Perilaku aneh paus pembunuh direkam oleh ahli ekologi perilaku Michael Weiss melalui video drone pada tahun 2024 di Laut Salish (AS) dan baru-baru ini dipublikasikan.
Selama dua minggu, Weiss dan timnya merekam 30 kejadian paus pembunuh mengambil untaian rumput laut dari dasar laut dan menggosokkannya hingga 15 menit.
Perilaku tersebut, yang dijuluki "allokelping", adalah pertama kalinya cetacea didokumentasikan menggunakan benda-benda eksternal untuk perawatan kulit dan ikatan sosial.
Menurut Weiss, tindakan ini dapat melayani dua tujuan utama: membantu menjaga kebersihan kulit, membuang sel-sel kulit mati atau mengobati luka luar; dan meningkatkan ikatan sosial antara individu dalam kelompok yang sama, biasanya individu dari satu induk atau kerabat dekat.
Para ilmuwan mengatakan hal ini tidak terlalu mengejutkan, karena paus pembunuh sangat sosial, memiliki otak yang berkembang, dan memiliki "dialek" yang berbeda antarpopulasi. Namun, fakta bahwa mereka menggosokkan rumput laut sebagai bentuk "pijatan" merupakan perilaku yang belum pernah tercatat sebelumnya di lautan.
Meskipun beberapa lumba-lumba diketahui menggunakan gelembung atau lumpur untuk berburu, semua ini bertujuan untuk mencari makanan. Sebaliknya, allokelping lebih bersifat kultural daripada bertahan hidup, mirip dengan perilaku "perawatan sosial" berbasis alat yang dilakukan primata seperti monyet dan simpanse.
Dua paus menggunakan rumput laut untuk "memijat" kulit mereka - Foto: Pusat Penelitian Paus
Para pakar seperti Janet Mann (Universitas Georgetown) dan Philippa Brakes (Konservasi Paus dan Lumba-lumba) mengatakan bahwa penemuan ini membuka pintu baru untuk memahami kecerdasan dan budaya mamalia laut. Teknologi drone adalah kunci untuk membantu manusia melihat perilaku yang terjadi di bawah air, sesuatu yang sebelumnya hampir mustahil.
Patut dicatat, populasi Orca Selatan kini terdaftar sebagai spesies yang sangat terancam punah, dengan hanya sekitar 74 individu yang tersisa. Sementara itu, kelp, alat utama untuk perilaku ini, juga menurun akibat perubahan iklim dan dampak manusia. Hilangnya habitat dan perilaku budaya menjadi perhatian utama.
Para ilmuwan mulai mengajukan pertanyaan menarik: apakah paus pembunuh kembali ke Laut Salish tidak hanya untuk mencari makanan, tetapi juga untuk mempraktikkan tradisi budaya unik seperti allokelping?
Entah itu untuk membersihkan diri atau sekadar untuk "bersantai" dan mempererat hubungan sosial, perilaku ini mengungkap kebenaran yang mengejutkan: paus pembunuh bukan hanya predator puncak di lautan, tetapi juga makhluk dengan kehidupan mental yang kaya, mampu menggunakan alat tanpa perlu ibu jari seperti manusia.
Kembali ke topik
MINH HAI
Sumber: https://tuoitre.vn/bat-ngo-phat-hien-ca-voi-sat-thu-dung-tao-bien-de-mat-xa-cho-nhau-20250624232803289.htm
Komentar (0)