Pria besar di bidang real estat industri
Arus modal FDI terus menguat, dan aktivitas produksi mengalami pertumbuhan signifikan dalam 6 bulan pertama tahun ini... mendorong pasar properti industri Vietnam. Perusahaan domestik dan asing tidak hanya memperluas dana lahan industri, tetapi juga berinvestasi secara bersamaan di bidang infrastruktur, logistik, dan pabrik siap pakai.
Bapak John Campbell, Direktur Savills Industrial Services, Kota Ho Chi Minh, berkomentar bahwa peningkatan arus masuk FDI sebesar 32% ke sektor manufaktur dalam 6 bulan pertama tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu merupakan langkah maju yang signifikan, tidak hanya bagi industri manufaktur, tetapi juga bagi keseluruhan lintasan pertumbuhan ekonomi Vietnam. Ini merupakan terobosan dalam skala dan struktur, yang memperkuat peta jalan menuju pertumbuhan industri bernilai tinggi dan berkelanjutan.
Peningkatan ini bukan kebetulan, melainkan berasal dari konteks global yang fluktuatif. Nilai tambah sektor manufaktur meningkat lebih dari 10% selama periode yang sama, berkontribusi hampir 2,6 poin persentase terhadap PDB, membuktikan bahwa ini merupakan pergeseran struktural, bukan lonjakan sementara.
Menurut Bapak Campbell, peningkatan tajam jumlah proyek merupakan bukti nyata bahwa Vietnam tidak hanya menjadi "penerima manfaat" dari tren peralihan produksi, tetapi juga menjadi mata rantai prioritas dalam jaringan produksi global.

Para pakar Savills menunjukkan bahwa ada banyak faktor global yang secara bersamaan mendorong gelombang FDI ke Vietnam. Pertama, adalah strategi diversifikasi rantai pasokan, yang sering disebut "Tiongkok + 1". Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok serta tekanan tarif global membuat perusahaan dan bisnis multinasional cenderung mencari tujuan yang stabil secara politik dan memberikan insentif pajak seperti Vietnam.
Perjanjian perdagangan bebas seperti RCEP, CPTPP, dan EVFTA membantu Vietnam mengakses sekitar 65% pasar global, meningkatkan daya tariknya untuk manufaktur berorientasi ekspor. Selain itu, lokasi strategisnya yang dekat dengan Tiongkok menghadirkan biaya tenaga kerja yang kompetitif dan konektivitas yang lancar ke rantai pasokan regional.
Tren FDI hijau dan berteknologi tinggi juga menonjol, dengan proyek-proyek seperti pabrik hijau Lego atau investasi pengemasan chip, yang menunjukkan pergeseran ke model industri modern dan ramah lingkungan. Kombinasi faktor-faktor ini membuka era baru bagi arus FDI bernilai tinggi, memposisikan Vietnam sebagai pusat manufaktur global yang melampaui keunggulan biayanya.
Di pasar real estat industri, pergeseran yang signifikan adalah keunggulan pabrik siap pakai (RBF) dibandingkan pembelian lahan dalam hal jumlah proyek. Bapak Campbell menilai hal ini merupakan "titik balik" dalam perkembangan real estat industri di Vietnam. RBF menawarkan keuntungan berupa proses awal yang cepat dan modal investasi awal yang lebih rendah, dengan tingkat penyerapan tertinggi dalam 3 tahun, mencapai tingkat hunian 88-89% di wilayah tersebut.
Meningkatnya permintaan RBF telah mendorong peningkatan imbal hasil sewa dan tingkat hunian, yang mendorong ekspansi industri. Meskipun pasokan lahan industri tetap besar, membangun dari awal membutuhkan waktu dan modal yang lebih besar, menjadikan RBF pilihan yang menarik bagi investor fleksibel, terutama di industri berteknologi tinggi dan patuh terhadap ESG.
Apa yang dibutuhkan modal asing untuk real estat industri?
Dari realitas pasar, Bapak Campbell menjelaskan, investor internasional saat ini memiliki persyaratan yang lebih spesifik untuk properti industri. Mereka memprioritaskan kecepatan operasional, sumber daya yang stabil dengan energi terbarukan, sistem tenaga ganda, dan mekanisme pembelian daya langsung (DPPA). Pembangunan berkelanjutan merupakan faktor kunci, dengan proyek ini meraih sertifikasi LEED/EDGE dan kawasan industri hijau. Konektivitas yang baik di dekat pelabuhan dan jalan raya juga penting, beserta lingkungan hukum yang jelas seperti proses penilaian tanah yang transparan. Selain itu, sumber daya manusia yang terampil, terutama di bidang elektronika dan semikonduktor, merupakan persyaratan yang sangat diperlukan.
Untuk mengembangkan kawasan industri secara signifikan, Tn. Campbell menyarankan perlunya perluasan infrastruktur penghubung, seperti menyelesaikan target pembangunan jalan tol sepanjang 3.000 km, peningkatan pelabuhan laut dan depo kontainer pedalaman (ICD) guna mempertahankan daya tarik investasi; mendorong pengembangan pabrik siap bangun (RBF/RBW) dan proyek bangun sesuai kebutuhan (BTS) dengan standar lebih tinggi.
Kebijakan insentif perlu disesuaikan dengan tarif pajak minimum global, namun tetap menarik. Terakhir, membangun tenaga kerja terampil untuk industri semikonduktor dan manufaktur berteknologi tinggi akan menjadi kunci. Langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu pasar real estat industri berkembang secara sehat, tetapi juga memperkuat posisi Vietnam dalam rantai pasokan global.

Properti industri terus menjadi 'bintang' tahun ini

Modal FDI yang digelontorkan ke sektor properti industri meningkat tajam

Stavian dan Shinec menandatangani perjanjian kerja sama strategis di bidang real estat industri
Sumber: https://tienphong.vn/von-fdi-vao-viet-nam-cao-nhat-ke-tu-nam-2009-post1779950.tpo






Komentar (0)