Mendinginnya inflasi selama beberapa bulan terakhir telah memungkinkan sebagian besar bank sentral di negara-negara berkembang Asia Timur untuk menunda kenaikan suku bunga, dan beberapa telah mulai memangkasnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi .
Namun, tekanan harga yang meningkat, pasar kerja yang solid, dan pertumbuhan ekonomi yang kuat di AS dapat mendorong Federal Reserve AS (Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, menurut edisi terbaru Asia Bond Monitor yang diterbitkan pada 11 September.
Asia Timur yang sedang berkembang mencakup negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Tiongkok, termasuk Hong Kong, dan Korea Selatan.
Menurut laporan tersebut, kondisi ekonomi di sebagian besar pasar negara berkembang Asia Timur membaik selama periode 1 Juni hingga 31 Agustus, berkat peralihan dari kenaikan suku bunga baru-baru ini, ditambah dengan fundamental ekonomi yang solid.
Bapak Albert Park, Kepala Ekonom Bank Pembangunan Asia ADB.
Sentimen positif investor di pasar regional telah berkontribusi pada penurunan premi risiko, pemulihan pasar ekuitas, dan arus masuk portofolio bersih ke pasar obligasi. Namun, di Tiongkok, prospek ekonomi yang suram terus membebani pasar keuangan domestik.
Sementara itu, suku bunga di kawasan ini tetap tinggi. Biaya pinjaman yang lebih tinggi telah menjadi salah satu faktor di balik tekanan utang dan gagal bayar obligasi di beberapa pasar Asia dalam beberapa bulan terakhir.
"Sektor perbankan Asia telah menunjukkan ketahanan selama gejolak perbankan baru-baru ini di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi kami juga melihat kelemahan dan gagal bayar di antara peminjam, baik di sektor publik maupun swasta," kata Albert Park, kepala ekonom ADB.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi merupakan tantangan, terutama bagi peminjam dengan tata kelola dan neraca yang lemah, kata Park.
Total obligasi mata uang lokal di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang naik 2,0% dalam tiga bulan hingga Juni menjadi $23,1 triliun. Peningkatan obligasi pemerintah dan korporasi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Banyak pemerintah meningkatkan penerbitan obligasi pada Q1 2023, sementara sektor pemerintah dan korporasi memiliki jatuh tempo yang cukup besar di sebagian besar pasar.
Obligasi berkelanjutan di ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea (ASEAN+3) tumbuh 5,1% secara kuartalan menjadi US$694,4 miliar, menyumbang 19,1% dari pasar obligasi berkelanjutan global. ASEAN+3 tetap menjadi pasar obligasi berkelanjutan regional terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa, meskipun segmen ini hanya menyumbang 1,9% dari total pasar obligasi grup tersebut .
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)