
Pada KTT Cyberjaya 2025 yang diadakan di Kuala Lumpur pada tanggal 3 Desember, para pembicara membahas daya saing berkelanjutan ASEAN dan mengungkapkan kesan mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Vietnam, tidak hanya dalam hal daya saingnya dalam menarik investasi tetapi juga dalam hal kapasitas inovasi.
Berbicara di acara tersebut, Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Kao Kim Hourn, mengatakan bahwa kawasan ASEAN telah mencapai kemajuan signifikan dalam Indeks Inovasi Global (GII). Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) telah menempatkan enam negara anggota ASEAN di antara 60 inovator teratas dunia. Ia mencatat bahwa Vietnam dan Indonesia "melampaui ekspektasi" dalam peringkat WIPO GII. Dengan demikian, komunitas ASEAN telah menarik sekitar 230 miliar dolar AS dalam investasi langsung asing (FDI) pada tahun 2024, dengan Singapura, Indonesia, dan Vietnam memimpin.
Berbicara kepada wartawan VNA di konferensi tersebut, Penasihat Senior Pusat Penelitian Pasifik, Tn. Ei Sun OH, mengatakan bahwa Vietnam saat ini dianggap sebagai negara paling menonjol di Asia Tenggara, menarik banyak investasi asing dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.
Sementara itu, Ketua dan CEO lembaga penasihat teknologi Pemerintah Malaysia - MIGHT, Bapak Rushdi Abdul Rahim, menegaskan bahwa Vietnam merupakan salah satu negara ASEAN terdepan di bidang teknologi tinggi, bersama Malaysia dan Singapura.
Namun, para ahli menekankan bahwa ASEAN perlu memastikan kualitas investasi. Pakar OH menyatakan bahwa prioritas utama adalah memastikan investasi di Vietnam harus berkualitas tinggi dan berteknologi tinggi untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ia mengatakan bahwa Vietnam, bersama Malaysia, sedang berupaya menjadi "bagian dari rantai pasokan elektronik global". Ia juga menyatakan bahwa pelajaran yang dipetik dari perkembangan industri elektronik Malaysia akan "sangat bermanfaat bagi Vietnam".
Konferensi ini diadakan untuk menghasilkan gagasan dan memperkirakan tantangan yang akan dihadapi ASEAN dalam 10-15 tahun ke depan, dengan mempertemukan para pemimpin pemerintah, industri, dan akademis dari sembilan negara anggota di kawasan tersebut.
Dalam pidato pembukaannya, Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi menekankan bahwa inovasi merupakan elemen inti untuk meningkatkan daya saing, landasan bagi ketahanan ekonomi dan mesin pertumbuhan regional.
Sementara itu, Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia, Chang Lih Kang, menguraikan visi untuk meningkatkan daya saing kawasan, termasuk kemampuan untuk "merancang chip, membangun satelit, menciptakan model Kecerdasan Buatan (AI)" dan memelopori solusi energi berkelanjutan.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, ASEAN harus bertransformasi dari negara yang beradaptasi dengan teknologi menjadi "inovator teknologi".
Para pemimpin dan pakar juga sepakat bahwa percepatan transformasi digital dan adopsi AI diperlukan. Ketua Dagang NeXchange Berhad, Syed Mohamed Tahir, menekankan bahwa adopsi AI perlu dibarengi dengan penyediaan "kerangka hukum, kebijakan, dan peraturan yang tepat."
Dalam konteks kerja sama regional, para ahli menunjukkan bahwa daya saing ASEAN tidak akan terjaga jika negara-negara bekerja sendiri. Selain itu, "diplomasi sains" dianggap sebagai kebutuhan strategis.
Menurut Bapak Syed Mohamed Tahir, ASEAN perlu beralih dari persaingan ekonomi menuju komplementaritas ekonomi. Untuk mendorong kerja sama ini, beliau menekankan tiga faktor penting, yaitu sumber daya manusia yang berkualitas, kemampuan pekerja berkeahlian tinggi untuk bergerak bebas di kawasan tanpa "khawatir soal visa", dan berinvestasi dalam ekosistem inovasi regional, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dan perusahaan rintisan.
Dr. Kao Kim Hourn menyimpulkan bahwa ASEAN perlu bekerja sama untuk membangun daya saing berkelanjutan agar dapat melaksanakan Rencana Aksi Sains, Teknologi, dan Inovasi 2026–2035 dan Visi Komunitas ASEAN 2045./.
Sumber: https://baolangson.vn/viet-nam-ghi-dau-an-ve-suc-hut-dau-tu-va-doi-moi-trong-asean-5066933.html






Komentar (0)