Baru-baru ini, banyak petani di distrik Phung Hiep, provinsi Hau Giang , menanam sayuran di sawah yang asam, sehingga mengakibatkan hasil panen padi yang buruk.
Tunas muda kangkung (juga dikenal sebagai sayuran telinga gajah atau eceng gondok) adalah jenis sayuran liar yang tumbuh di alam liar dan diolah menjadi hidangan yang lezat dan unik.
Padi yang ditanam di tanah asam di distrik Phung Hiep menghasilkan produktivitas rendah, sehingga peralihan struktur tanaman dari budidaya padi ke pertanian sayuran telah membawa manfaat signifikan bagi petani.
Contoh yang khas adalah keluarga Tuan Vo Van Thang di dusun Phuong An A, komune Phuong Phu, distrik Phung Hiep, provinsi Hau Giang.
Keluarga Bapak Vo Van Thang memiliki lahan sawah seluas 2.000 meter persegi, tetapi lahan tersebut tidak efisien dan menghasilkan produktivitas rendah karena keasaman tanah.
Karena tidak mampu menanam padi, Bapak Thang memutuskan untuk beralih menanam tanaman yang lebih cocok. Setelah melakukan riset dan seleksi varietas tanaman yang sesuai untuk lahannya, ia menemukan bahwa kangkung adalah yang terbaik.
Tanaman kangkung, yang awalnya merupakan gulma liar, tumbuh subur di sepanjang tepi sawah dan berkembang sangat cepat di tanah asam.
Ini adalah model budidaya kangkung oleh keluarga Bapak Vo Van Thang di dusun Phuong An A, komune Phuong Phu, distrik Phung Hiep, provinsi Hau Giang. Kangkung, sejenis sayuran liar dengan nama yang terdengar lucu, dulunya merupakan sayuran liar yang tumbuh di alam bebas, dan di masa lalu, jumlahnya sangat banyak sehingga sulit untuk dibasmi semuanya. Sekarang, kangkung menjadi sayuran khas yang laris dijual.
Kangkung juga merupakan jenis sayuran bersih yang sangat populer di pasaran, sehingga Bapak Vo Van Thang memutuskan untuk menanam kangkung di lahan sawahnya seluas 2.000 meter persegi.
Pak Thang berkata: "Kangkung sangat mudah ditanam, dan bibitnya tidak memerlukan biaya. Saya biasanya mengumpulkan bibit kangkung dengan memungut tanaman kangkung liar untuk ditanam."
Setelah satu setengah bulan perawatan, keluarga Bapak Vo Van Thang mulai memanen sayuran dengan nama yang lucu ini.
Setiap hari, Bapak Vo Van Thang memanen 15 kg sayuran liar istimewa ini. Harga kangkung adalah 10.000 VND/kg, dan para pedagang datang ke rumahnya untuk membelinya. Setiap hari, para pedagang datang ke rumah Bapak Thang untuk membeli kangkung.
Dengan menjual kangkung, Bapak Thang memperoleh penghasilan 150.000 VND per hari. Lahan budidaya kangkung seluas 2.000 meter persegi miliknya menghasilkan pendapatan sekitar 45.000.000 VND per tahun untuk keluarganya.
Dengan demikian, hanya dengan 2 petak lahan untuk menanam kangkung, setelah dikurangi biaya, ia masih memperoleh keuntungan sekitar 39.000.000 VND.
Memetik kangkung (juga dikenal sebagai kangkung telinga gajah atau kangkung air) menghasilkan hidangan sayuran liar yang lezat.
Dibandingkan dengan menanam padi, Bapak Thang memperoleh lebih dari 30 juta VND dari menanam sayuran liar seperti kangkung.
Pak Thang berbagi: menanam kangkung sangat sederhana, mudah dibudidayakan, membutuhkan biaya investasi rendah, tetapi menghasilkan pendapatan yang signifikan.
Bapak Vo Van Thang mengatakan bahwa ia akan terus mengembangkan model budidaya sayuran liar ini untuk meningkatkan pendapatan dan menstabilkan kehidupan keluarganya.
Budidaya eceng gondok di sawah yang kurang produktif telah berkontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat direplikasi untuk rumah tangga dengan lahan kecil karena biaya investasi yang rendah, sehingga berkontribusi pada peningkatan kehidupan keluarga.
Menurut pengobatan tradisional, tanaman kangkung, yang juga dikenal sebagai tanaman telinga gajah, memiliki rasa manis dan khasiat mendinginkan. Kangkung liar sering dipanen oleh penduduk setempat untuk diambil kuncup dan bunganya sebagai sayuran.
Mengonsumsi kangkung memiliki efek antipiretik, antiinflamasi, laksatif, diuretik, dan antiinflamasi. Pengobatan tradisional sering menggunakan kangkung untuk mengobati infeksi saluran kemih, ejakulasi nokturnal dan spermatorrhea pada pria, serta keputihan berwarna putih keruh pada wanita.






Komentar (0)