Harian Chosun Ilbo Korea Selatan menyebut hasil pemilu parlemen sebagai "krisis politik terbesar" yang dihadapi Presiden Yoon Suk Yeol sejak menjabat pada tahun 2022. Ketidakmampuan untuk mengendalikan mayoritas di Majelis Nasional telah mendorong Presiden Yoon ke jalan buntu sementara Korea Selatan menghadapi banyak tantangan ekonomi dan keamanan.
Oposisi menang besar
Setelah semua suara dihitung kemarin, 11 April, Komisi Pemilihan Umum Nasional Korea menyatakan bahwa Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa dan afiliasinya kehilangan lebih banyak kursi di Majelis Nasional , dari 114 kursi sebelum pemilu menjadi 108 kursi. Pemenang terbesar adalah Partai Demokrat (DP) pimpinan Lee Jae-myung dan afiliasinya, yang meningkat dari 156 kursi menjadi 175 setelah penghitungan suara. Partai Rekonstruksi Korea pimpinan mantan Menteri Kehakiman Cho Kuk memperoleh 12 kursi berkat ketidakpuasan pemilih terhadap kedua partai utama, menjadikannya partai terbesar ketiga di Majelis Nasional hanya dalam 1 bulan setelah pembentukannya.
Pemimpin PPP Han Dong-hoon ( kanan ) meminta maaf dan mengundurkan diri setelah hasil pemilu partai berkuasa yang mengecewakan
Kemenangan gemilang oposisi tidak "menyapu bersih" seperti yang ditunjukkan oleh jajak pendapat. Semua partai oposisi, bahkan koalisi, masih belum mencapai mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan 200 kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 300 orang. Namun, hasil ini dianggap sebagai "balasan manis" bagi Ketua DP Lee Jae-myung. Pada tahun 2022, Tuan Lee kalah tipis dari Tuan Yoon dalam pemilihan presiden.
"Ini bukan kemenangan bagi Partai Demokrat, tetapi kemenangan besar bagi rakyat," kata Bapak Lee seperti dikutip Reuters kemarin. Ia mengatakan bahwa semua anggota parlemen harus bersatu untuk menanggapi krisis ekonomi saat ini, dan "Partai Demokrat akan memimpin upaya penyelesaian krisis" yang mengancam nyawa rakyat. Bapak Lee menerima dukungan untuk kebijakan-kebijakan seperti bantuan tunai untuk kaum muda, seragam sekolah gratis, dan perawatan bersalin. Namun, Profesor Byunghwan Son di Universitas George Mason (AS) berkomentar bahwa Partai Demokrat dan Bapak Lee sendiri menghadapi tantangan jangka panjang. AFP mengutip Profesor Son yang mengatakan bahwa dukungan saat ini untuk Partai Demokrat berasal dari ketidakpuasan terhadap Presiden Yoon, jadi hanya waktu yang akan membuktikan apakah partai tersebut dapat mempertahankan dukungan rakyat dalam jangka panjang.
Presiden sedang dalam masalah
Sebelum pemilu, Presiden Yoon berharap PPP dapat kembali meraih mayoritas di parlemen, yang memungkinkannya untuk menjalankan agendanya. Hasil pemilu ini akan memperpanjang kebuntuan di bidang-bidang di mana Yoon tidak sependapat dengan oposisi terkait kebijakan yang memerlukan persetujuan parlemen, termasuk insentif pajak bagi pelaku usaha dan apakah akan mengenakan pajak atas keuntungan modal atas saham, lapor Reuters, mengutip para analis.
Segera setelah hasil pemilu diumumkan, Presiden Yoon "dengan rendah hati menerima" pendapat rakyat dan berjanji untuk mereformasi pemerintahan. Pemimpin PPP Han Dong-hoon, Perdana Menteri Han Duck-soo, dan sejumlah pejabat senior Korea Selatan mengajukan pengunduran diri mereka. Selain itu, meskipun oposisi kehilangan kesempatan untuk mempertahankan mayoritas, Presiden Yoon masih belum lepas dari bahaya. Jika sang pemimpin tidak dapat menemukan cara untuk bekerja sama dengan oposisi, "risiko pemakzulan presiden dapat terjadi, karena beberapa anggota partai yang berkuasa mungkin condong ke oposisi demi masa depan politik mereka sendiri," AFP mengutip pakar Chae Jin-won dari Universitas Kyung Hee di Seoul sebagai peringatan.
Mason Richey, seorang profesor di Universitas Studi Internasional Hankuk di Seoul, mengatakan Yoon dapat berfokus pada kekuatannya dalam mencapai agenda kebijakan luar negerinya. Misalnya, dalam tiga tahun terakhir masa jabatannya, sang pemimpin dapat memperkuat hubungan keamanan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, meskipun rencana tersebut dapat terancam jika oposisi mencoba memotong dana untuk kegiatan tersebut.
Kemarin, Partai Rekonstruksi Korea, yang memenangkan 12 kursi di Majelis Nasional, meminta penyelidikan atas tuduhan terhadap Ibu Negara Kim Keon Hee. Menurut Yonhap, Ketua Partai Cho Kuk meminta kejaksaan untuk membuka penyelidikan atas kekhawatiran bahwa Ibu Negara telah terlibat dalam tindakan yang berisiko menimbulkan konflik kepentingan dan melanggar standar etika. Kim saat ini tengah terlibat dalam skandal setelah terungkap pada tahun 2022 bahwa ia menerima tas bermerek senilai 3 juta won (hampir 55 juta VND) sebagai hadiah. Insiden tersebut dilaporkan oleh media pada bulan Januari. Pada bulan Februari, Presiden Yoon angkat bicara tentang insiden tersebut, mengatakan bahwa tamu yang memberikan tas tersebut kepada Kim memiliki kamera tersembunyi dan itu merupakan taktik politik yang telah diatur sebelumnya. Kim belum muncul di depan umum sejak insiden tersebut.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)