Berbagi dengan The World dan Surat Kabar Vietnam, Wakil Majelis Nasional Bui Hoai Son, Anggota Tetap Komite Kebudayaan dan Pendidikan Majelis Nasional, mengemukakan pendapatnya bahwa untuk mengembangkan budaya membaca, perlu fokus pada konten buku elektronik yang sesuai dengan minat dan kebutuhan pembaca muda.
Wakil Majelis Nasional Bui Hoai Son mengatakan bahwa pengembangan aplikasi seluler dan platform pembaca buku elektronik perlu mendapat perhatian lebih. (Sumber: Majelis Nasional ) |
Menurut statistik dari Departemen Penerbitan ( Kementerian Informasi dan Komunikasi ), rata-rata orang Vietnam membaca 2,8 buku per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan ini dan dunia. Dalam daftar 61 negara yang paling banyak membaca buku di dunia, Asia Tenggara menyebutkan Singapura, Malaysia, dan Indonesia, yang sama sekali tidak ada di Vietnam.
Wakil Majelis Nasional Bui Hoai Son menekankan bahwa perkembangan internet, ponsel pintar, dan media digital lainnya telah menciptakan beragam pilihan hiburan bagi kaum muda. Bentuk-bentuk hiburan ini seringkali lebih beragam, menarik, dan mudah diakses daripada bacaan tradisional. Oleh karena itu, diperlukan banyak solusi untuk menarik minat pembaca muda dan membantu kaum muda lebih dekat dengan buku.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui budaya membaca
Akhir-akhir ini, banyak perdebatan tentang apakah budaya membaca mengalami penurunan dan apakah budaya audiovisual mendominasi budaya membaca. Bagaimana perspektif Anda?
Saya perhatikan bahwa dengan semakin populernya teknologi, terutama internet dan media digital, banyak orang menjadi kurang tertarik membaca buku, terutama buku cetak tradisional. Budaya membaca perlahan memudar dan digantikan oleh bentuk hiburan yang lebih mudah diakses seperti video daring, gim video, atau aplikasi hiburan lainnya.
Kita menyaksikan dominasi budaya visual yang semakin meningkat atas budaya membaca. Masyarakat modern mengutamakan kemudahan dan kecepatan, sehingga menonton video, mendengarkan podcast, dan mengonsumsi konten multimedia semakin populer, yang mengakibatkan berkurangnya waktu dan perhatian untuk membaca dan budaya membaca tradisional.
Namun, di negara kita, saya masih melihat banyak orang yang antusias membaca dan menonton informasi untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri. Kita juga perlu menerima bahwa budaya membaca saat ini akan mengalami perubahan tertentu. Alih-alih membaca buku menjadi sumber pengetahuan terpenting untuk membangun kesadaran, moralitas, dan gaya hidup, kini orang-orang dapat memilih antara membaca buku, menonton film, mendengarkan podcast, bermain gim video, dan berbagai bentuk hiburan lainnya. Bahkan, banyak karya sastra telah diadaptasi menjadi film atau serial televisi. Di sisi lain, beberapa film juga didasarkan pada karya sastra, yang membantu menciptakan perjalanan eksplorasi budaya yang lebih kaya bagi setiap individu.
Saya percaya bahwa budaya membaca bermakna bagi setiap individu dan masyarakat. Membaca adalah cara untuk belajar dan memahami pengetahuan baru. Melalui membaca, orang dapat menemukan dan memahami aspek-aspek baru dunia, mulai dari sejarah, sains hingga budaya dan seni. Dari sana, membaca membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, mendorong kreativitas, dan kemampuan berpikir logis. Di saat yang sama, membaca menciptakan pengalaman yang menghibur, membantu pembaca keluar dari kenyataan dan memasuki dunia baru, menemukan kisah-kisah menarik, dan mengeksplorasi karakter-karakter multidimensi.
Tak hanya itu, banyak buku yang memuat pesan-pesan moral dan nilai-nilai kemanusiaan luhur lainnya, membantu pembaca lebih memahami nilai-nilai tersebut. Dari sana, pengembangan diri dan pemikiran yang luas, serta membantu memecahkan masalah dalam hidup, atau membangun tujuan dan membentuk masa depan, berkontribusi signifikan terhadap perkembangan pribadi dan sosial.
Kaum muda memiliki lebih sedikit kesempatan untuk membaca buku. (Sumber: VGP) |
Bagaimana Anda mengevaluasi peningkatan pengetahuan masyarakat, menciptakan landasan penting bagi pembangunan setiap negara melalui pengembangan budaya membaca?
Saya percaya bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pengembangan budaya membaca merupakan cara penting untuk membentuk dan mendorong pembangunan berkelanjutan di setiap negara. Pertama, budaya membaca membekali masyarakat dengan pengetahuan dan informasi, mulai dari sejarah, sains, budaya, hingga isu-isu sosial dan politik, yang membantu menciptakan masyarakat yang berwawasan luas, yang merupakan fondasi bagi pembangunan berkelanjutan.
Membaca mendorong kreativitas dan pemikiran kritis, sehingga menciptakan masyarakat yang dinamis dan inovatif, mendorong kreativitas di berbagai bidang, mulai dari seni hingga sains dan bisnis. Di saat yang sama, membaca membantu meningkatkan kesadaran akan etika dan membangun masyarakat yang harmonis, penuh kasih, dan bersatu; meningkatkan keterampilan berbahasa dan berkomunikasi setiap orang, sehingga memudahkan integrasi ke dalam komunitas internasional dan berkomunikasi secara efektif di lingkungan sosial.
