Vietnam terus menjadi pemasok lada terbesar di UE.
Pada bulan April saja, jumlah lada yang diimpor ke Uni Eropa mencapai level tertinggi sejak awal 2023, yaitu 5.440 ton, naik 22,7% dibandingkan bulan sebelumnya dan hampir 40% dibandingkan periode yang sama. Ini juga merupakan bulan keempat berturut-turut impor lada ke Uni Eropa meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam empat bulan pertama tahun ini, Uni Eropa mengimpor total 11.359 ton lada dari Vietnam senilai lebih dari 48,5 juta EUR, naik 25,1% dalam volume dan 32,1% dalam nilai dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan volume 11.359 ton, naik 25,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan menyumbang 61,5% dari total impor komoditas ini di kawasan tersebut, Vietnam tetap menjadi pemasok lada terbesar di Uni Eropa dalam empat bulan pertama tahun ini.
Impor lada Uni Eropa dari pasar lain juga meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seperti: Brasil mencapai 3.443 ton, naik 25,3%; Indonesia mencapai 1.384 ton, naik 32,2%; India mencapai 952 ton, naik 9,9%.
Harga impor rata-rata lada ke UE dari Vietnam mencapai 4.273 EUR/ton, dari Brasil 3.665 EUR/ton, dari Indonesia 5.509 EUR/ton, dan dari India 6.646 USD/ton.
Selain harga yang kompetitif, perusahaan eksportir lada Vietnam memiliki keunggulan dibandingkan beberapa negara pengekspor seperti India, Malaysia, Indonesia, dll. berkat Perjanjian EVFTA, yang membantu mengurangi pajak impor lada bubuk atau hancur ke UE dari 4% menjadi 0%.
Menurut Pusat Promosi Impor dari Negara Berkembang (CBI), Eropa tidak memproduksi lada, jadi konsumsi kawasan tersebut terutama bergantung pada pasokan impor.
Badan tersebut juga mengatakan bahwa hingga 95% lada yang diimpor ke UE dikonsumsi di negara-negara dalam kawasan tersebut dan hanya 5% yang diekspor kembali ke negara-negara di luar Eropa.
Konsumsi lada hitam di Eropa diperkirakan akan tumbuh secara stabil pada periode mendatang, dengan peningkatan yang diharapkan sekitar 0,5% pada tahun 2023 dan 1,8% pada tahun 2024.
CBI memperkirakan impor lada Eropa akan tumbuh 1-2% per tahun. Pasar Eropa menawarkan keunggulan harga dibandingkan pasar Asia untuk lada hitam berkualitas tinggi yang diproduksi secara berkelanjutan.
Belakangan ini, persyaratan dan regulasi pasar Uni Eropa terkait hambatan non-tarif terus meningkat dan semakin ketat. Pasar ini juga terus-menerus mengeluarkan peringatan tentang residu pestisida serta meningkatkan frekuensi pengendalian dan pengetatan regulasi Batas Maksimum (MLR) untuk pangan secara umum, termasuk rempah-rempah Vietnam.
Asosiasi Lada dan Rempah Vietnam (VPSA) menyatakan bahwa Uni Eropa merupakan pasar potensial bagi ekspor lada Vietnam. Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, industri lada harus bergerak menuju produksi berkelanjutan, karena semakin banyak konsumen Eropa yang menuntut sertifikasi yang menjamin keberlanjutan produk. Sumber: https://congthuong.vn/viet-nam-tiep-tuc-la-nguon-cung-ho-tieu-lon-nhat-tai-eu-327797.html






Komentar (0)