Salah satu poin baru yang perlu diperhatikan adalah penambahan peraturan tentang cuti sakit setengah hari (Pasal 5, Pasal 45). Peraturan ini menunjukkan fleksibilitas dan kemanusiaan, menanggapi kenyataan ketika karyawan mungkin perlu beristirahat sejenak untuk berobat atau berobat.
Dengan demikian, tunjangan cuti sakit setengah hari akan dihitung setengah dari tunjangan cuti sakit satu hari. Saat menghitung tunjangan cuti sakit bagi karyawan yang tidak masuk kerja kurang dari sehari penuh, Undang-Undang secara khusus menetapkan: ketidakhadiran kerja kurang dari setengah hari akan dihitung setengah hari; dari setengah hari hingga kurang dari satu hari akan dihitung satu hari. Hal ini membantu karyawan menikmati sistem cuti sakit dengan cara yang lebih adil dan lebih jelas.
Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2024 telah mengesahkan dan melengkapi ketentuan mengenai hak pekerja atas santunan cuti sakit (Angka a, c, d, Ayat 1 dan Angka b, Ayat 2, Pasal 42), meliputi: Pengobatan Penyakit Non-Kerja: Merupakan hal yang paling banyak dijumpai, yang menjamin pekerja mendapatkan santunan apabila menderita penyakit umum; Pengobatan Kecelakaan Saat Perjalanan dari Rumah ke Tempat Kerja atau dari Tempat Kerja ke Rumah dengan Rute dan Waktu yang Wajar sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Donor, Pengambilan, dan Transplantasi Jaringan dan Organ Tubuh Manusia: Tambahan ini merupakan bentuk dorongan dan dukungan terhadap tindakan kemanusiaan dan mulia.
Dalam hal penggunaan obat prekursor atau obat kombinasi yang mengandung prekursor sebagaimana diresepkan oleh dokter di fasilitas pemeriksaan dan perawatan medis, hal ini menjamin hak-hak karyawan ketika harus dirawat dengan obat-obatan spesifik dan kompleks sesuai dengan instruksi medis .
Poin penting lainnya adalah amandemen peraturan cuti sakit jangka panjang. Dengan demikian, karyawan dapat menikmati cuti sakit maksimal 30 hingga 70 hari dalam setahun, tergantung pada kondisi kerja (kelompok industri, pekerjaan, dll.). Besaran tunjangan awal masih 75% dari gaji yang digunakan sebagai dasar iuran jaminan sosial.
Khususnya, apabila setelah jangka waktu tersebut, pegawai tetap menerima pengobatan karena suatu penyakit yang termasuk dalam daftar penyakit yang memerlukan pengobatan jangka panjang yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan , maka pegawai tersebut akan tetap menikmati rezim cuti sakit dengan tingkat manfaat yang lebih rendah, yang dibedakan menurut waktu pembayaran iuran jaminan sosial wajib: Sebesar 65% dari gaji yang dijadikan dasar pembayaran iuran jaminan sosial apabila pegawai tersebut telah membayar iuran jaminan sosial wajib selama 30 tahun atau lebih; Sebesar 55% dari gaji yang dijadikan dasar pembayaran iuran jaminan sosial apabila pegawai tersebut telah membayar iuran jaminan sosial wajib selama 15 tahun sampai kurang dari 30 tahun; Sebesar 50% dari gaji yang dijadikan dasar pembayaran iuran jaminan sosial apabila pegawai tersebut telah membayar iuran jaminan sosial wajib selama kurang dari 15 tahun.
Peraturan ini menunjukkan keadilan, mendorong karyawan untuk berpartisipasi dalam asuransi sosial jangka panjang dan pada saat yang sama memastikan tingkat dukungan minimum bagi mereka yang sayangnya menderita penyakit serius dan memerlukan perawatan jangka panjang.
Untuk mengurangi beban keuangan karyawan selama perawatan, Undang-Undang Jaminan Sosial 2024 juga menambahkan ketentuan penting: iuran asuransi kesehatan karyawan akan dibayarkan oleh Dana Jaminan Sosial selama cuti sakit 14 hari kerja atau lebih per bulan. Hal ini membantu karyawan merasa lebih aman terkait biaya pengobatan ketika mereka tidak memiliki penghasilan karena sakit.
Sumber: https://baophapluat.vn/tu-17-thuc-hien-nhieu-diem-moi-bao-ve-quyen-loi-nguoi-lao-dong-khi-om-dau-post553368.html
Komentar (0)