Secara khusus, budaya membaca membantu setiap orang berkembang secara pribadi dan profesional, mulai dari memperluas pengetahuan hingga mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Transformasi digital untuk menarik pembaca muda
Meskipun unit penerbitan dan distribusi buku telah melakukan banyak upaya, anak muda saat ini tampaknya tidak lagi tertarik membaca buku. Menurut Anda, mengapa demikian?
Menurut saya, perkembangan internet, ponsel pintar, dan media digital lainnya telah menciptakan beragam pilihan hiburan bagi kaum muda. Bentuk-bentuk hiburan ini seringkali lebih beragam, menarik, dan mudah diakses dibandingkan bacaan tradisional.
Selain itu, kehidupan modern menghadirkan tekanan dan kesibukan bagi kaum muda, mulai dari belajar, bekerja, hingga kegiatan sosial dan hiburan. Semakin sedikit waktu, semakin sedikit pula kesempatan bagi kaum muda untuk membaca. Namun, ada juga kasus di mana membaca tidak dianggap sebagai kegiatan prioritas dalam beberapa keluarga atau dalam kondisi tertentu, sehingga kaum muda mungkin tidak merasakan banyak motivasi dan inspirasi untuk membaca.
Di sisi lain, anak muda mungkin tidak menemukan buku yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Mereka juga tidak memahami pentingnya membaca bagi pengembangan diri, pola pikir, dan kesuksesan hidup, sehingga menyebabkan kurangnya minat baca.
Oleh karena itu, ketika kita telah menyadari pentingnya budaya membaca, dukungan dan dorongan dari unit penerbitan, keluarga, sekolah, dan masyarakat perlu diberikan, dengan menciptakan kondisi yang mendukung minat baca anak muda. Hal ini tidak hanya baik bagi mereka, tetapi juga bagi pembangunan bangsa.
Jika budaya dianggap sebagai "jiwa, inti" yang membentuk citra setiap bangsa dan negara, maka budaya membaca juga perlu ditanamkan dengan posisi yang layak dalam proses pembangunan suatu negara. Dan pertama-tama, haruskah dimulai dari generasi muda?
Ya, generasi muda adalah masa depan suatu bangsa. Dengan mendorong membaca sejak usia muda, kita sedang menanamkan benih-benih pertumbuhan pribadi dan intelektual mereka. Minat dan kebiasaan membaca sejak usia muda dapat bertahan seumur hidup.
Selanjutnya, fondasi budaya membaca perlu dibangun dari nol, dimulai dari generasi muda. Jika generasi muda memiliki kebiasaan membaca, mereka akan mewariskan nilai ini kepada generasi berikutnya, sehingga terciptalah rantai budaya membaca yang berkelanjutan di masyarakat.
Manfaat budaya membaca tidak hanya membawa efisiensi dalam belajar dan kesuksesan di masa depan seseorang, tetapi juga bagi kemakmuran suatu negara, mulai dari pendidikan, budaya, ekonomi, hingga masyarakat. Oleh karena itu, saya selalu mengagumi pepatah seseorang: Di balik anak yang rajin membaca buku terdapat masa depan bangsa yang cerah.
Buku elektronik diprediksi akan menjadi tren masa kini. Dengan meningkatnya jumlah pembaca muda seperti saat ini, penerapan aktivitas transformasi digital dan penerapan teknologi akan menarik minat pembaca muda. Menurut Anda, solusi fundamental apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan budaya membaca di era transformasi digital?
Untuk mengembangkan budaya membaca di era transformasi digital dan menarik minat pembaca muda melalui e-book, diperlukan solusi mendasar. Pertama-tama , perlu mengembangkan konten e-book yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan gaya hidup pembaca muda seperti novel, komik, pengajaran keterampilan hidup... dengan gambar-gambar indah dan autobiografi tokoh-tokoh terkenal.
Kedua , fokuslah lebih lanjut pada pengembangan aplikasi seluler dan platform pembaca e-book. Ciptakan aplikasi seluler dan platform daring yang ramah pengguna, mudah digunakan, dan fleksibel untuk membaca e-book. Sediakan fitur-fitur seperti penyimpanan cloud, penanda favorit, berbagi di media sosial, dan rekomendasi buku berdasarkan preferensi pribadi.
Ketiga , tingkatkan pemasaran dan promosi e-book melalui strategi pemasaran dan penjangkauan digital untuk mempromosikan e-book kepada pembaca muda. Gunakan media sosial, iklan daring, dan kampanye pemasaran digital lainnya untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan pembaca.
Keempat , mengembangkan fitur-fitur interaktif dalam e-book seperti audio, animasi, video dan aktivitas interaktif lainnya untuk menciptakan pengalaman membaca yang lebih menarik dan menarik bagi pembaca muda.
Terakhir , jalankan promosi, diskon, dan hadiah untuk pembaca muda saat mereka menggunakan aplikasi membaca elektronik, menyelesaikan target membaca, atau berpartisipasi dalam komunitas membaca daring.
Saya yakin bahwa dengan menerapkan solusi di atas, akan dapat tercipta lingkungan yang menarik bagi kaum muda untuk berpartisipasi dan mengembangkan budaya membaca di era transformasi digital.
Terima kasih, Delegasi Majelis Nasional!
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)