Kebiasaan menghisap jempol jika dilakukan secara terus menerus dapat berdampak pada gigi, rahang anak... - Ilustrasi foto
Mengisap jempol adalah tindakan alami yang muncul di dalam rahim, dan oleh para ahli disebut refleks mengisap. Statistik menunjukkan bahwa 25-50% anak usia 3-6 tahun memiliki kebiasaan ini, dan sebagian besar akan berhenti pada usia 5 tahun.
Namun, jika kebiasaan ini dilakukan dalam jangka panjang dan terus-menerus, mengisap jempol dapat berdampak negatif pada gigi, rahang, pengucapan, estetika wajah, dan bahkan psikologi anak. Tingkat kebiasaan buruk ini sangat bervariasi di setiap negara.
Ada berbagai teori tentang kebiasaan ini, tetapi mungkin melibatkan beberapa faktor:
Naluri bertahan hidup : Bahkan saat masih dalam kandungan, janin dapat mengisap jari-jarinya. Ini adalah refleks bertahan hidup yang membantu bayi belajar menyusu, mencari rasa aman dan nyaman.
Kebutuhan emosional : Mengisap jempol merupakan stimulasi bibir dan mulut untuk kepuasan emosional, dan bayi mengasosiasikan mengisap jempol dengan perasaan puas seperti lapar, kedekatan dengan orang tua, dan rasa aman. Saat bosan, stres, atau tidak digendong ibu, bayi cenderung mengisap jempol untuk menenangkan diri.
Pembentukan kebiasaan: Jika kebutuhan mengisap tidak terpenuhi saat menyusui, bayi mungkin beralih ke jari sebagai alternatif.
Kebanyakan anak akan berhenti mengisap jempol seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 4-5 tahun. Namun, jika kebiasaan ini berlanjut hingga tahap tumbuh gigi permanen (usia 6-7 tahun ke atas) atau jika anak mengisap terlalu banyak atau terlalu keras, hal ini dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga bagi kesehatan mulut.
Bagaimana kebiasaan mengisap jempol dalam jangka waktu lama berdampak pada anak?
Konsekuensi dari kebiasaan ini bergantung pada intensitas, frekuensi, dan durasi kebiasaan tersebut, serta cara ibu jari dihisap (posisi jari di dalam mulut). Di antara faktor-faktor ini, durasi kebiasaan memainkan peran yang paling penting.
Studi menunjukkan bahwa mengisap jempol setidaknya 4-6 jam sehari dengan kekuatan sedang akan menyebabkan pergerakan gigi. Oleh karena itu, jika anak mengisap jempol dengan kekuatan besar tetapi tidak terus-menerus, hal itu tidak akan menyebabkan pergerakan gigi. Sementara itu, anak yang mengisap terus-menerus selama lebih dari 6 jam akan menyebabkan pergerakan gigi yang signifikan.
Karena mengisap jempol biasanya hanya terjadi saat anak sedang sendirian, maka perlu mengamati perilaku anak secara diam-diam saat anak sedang bermain sendiri, misalnya melalui video , melalui jendela observasi, atau melalui pemeriksaan mendadak yang tidak diumumkan.
Kebiasaan menghisap jari memang terlihat tidak berbahaya, namun jika dilakukan dalam jangka panjang dapat menimbulkan beberapa masalah, yaitu:
Dampak pada gigi dan rahang
• Gigi depan atas menonjol keluar, gigi bawah melengkung ke dalam: Akibat tekanan jari pada gigi depan dan tulang rahang, menyebabkan gigi tumbuh ke arah yang salah, sehingga meningkatkan celah antara gigi atas dan bawah.
• Gigitan terbuka: Ketika anak-anak sering mengisap jari, gigi seri atas dan bawah tidak dapat bersentuhan saat menggigit, sehingga menyebabkan gigitan terbuka, sehingga sulit mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Gigitan terbuka dapat menyebabkan dorongan lidah sekunder.
• Rahang atas yang sempit dan cacat: Kekuatan menghisap yang berkepanjangan menyebabkan rahang atas tertekan, yang dapat menyebabkan gigitan silang, yang memengaruhi estetika wajah.
• Efek pada pengucapan: Anak-anak mungkin cadel dan kesulitan mengucapkan bunyi seperti "s", "z", "t" dengan benar karena gigi dan struktur rahang yang tidak normal.
• Jari cacat: Jari yang sering dihisap akan lebih pipih, kulitnya mungkin mengelupas, dan mungkin lebih kering atau basah dibandingkan jari lainnya.
Dampak psikologis dan sosial
• Anak-anak yang mengisap jempol saat dewasa mungkin akan diejek oleh teman-temannya, kehilangan rasa percaya diri, dan perkembangan psikologisnya terpengaruh.
• Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dengan kebiasaan ini ketika memasuki kelas satu sering kali memiliki tingkat kesadaran sosial yang lebih rendah daripada teman-temannya.
Efek pada otot bibir dan dagu
• Bibir tidak menutup sempurna, bibir atas pendek dan tonusnya berkurang. Bibir atas pasif saat menelan.
• Tonus bibir bawah meningkat karena kontraksi otot dagu yang kuat saat menelan, lipatan dagu dapat terlihat jelas.
• Bibir bawah ditempatkan di belakang gigi depan atas karena kontraksi kuat otot dagu saat menelan.
• Bibir bawah bersentuhan dengan permukaan bagian dalam gigi anterior atas, sehingga menimbulkan gaya yang meningkatkan overbite dan overjet gigi anterior atas.
