Menurut Bapak Vuong Anh Duong, Wakil Direktur Departemen Pemeriksaan Medis dan Manajemen Pengobatan ( Kementerian Kesehatan ), salah satu poin penting dari Surat Edaran tersebut adalah persyaratan untuk menyatakan secara jelas dosis, jumlah penggunaan obat per hari, dan waktu penggunaan.
Gambar ilustrasi. |
Alih-alih menulis secara umum seperti "minum 4 pil dibagi menjadi 2 kali sehari", dokter diharuskan untuk menuliskan secara spesifik berapa banyak pil yang harus diminum setiap kali, dan pada jam berapa. Hal ini membantu pasien menggunakan obat yang tepat, dosis yang tepat, membatasi kebingungan atau dosis yang terlewat, sehingga meningkatkan efektivitas pengobatan.
“Ini adalah tambahan teknis untuk meningkatkan kejelasan dan keamanan bagi pengguna narkoba, meskipun prinsip pemberian dosis untuk setiap penggunaan telah ada sebelumnya,” kata Bapak Duong.
Poin penting lainnya adalah bahwa mulai 1 Oktober 2025, semua rumah sakit di seluruh negeri diwajibkan untuk menerapkan resep elektronik. Mulai 1 Januari 2026, peraturan ini akan menjadi wajib bagi semua fasilitas pemeriksaan dan pengobatan medis, termasuk fasilitas perawatan kesehatan primer dan klinik swasta.
Menurut Bapak Duong, ketika sistem resep elektronik terhubung dengan sistem penjualan obat, pasien hanya dapat membeli obat sesuai dengan resep yang diberikan. Sistem ini akan mengontrol penjualan obat, mendeteksi kasus penjualan resep yang salah atau melebihi jumlah yang diresepkan.
Rekam medis elektronik akan membantu memantau status kesehatan pasien secara menyeluruh, sehingga secara efektif mendukung proses pengobatan, terutama bagi penderita penyakit kronis.
Menyadari bahwa implementasi serentak di daerah terpencil akan sulit, Bapak Duong mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan sesi pelatihan, dukungan teknis, dan komunikasi untuk membantu masyarakat dan staf medis mengakses sistem baru dengan lebih mudah. Dalam waktu mendatang, perangkat lunak dan infrastruktur teknologi akan terus diperbarui, dengan prioritas diberikan untuk mendukung fasilitas medis di tingkat akar rumput.
“Standardisasi resep dan penerapan rekam medis elektronik tidak hanya membantu memastikan transparansi dan kejelasan dalam meresepkan dan menggunakan obat-obatan, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat dalam melindungi dan menjaga kesehatan mereka,” tegas Bapak Duong.
Surat Edaran Nomor 26 juga mewajibkan resep obat untuk mencantumkan informasi identitas seperti nomor identitas warga negara, nomor paspor, atau nomor identitas pribadi. Ini merupakan langkah penting untuk menyinkronkan data medis dengan basis data penduduk nasional sesuai dengan semangat Proyek 06 Pemerintah .
Bapak Duong mengatakan bahwa integrasi nomor identifikasi membantu menyederhanakan prosedur administrasi, mengurangi kesalahan dalam resep, dan juga menjadi dasar untuk membangun rekam medis elektronik yang terpadu bagi setiap warga negara. Berkat itu, perawatan kesehatan berkelanjutan dan pengelolaan informasi medis menjadi lebih mudah dan efektif.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga memiliki peraturan yang lebih ketat mengenai pengelolaan obat-obatan adiktif, obat-obatan psikotropika, dan obat-obatan prekursor, yaitu kelompok obat-obatan yang sangat sensitif dan rentan disalahgunakan, sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Nomor 26.
Secara spesifik, dalam Pasal 12, Surat Edaran tersebut dengan jelas menetapkan bahwa ketika pasien tidak lagi perlu menggunakan obat, tidak menghabiskan seluruh obat, atau meninggal dunia, pasien atau perwakilan hukumnya wajib mengembalikan sisa obat tersebut ke fasilitas medis yang memberikannya. Fasilitas medis bertanggung jawab untuk menerima dan menangani obat tersebut sesuai dengan peraturan, memastikan bahwa obat tersebut tidak hilang atau diedarkan ke pasar.
Pada saat yang sama, Dinas Kesehatan setempat bertugas untuk memastikan pasokan obat-obatan ini secara legal guna memenuhi kebutuhan pengobatan yang sah bagi masyarakat, menghindari kekurangan obat atau keharusan menggunakan obat-obatan yang tidak diketahui asal-usulnya.
Peraturan ini bertujuan untuk memperjelas revisi Undang-Undang Farmasi tahun 2024, memperkuat pengawasan terhadap obat-obatan khusus, baik untuk memastikan keselamatan pasien maupun mencegah risiko perdagangan dan penyalahgunaan.
Sumber: https://baodautu.vn/day-nhanh-tien-do-ke-don-thuoc-dien-tu-d322961.html










Komentar (0)