagi hari dan mendengar burung gagak berkokok keras seperti adegan film, saya pikir Halloween datang lebih awal. Tapi ketika saya bertanya kepada penduduk setempat, semua orang berkata: 'Biasa saja, banyak burung gagak di sini'," kata Ibu Diem Tran (seorang turis dari Da Nang).
Sumber: https://thanhnien.vn/sao-singapore-sach-the-sao-nhieu-qua-vay-185250728125025605.htm
Komentar (0)