Mempengaruhi posisi dan fungsi lidah
• Pisau ditempatkan pada posisi rendah.
• Meningkatnya risiko lidah terdorong akibat penutupan bibir yang tidak sempurna dan gigi seri atas yang menonjol sering kali menyebabkan lidah terdorong sebagai kompensasi untuk menciptakan ruang vakum yang diperlukan saat menelan.
Pada jari: Pemeriksaan menunjukkan bahwa jari yang dihisap membesar, rata dan basah, membantu dokter gigi memastikan kebiasaan ini tanpa harus bertanya kepada anak atau orang tua.
Mengisap jempol menyebabkan jari datar dan basah - Ilustrasi foto
Bagaimana mengenali kebiasaan mengisap jempol yang berbahaya pada anak?
Tanda-tanda yang mudah dikenali meliputi:
• Anak-anak mengisap jempolnya berkali-kali dalam sehari, terutama saat lelah, mengantuk, cemas, atau sendirian.
• Jari yang sering dihisap mungkin bengkak, pipih, merah, atau bersisik.
• Bila melihat ke dalam mulut, terlihat gigi depan atas mencuat keluar, gigi bawah bengkok ke dalam, ada celah di antara kedua rahang, gigi tumbuh bengkok, dan anak bahkan cadel.
• Setelah berusia 5 tahun, anak masih mempertahankan kebiasaan menghisap ibu jarinya secara teratur.
Jika kebiasaan mengisap jempol berhenti sebelum gigi permanen tumbuh (sekitar usia 6-7 tahun), sebagian besar kelainan gigi akan membaik seiring tumbuhnya gigi baru. Jika anak terus mengisap jempol setelah gigi permanen tumbuh, intervensi oleh dokter gigi diperlukan.
Apa yang harus dilakukan orang tua untuk membantu anak menghentikan kebiasaan mengisap jari?
Tujuan perawatan: Meningkatkan fungsi mengunyah, meningkatkan fungsi estetika, menghindari ketidaksesuaian tulang premolar permanen jika terdapat ketidaksesuaian tulang alveolar-gigi, menciptakan kondisi untuk pematangan menelan, membantu lidah memiliki posisi fisiologis yang benar.
Biasanya anak-anak akan berhenti mengisap jempol jika diingatkan oleh keluarga. Jika anak tidak dapat menghentikan kebiasaan ini, sebaiknya bicarakan langsung dengan dokter gigi mengenai kebiasaan tersebut. Jika diperlukan tindakan perawatan, waktu yang tepat adalah usia 4-6 tahun.
Namun, bagi anak-anak yang baru saja mengalami stres atau perubahan besar dalam hidup, seperti pindah rumah atau pindah sekolah, perawatan sebaiknya ditunda. Setelah kebiasaan tersebut dihilangkan sebelum gigi seri erupsi sepenuhnya, gigitan terbuka dan gigitan terbuka akan kembali normal selama proses tumbuh gigi.
Prinsip yang paling penting: Jangan menghukum atau menekan anak-anak, tetapi dampingi, dorong, dan motivasi mereka!
Perawatan khusus mungkin termasuk:
1. Jelaskan dan dorong anak-anak:
Bicaralah dengan lembut dan jelaskan kepada anak Anda mengapa mereka harus berhenti mengisap jempol. Jika memungkinkan, berikan contoh atau tunjukkan gambar konsekuensinya.
2. Hadiah:
Tetapkan tujuan kecil (misalnya, satu bintang untuk satu hari tanpa mengisap jempol, tujuh bintang untuk hadiah yang lebih besar). Penguatan positif sangat efektif.
3. Pengingat lembut:
Saat Anda melihat anak Anda mengisap jempolnya, ingatkan dia untuk beralih ke hal lain (memeluk boneka binatang, memegang mainan, dan lain-lain).
4. Oleskan tastan ke jari Anda:
Anda dapat menggunakan jus lemon, minyak esensial pahit, atau produk anak-anak untuk dioleskan pada jari yang sering dihisap, untuk menciptakan perasaan aneh dan membantu anak mengingat untuk tidak menghisap.
5. Kenakan sarung tangan dan perban jari:
Terutama pada malam hari atau saat anak sendirian, bantu anak secara bertahap mengurangi tindakan memasukkan tangan ke mulut.
6. Jika langkah-langkah di atas tidak berhasil: Konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat membuat alat khusus yang dipasang di mulut untuk mencegah anak mengisap jempol, dikombinasikan dengan penyesuaian gigi yang tumbuh bengkok.
7. Kasus khusus:
Jika anak memiliki masalah psikologis yang menyertai (stres, depresi, sindrom perkembangan...), perlu untuk mengoordinasikan perawatan dengan psikolog atau dokter anak.
Saran dari para ahli
• Mengisap jempol adalah refleks fisiologis yang normal, jangan terburu-buru menghukum anak Anda.
• Jika kebiasaan ini berlanjut setelah usia 5 tahun atau jika ada tanda-tanda yang tidak biasa pada gigi atau masalah rahang, bawa anak Anda ke dokter gigi sesegera mungkin.
• Kesabaran, persahabatan dan dorongan orang tua merupakan faktor terpenting dalam membantu anak menghentikan kebiasaan ini.
Prof. Dr. Vo Truong Nhu Ngoc
Sumber: https://tuoitre.vn/thoi-quen-mut-ngon-tay-o-tre-em-hieu-dung-de-phong-ngua-va-dieu-tri-20250704233849628.htm
Komentar (0)