Harga emas global tetap berada di kisaran $3.345 per ons selama lebih dari dua bulan, setelah mencapai rekor tertinggi $3.500 per ons pada bulan April. Meskipun harga telah mencapai puncaknya, tren pembelian bersih oleh bank sentral belum berhenti.
Survei Cadangan Emas Bank Sentral World Gold Council (WGC) 2025 menunjukkan bahwa 43% gubernur memperkirakan bank sentral akan meningkatkan cadangan, sementara 95% percaya tren ini akan berlanjut setidaknya selama 12 bulan ke depan.
Menurut WGC, bank sentral menambahkan 166 ton emas ke cadangan resmi mereka hanya dalam kuartal kedua. Rata-rata pembelian selama 12 bulan mencapai 27 ton. Kazakhstan, Turki, Polandia, dan Tiongkok adalah pembeli terbesar pada bulan Mei.
Pada tahun 2024, bank sentral mencatat rekor pembelian emas sebesar 1.180 ton, melebihi 1.037 ton pada tahun 2023 dan 1.082 ton pada tahun 2022. Amerika Serikat saat ini memimpin dunia dengan 8.133 ton emas, diikuti oleh Jerman, Italia, Prancis, Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lainnya.
Perusahaan riset/konsultasi pasar logam mulia, Metals Focus, memperkirakan bahwa pada tahun 2025, bank sentral akan terus mengakumulasi sekitar 1.000 ton emas, menandai tahun keempat berturut-turut dengan permintaan yang kuat.

Dari mana pasokan emas berasal?
Pasokan emas ke bank sentral cukup beragam. Pasar OTC global menyumbang 32% dari pembelian. Ini adalah pasar terdesentralisasi di mana transaksi terjadi langsung antara pihak-pihak tanpa melalui bursa.
Produksi dalam negeri mencapai 25%, terutama dari tambang skala besar. Selain itu, 17% pasokan berasal dari pertambangan artisanal dan skala kecil.
Yang menarik, 47% bank sentral dalam survei tersebut menyatakan bahwa mereka membeli emas dari sumber industri maupun artisanal.
Mengapa bank sentral menimbun emas?
Emas telah lama dianggap sebagai aset cadangan internasional. Dalam konteks saat ini, inflasi yang meningkat dan ketegangan geopolitik adalah dua alasan utama mengapa bank sentral meningkatkan cadangan emas mereka.
Melemahnya dolar AS juga merupakan faktor signifikan yang mendorong kenaikan harga emas. Kebijakan tarif Trump memberikan tekanan pada dolar AS, menyebabkan indeks USD turun 9,8% sejak awal tahun dan turun di bawah 100 untuk pertama kalinya.
Selain itu, strategi pemerintahan Trump untuk menekan Ketua Fed Jerome Powell telah menimbulkan kekhawatiran tentang independensi Fed, sehingga menambah tekanan penurunan lebih lanjut pada USD.
Menurut laporan terbaru, utang publik AS dapat meningkat lebih dari $3,9 triliun akibat "RUU Besar dan Indah Trump". Moody's Ratings telah menurunkan peringkat kredit negara tersebut karena kekhawatiran tentang meningkatnya beban utang publik dan defisit anggaran.
Lembaga keuangan meyakini bahwa pembelian oleh bank sentral merupakan salah satu faktor yang mendorong harga emas lebih tinggi di masa depan. Goldman Sachs dan JPMorgan sama-sama memproyeksikan harga emas mencapai $4.000/oz pada pertengahan tahun 2026, di tengah risiko resesi dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
JPMorgan, khususnya, memperkirakan harga rata-rata sebesar $3.675 pada akhir tahun 2025, sebelum melonjak menjadi $4.000 pada kuartal ketiga tahun 2026.
Sumber: https://vietnamnet.vn/gia-vang-tang-manh-ai-dang-ban-vang-cho-ngan-hang-trung-uong-2437218.html






Komentar (0)