Menulis sejarah bangsa melalui musik.
Mayor Jenderal dan musisi Nguyen Duc Trinh, Presiden Asosiasi Musisi Vietnam, dengan penuh emosi mengenang sebuah momen yang akan selalu dikenang oleh setiap generasi rakyat Vietnam: pada tanggal 30 April 1975, lagu "Seolah Paman Ho hadir di hari kemenangan besar" karya musisi Pham Tuyen menggema di gelombang radio, menandai era baru bagi bangsa.
Pada saat itu, melodi tersebut adalah seruan gembira jutaan hati, luapan kebahagiaan sebuah bangsa yang bersatu. Sejak saat itu, menurut komposer Duc Trinh, musik Vietnam memulai babak baru, membawa serta napas sejarah, aspirasi untuk perdamaian dan rekonstruksi.
Selama 50 tahun setelah reunifikasi, musik telah menjadi saksi setia, pencatat sejarah melalui melodi. Musik tidak hanya merekam bab-bab sejarah yang gemilang tetapi juga melestarikan rasa sakit kehilangan, kegembiraan reuni, pengorbanan yang sunyi, dan impian akan kehidupan yang lebih baik. Karya-karya ini telah menegaskan peran besar musik revolusioner dalam kehidupan spiritual bangsa.

Konser " Melodi Tanah Air" merekonstruksi perjalanan itu dengan menghormati 55 karya musik representatif dari periode 1975-2025 (termasuk 50 lagu dan 5 karya instrumental/musik) yang dipilih dari berbagai asosiasi musik di seluruh negeri. Dari "Negara yang Penuh Sukacita" (Hoang Ha), yang menghidupkan kembali suasana perayaan nasional, hingga "Musim Semi Pertama" (Van Cao), yang bergema seperti janji untuk masa depan, dan medley "Musim Semi di Kota Ho Chi Minh " (Xuan Hong) dan "Vietnam, Musim Semi Telah Tiba" (Huy Du), yang semarak seperti langkah berbaris menuju medan perang, kini menjadi langkah menuju era rekonstruksi.
Melodi cinta dan harapan
Konser itu merupakan perpaduan warna yang semarak, permadani suara di mana setiap sapuan kuas adalah melodi yang telah menyentuh hati para penonton. Di atas panggung, lagu-lagu abadi menggema melalui suara Seniman Rakyat Quoc Hung dan Duc Long, serta penyanyi muda berbakat seperti Ngo Huong Diep, Minh Toi, dan Hoang Anh… Setiap suara bagaikan gerbang yang membawa pendengar kembali ke masa kejayaan bangsa.
Selain lagu-lagu tentang kemenangan, program ini juga menampilkan lagu-lagu yang terkait dengan emosi yang paling sakral dan mendalam. Ini termasuk kecintaan pada tanah air melalui karya-karya seperti " Cinta pada Tanah Merah Wilayah Timur " (Tran Long An) atau " Paviliun Desa di Tepi Laut" (Nguyen Cuong), dan kerinduan yang mendalam akan ibu kota dengan "Mengenang Hanoi" (Hoang Hiep) dan "Oh, Jalan Hanoi" (Phu Quang)...
Dan lagu-lagu cinta yang sangat menyentuh seperti "Perahu dan Laut" (Phan Huynh Dieu, lirik oleh Xuan Quynh) dan "Bunga Susu " (Hong Dang) membuat para pendengar terdiam dalam nostalgia dan emosi yang lembut. Di antara lagu-lagu tersebut terdapat karya instrumental dan drama musikal seperti "Daun Merah" (Do Hong Quan), yang menjadi lagu kebangsaan epik, membangkitkan suasana medan perang yang berapi-api namun romantis.
Salah satu hal yang sangat bermakna adalah dimasukkannya lagu "Bumi Ini Milik Kita" (lirik oleh Dinh Hai, musik oleh Truong Quang Luc) dalam daftar artis yang diberi penghargaan. Lagu yang familiar bagi anak-anak ini sederhana dan polos, namun mengandung pesan mendalam tentang perdamaian, persahabatan, dan aspirasi untuk hidup bersama di planet hijau kita.
Lirik lagu yang murni dengan jelas menunjukkan bahwa musik revolusioner tidak hanya menggambarkan kemenangan tetapi juga memupuk nilai-nilai kemanusiaan universal, menabur benih di jiwa generasi mendatang. Konser diakhiri dengan melodi "Seolah Paman Ho hadir di hari kemenangan besar ," mengakhiri perjalanan kenangan dan membuka babak baru.
Selama setengah abad terakhir, lagu-lagu revolusioner dan lagu-lagu cinta patriotik telah menjadi warisan spiritual, memupuk kebanggaan dan aspirasi Vietnam. Dan dari sinilah, setiap tahun pada Hari Musik Vietnam, Melodi Tanah Air akan bergema, memungkinkan masa lalu dan masa kini untuk saling terkait, dan iman serta cinta terus menyebar di seluruh negeri kita tercinta yang berbentuk huruf S.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/vang-mai-nhung-ban-hung-ca-cua-non-song-post812202.html






Komentar (0)