Melanjutkan agenda sidang, pada sore hari tanggal 9 November, Majelis Nasional membahas secara berkelompok Rancangan Undang-Undang tentang Guru.

Menyampaikan pandangan mereka di sela-sela sidang, banyak anggota Majelis Nasional sepakat dengan perlunya penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Guru untuk melembagakan pandangan dan kebijakan Partai tentang guru. Rancangan Undang-Undang ini sekaligus berkontribusi pada penyempurnaan sistem hukum dan segera menambahkan kebijakan baru dan spesifik untuk membangun dan mengembangkan tenaga kependidikan.
Pendapat tersebut menyarankan agar badan penyusun terus meninjau dan mengevaluasi dampak penuh dan komprehensif dari kebijakan baru, terutama kondisi sumber daya keuangan untuk memastikan kelayakannya. Pada saat yang sama, perlu mempelajari dengan saksama pengalaman internasional dan merujuk pada kebijakan dan undang-undang bagi guru untuk menyempurnakan rancangan Undang-Undang sesuai dengan kondisi praktis di negara kita.
Delegasi Tran Thi Kim Nhung (Quang Ninh) mengatakan bahwa Undang-Undang Guru berkontribusi pada peningkatan kualitas sistem pendidikan nasional. Namun, saat ini guru bekerja di sektor publik dan non-publik.
Guru yang bekerja di sektor publik saat ini diatur dalam Undang-Undang Pegawai Negeri Sipil. Bagi guru di sektor non-publik, menurut undang-undang tersebut, mereka juga merupakan profesi ketenagakerjaan. Delegasi mengusulkan agar ketentuan Undang-Undang Guru yang mengatur kedua hal ini perlu memasukkan isu-isu Undang-Undang Pegawai Negeri Sipil yang berkaitan dengan guru ke dalam isi undang-undang untuk mempertimbangkan konsistensi. Delegasi juga mengusulkan klarifikasi terkait aturan bagi guru di kedua bidang tersebut, seperti gaji, usia pensiun, tunjangan jaminan sosial, dan sebagainya. Di sisi lain, perlu dijelaskan dan diklarifikasi beberapa istilah khusus dalam rancangan undang-undang ini untuk memastikan konsistensi dalam penerapannya.

Menimbang bahwa pembentukan undang-undang terpisah merupakan langkah yang tepat, delegasi Majelis Nasional Thach Phuoc Binh (Tra Vinh) mengusulkan perlunya penyeragaman konsep rekrutmen guru; penetapan yang jelas dari badan pengelola negara untuk pendidikan; dan pembangunan sistem kebijakan bagi guru di bidang-bidang khusus dan sulit. Skema penggajian guru juga belum diatur secara jelas.
Banyak delegasi menegaskan bahwa Undang-Undang Guru merupakan undang-undang yang menjadi kepentingan Majelis Nasional dan seluruh masyarakat. Salah satu alasan penting diundangkannya Undang-Undang Guru adalah untuk menghormati dan menghargai guru serta menjamin terciptanya kondisi terbaik bagi praktik mereka, sesuai dengan peran dan misi mereka, sehingga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan nasional.
Senada dengan pendapat bahwa profesi guru perlu dihargai, delegasi Thai Van Thanh (Nghe An) menegaskan bahwa Rancangan Undang-Undang Guru memiliki banyak poin baru, seperti: Status hukum guru swasta ditetapkan dengan jelas, mengatur secara tegas hak dan kewajiban guru asing, sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, berkontribusi dan berkreasi bagi tenaga kependidikan swasta.
Delegasi ini menyampaikan bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) ini telah menetapkan standar profesional guru dan standar guru untuk meningkatkan kualitas guru. Standar guru ibarat "cermin", membantu setiap guru untuk "merefleksikan diri, mengoreksi diri", melatih diri, serta meningkatkan keahlian dan keterampilan mereka. Hal ini juga menjadi alat bagi badan pengelola pendidikan di lembaga pendidikan untuk menyusun rencana, melaksanakan pelatihan, pembinaan, pengangkatan, mutasi, evaluasi, dan penyaringan guru. Di saat yang sama, standar jabatan guru dan standar guru juga merupakan alat untuk pengendalian mutu.
Delegasi Thai Van Thanh mengusulkan agar ditetapkan secara jelas sumber daya untuk melaksanakan kebijakan bagi guru seperti gaji, tunjangan, kebijakan daya tarik dan insentif, dsb., sumber daya pusat dan daerah untuk memastikan Undang-Undang tersebut layak, efektif dan segera diimplementasikan.
Seluruh delegasi menyampaikan bahwa Rancangan Undang-Undang tersebut juga memuat berbagai kebijakan baru terkait rekrutmen dan pendayagunaan guru, sehingga memberikan peluang yang baik bagi badan pengelola pendidikan dan lembaga pendidikan daerah untuk lebih proaktif menyusun rencana, pembinaan, pelatihan, mutasi, evaluasi, dan penyaringan guru; pelatihan dan pemesanan guru, dan sebagainya.
Sumber
Komentar (0)