"Anda adalah bagian dari keluarga kami, masa depan Anda terletak pada persatuan kami, dan persatuan kami tidak akan lengkap tanpa Anda," ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada Ukraina dan sembilan negara lain yang dengan sabar mengantre untuk menjadi anggota Uni Eropa tahun lalu.
Pemimpin tertinggi Uni Eropa telah berulang kali menegaskan undangannya untuk bergabung dengan blok tersebut tetapi tidak pernah menetapkan tanggal kapan hal itu akan terjadi.
Balas secepatnya
Kampanye militer Rusia di Ukraina telah membawa perluasan Uni Eropa kembali ke puncak agenda aliansi, menambahkan tiga negara lagi ke dalam daftar kandidat potensial.
“Sudah terlambat bagi negara-negara anggota Uni Eropa saat ini untuk menyadari bahwa mereka harus melakukan reformasi internal,” kata Steven Blockmans, direktur penelitian di Pusat Studi Kebijakan Eropa (CEPS).
“Perluasan tidak hanya kembali menjadi agenda, tetapi telah menjadi salah satu dari tiga isu utama yang dibahas para pemimpin,” Modern Diplomacy mengutip seorang diplomat Uni Eropa.
Ukraina, Moldova, dan Georgia ditambahkan ke daftar kandidat resmi musim panas lalu, yang sudah mencakup Albania, Serbia, Kosovo, Türkiye, Montenegro, Makedonia Utara, dan Bosnia dan Herzegovina.
Para pemimpin menghadiri KTT Ukraina-Balkan di Athena, Yunani, 21 Agustus 2023. Foto: Kiev Independent
Presiden Parlemen Eropa (EP) Roberta Metsola telah menyerukan dimulainya perundingan formal aksesi Uni Eropa dengan Ukraina dan Moldova tahun depan. Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan sekaligus Wakil Presiden EC Josep Borrell mengatakan bahwa pintu terbuka bagi Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa, tetapi menekankan bahwa Tbilisi "masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan".
Sementara itu, Ketua EC mengakui bahwa perhatian sekarang juga harus difokuskan pada isu yang tersisa, yaitu aksesi negara-negara Balkan Barat.
"Kita harus membahas proses pengambilan keputusannya nanti. Kita harus membahas bagaimana mengalokasikan dana bersama yang kita miliki, apa saja kebijakan bersama yang kita ikuti? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar yang harus kita ajukan satu sama lain. Kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sesegera mungkin, karena akan membutuhkan waktu bagi kita untuk mencapai kesimpulan," ujar von der Leyen bulan lalu.
Sementara Ukraina dan Moldova saat ini merupakan kandidat potensial terdepan, seorang diplomat senior Uni Eropa memperingatkan bahwa tidak akan ada tindakan yang dilakukan untuk mempercepat proses tersebut sampai ada seruan yang lebih besar dari dalam Uni Eropa.
"Tidak akan terjadi apa-apa sampai ada tekanan politik maksimal. Mengapa negara-negara anggota mau menyetujui perluasan yang bertentangan dengan status quo?" ujar diplomat itu.
“Mimpi buruk” reformasi internal
Banyak pertanyaan yang perlu dijawab terkait perluasan Uni Eropa. Misalnya: Apa dampak perluasan terhadap anggaran Uni Eropa yang sudah tertekan?
Berapa besar anggaran Uni Eropa, yang saat ini mencapai €186 miliar, akan meningkat setelah perluasan? Akankah tiga anggota teratas – Jerman, Prancis, dan Italia – bersedia berkontribusi lebih banyak? Akankah Polandia, Yunani, atau Hongaria bersedia beralih dari penerima manfaat bersih pendanaan Uni Eropa menjadi penyumbang bersih?
Kemudian, muncul pertanyaan tentang ukuran Parlemen Eropa (EP) – yang saat ini terdiri dari 705 anggota parlemen yang mewakili 27 negara anggota. Akankah anggota EP harus naik ke barisan terdepan untuk memberi ruang bagi lebih banyak politisi dari negara anggota baru untuk bergabung dengan parlemen yang berpotensi menjadi terbesar di dunia? Akankah keseimbangan politik condong ke kiri atau kanan?
Sebagai perbandingan, mari kita lihat Ukraina. Dengan populasi pra-konflik sebesar 44 juta jiwa, 3 juta lebih sedikit daripada Spanyol dan 3 juta lebih banyak daripada Polandia, Ukraina diperkirakan akan memiliki 50-60 kursi di Parlemen Eropa setelah bergabung dengan blok tersebut. Pertanyaannya adalah, dari 73 kursi yang kosong akibat Brexit, berapa banyak yang dapat dimenangkan Ukraina, dan berapa banyak yang akan diisi oleh kursi baru? Atau, akankah perluasan Uni Eropa membuat Parlemen Eropa terlalu besar untuk berfungsi?
Presiden Parlemen Eropa (EP) Roberta Metsola membuka sesi pleno di Strasbourg, April 2023. Foto: EP News
Pada akhirnya, salah satu dari 27 negara anggota UE saat ini dapat memveto aksesi negara lain, menjadikan politik dalam negeri sebagai faktor kuat dalam memutuskan kandidat mana yang akan bergabung dengan UE dan mana yang tidak.
Jika negara anggota Uni Eropa merasa salah satu pertanyaan ini mungkin menyinggung pemilihnya, negara tersebut dapat bertindak untuk memblokir perluasan wilayah.
Jelas, para pemimpin Uni Eropa harus menghadapi tantangan yang semakin besar untuk mewujudkan ambisi mereka. Kemungkinan akan terjadi perdebatan sengit antarpemerintah Eropa saat para pejabat mempertimbangkan kesesuaian negara-negara kandidat, dan kemudian ada prospek "mimpi buruk" untuk mereformasi proses pengambilan keputusan internal Uni Eropa agar dapat mengakomodasi blok yang jauh lebih besar.
Pekan lalu, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mendesak para politisi untuk mulai mengupayakan reformasi Uni Eropa, dengan target siap memperluas blok tersebut pada tahun 2030. "Masih banyak yang harus dilakukan. Ini akan sulit dan terkadang menyakitkan, baik bagi negara-negara anggota di masa mendatang maupun bagi Uni Eropa," ujarnya .
Minh Duc (Menurut Diplomasi Modern, Politik Uni Eropa)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)