Markas T1 kembali menjadi pusat perhatian ketika dua truk berisi pesan-pesan yang mengkritik pimpinan muncul di luar gedung. Pelaku aksi ini mengaku sebagai penggemar penembak Gumayusi. Di masyarakat, banyak yang percaya bahwa ini sudah diprediksi, karena setiap kali terjadi gejolak internal T1, bentuk protes dengan truk hampir menjadi "tradisi".
![]() |
Dua truk terparkir di depan gedung T1, memperlihatkan gelombang protes dari para penggemar. Foto: X. |
Truk pertama (kiri) muncul dengan pesan yang ditujukan langsung kepada manajemen T1. Isinya mengklaim bahwa tim eksekutif "tidak kompeten" dan menuntut pengunduran diri mereka. Truk tersebut juga menuduh bahwa meskipun T1 menerima sponsor besar, manajemen tetap gagal memperbarui kontrak dengan Triple FMVP, menjadikan organisasi tersebut bahan tertawaan seluruh industri esports . Pesan terakhir menegaskan bahwa proses restrukturisasi T1 saat ini adalah "yang terburuk".
Sementara itu, truk kedua (kanan) berfokus mengkritik Chief Operating Officer (COO) SKT T1, menggunakan kata-kata yang lebih kasar, menyebutnya "sampah tak berguna" dan menuntut pengunduran dirinya. Slogan lain mengkritik klub tersebut sebagai tidak kompeten dan tidak layak memiliki penembak jitu terhebat sepanjang sejarah.
Insiden ini terjadi tepat setelah T1 gagal mempertahankan FMVP Kejuaraan Dunia 2025 (W25). Bagi sebagian penggemar, ini membuktikan bahwa terdapat banyak masalah dalam tim, terutama dalam manajemen dan restrukturisasi personel.
Meski bukan satu-satunya yang dikritik atas penampilannya, Gumayusi kembali menjadi sasaran kontroversi. Selama setahun terakhir, T1 AD Carry menjadi nama yang paling sering dikritik oleh sebagian penggemar.
Dari cerita transfer di akhir tahun 2024 hingga kontroversi sepanjang musim 2025, setiap kali ada drama di sekitar T1, Gumayusi terseret ke dalamnya sebagai bagian dari konflik, bahkan dalam pesan yang tidak terkait langsung dengannya.
Situasi tersebut menciptakan banyak tekanan. Banyak penggemar mengatakan bahwa Gumayusi harus menanggung kritik dari media sosial hingga kanal-kanal anggota T1. Beberapa pendapat lain juga mempertanyakan sikap acuh tak acuh pimpinan, terutama setelah insiden ketidakhadirannya dalam video penghormatan kejuaraan musim 2024.
Menggunakan truk untuk menekan tim esports merupakan tren umum di Korea, terutama di organisasi besar seperti T1. Setiap kali terjadi keputusan kontroversial, sebagian penggemar memilih bentuk ekspresi yang kuat ini sebagai cara untuk memaksa tim merespons.
Sumber: https://znews.vn/t1-bi-chi-trich-post1604030.html







Komentar (0)