Budaya bekerja sampai kelelahan, yang sering disebut dengan nama indah "budaya hustle", tak pernah mendinginkan nadi dunia bisnis papan atas, dan Mark Cuban adalah penginjilnya yang paling antusias. Baginya, jika Anda benar-benar serius dengan kata "sukses", konsep "keseimbangan" hanyalah ilusi.
Mantan juri "Shark Tank" ini telah membagikan formula jitunya untuk menang: berbuat lebih banyak, berbuat lebih baik daripada pesaing Anda. Untuk melakukannya, Anda harus mengingat sebuah kebenaran yang kejam: "Selalu ada seseorang di luar sana yang bekerja 24/7 dengan hanya satu tujuan: menendang Anda keluar dari permainan."
Ketakutan Sang Penguasa: Bukan Kehilangan Sebuah Pesta, Tapi Kehilangan Sebuah Kekaisaran
Orang-orang sering menyebut Gen Z sebagai "generasi FOMO" (Fear of Missing Out)—takut ketinggalan tren media sosial dan kesenangan. Namun, di dunia para pemburu peluang bernilai miliaran dolar, FOMO memiliki definisi yang sama sekali berbeda, sebuah ketakutan dalam skala yang jauh lebih besar: takut ketinggalan teknologi yang dapat mengubah dunia, kesepakatan investasi yang mengubah permainan, atau tren cepat kaya yang belum pernah ada sebelumnya.
Tekanan untuk selalu selangkah lebih maju, untuk melihat masa depan sebelum hal itu terjadi, adalah yang mendorong Mark Cuban untuk percaya bahwa keseimbangan tidak mungkin dicapai dalam perjalanan menuju kesuksesan.
"Tidak ada yang namanya keseimbangan," tegas Cuban dalam The Playbook terbitan Sports Illustrated. "Anda tentu bisa memilih untuk menjalani kehidupan yang seimbang dengan pekerjaan rutin," katanya kepada bintang Dallas Cowboys, Micah Parsons. "Tapi jika Anda bercita-cita mendominasi bidang Anda, camkan kata-kata saya: Akan selalu ada orang lain yang bekerja siang dan malam untuk menyingkirkan Anda dari permainan ini."
Ini bukan omong kosong belaka. Filosofi ini ditempa dari keringat dan air matanya sendiri. Di awal-awal memulai bisnisnya, Cuban tidak pernah mengenal liburan, harus tinggal bersama 5 teman lainnya untuk bekerja keras.

Bagi Mark Cuban, “keseimbangan kehidupan dan pekerjaan” adalah hal yang mustahil dalam perjalanan menuju kesuksesan karena setiap menit Anda beristirahat adalah menit di mana seseorang mencoba menggantikan Anda (Foto: Getty).
Paradoks Warren Buffett: Model Kegigihan, Bukan Keseimbangan
Meski memiliki kekayaan bersih miliaran dolar dan investasi di ratusan perusahaan, semangat Mark Cuban tampaknya tak pernah padam. Di usia 66 tahun, ia masih bekerja 8-10 jam sehari membaca dan menjawab email, dan baru saja meluncurkan dana ekuitas swasta senilai $750 juta di industri olahraga .
Cuban memuji kegigihannya yang luar biasa kepada Warren Buffett, yang baru mulai mempertimbangkan untuk menyerahkan kendali pada usia 94 tahun. "Saya selalu penasaran apa yang akan dia lakukan selanjutnya," kata Cuban. "Saya telah melakukan banyak hal. Saya ingin mengubah industri perawatan kesehatan , tetapi itu bukan akhir dari segalanya."
Namun di sinilah letak paradoks yang menarik: sementara Cuban melihat ketekunan Buffett yang tak kenal lelah sebagai teladan, “Oracle of Omaha” itu sendiri adalah seorang ahli keseimbangan.
Ia terkenal dengan jadwalnya yang ringan: ia menghindari teknologi yang mengganggu, jarang menghadiri rapat, cukup tidur, dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca dan berpikir. "Saya telah menciptakan lingkungan yang ideal untuk diri saya sendiri," kata Buffett suatu kali. "Saya hanya perlu berpikir, tanpa gangguan."
Barangkali, Cuban tidak belajar dari metode Buffett, tetapi terinspirasi oleh ketahanan dan api ambisinya yang tak pernah padam.
Manifesto para pemimpin: "Keseimbangan hanyalah ilusi"
Mark Cuban tidak sendirian dalam penentangannya terhadap "kesetaraan."
Mantan Presiden AS Barack Obama, dalam sebuah percakapan, juga mengakui bahwa untuk mencapai puncak di bidang apa pun, mulai dari olahraga, seni, bisnis, hingga politik, seseorang terpaksa melewati periode "ketidakseimbangan yang parah". Itulah saat-saat ketika seseorang harus mengesampingkan segalanya dan fokus hanya pada satu tujuan.
Eric Yuan, CEO Zoom, perusahaan yang mengaburkan batasan antara pekerjaan dan rumah, juga memiliki pandangan yang blak-blakan dan radikal: "Tidak ada keseimbangan. Pekerjaan adalah hidup, dan hidup adalah pekerjaan."
Meskipun Yuan mengatakan pekerjaan dan kehidupan adalah satu kesatuan, ia tetap memberi ruang untuk satu hal yang tak tergantikan: keluarga. "Setiap kali pekerjaan dan keluarga berbenturan, kau tahu apa yang kupilih? Keluarga selalu yang utama. Itu saja."
Pada akhirnya, perdebatan tanpa akhir ini mungkin bukan tentang siapa yang benar atau salah. Ini tentang pilihan pribadi dan, terkadang, pertukaran yang kejam. Jalan menuju kejayaan membutuhkan pengorbanan yang tidak semua orang bersedia bayar.
Pertanyaan bagi setiap orang bukanlah "bagaimana menyeimbangkannya?", melainkan "Apakah Anda mendambakan kehidupan yang harmonis atau warisan dominasi? Dan berapa harga yang bersedia Anda bayar untuk pilihan itu?".
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/ty-phu-ca-map-boc-me-ao-tuong-can-bang-cuoc-song-cua-the-he-tre-20250619000211251.htm
Komentar (0)