Saya datang ke Mang Den bukan dengan tujuan menemukan "Dalat kedua di Dataran Tinggi Tengah" seperti kata orang. Mang Den memang tidak membuat saya "terpukau" dengan keindahannya, tetapi bagi mereka yang mencintai ketenangan, Mang Den mungkin adalah tempat yang tak ingin Anda tinggalkan.
Bernapas saja membuat orang merasa nyaman, merasakan aroma rumput dan pepohonan yang bersih, bebas dari bau debu kendaraan, lokasi konstruksi, dan orang-orang yang berkerumun.
Roda-roda berputar perlahan di sepanjang Jalan Raya Nasional 24 yang berkelok-kelok, membawa saya dari Kon Tum ke kota Mang Den. Saya bisa melihat hamparan bukit rumput alang-alang yang tak berujung dan lembah-lembah hijau yang berkilauan dengan warna-warna magis di bawah sinar matahari terbenam yang kemerahan di lereng barat.
Selama perjalanan itu, lagu "Mengikuti matahari di jalan-jalan jauh yang kutempuh..." terus terngiang di kepalaku, terasa bebas bagaikan tanaman yang hidup di hamparan bumi dan langit.
Perjalanan dari Kota Kon Tum memakan waktu sekitar satu jam, mobil terus menanjak, dan setiap kali melewati lereng, udara sedikit berubah, dan rasa dingin semakin terasa. Sesampainya di puncak gunung, Mang Den muncul di depan mata saya, sebuah dataran seperti Mang Den yang dalam bahasa Xo-dang berarti dataran.
Bukan tanpa alasan orang-orang membandingkan Mang Den dengan Dalat. Saya tiba di Mang Den di awal musim semi, kedua sisi jalan ditumbuhi pepohonan pinus hijau, bunga persik yang tak terhitung jumlahnya, matahari terbenam dengan hangat, menembus rimbunnya kanopi pinus dengan aroma damar pohon yang harum, menyinari hamparan rumput liar, dan sesekali saya bahkan menemukan beberapa semak mimosa kuning cerah. Dari iklim, medan, tanaman, hingga vila-vila berarsitektur Prancis, tempat ini tak pelak lagi mengingatkan orang-orang pada Dalat.
Mang Den tidak hanya memiliki kabut, gemerisik pohon pinus, dan pemandangan Dalat yang indah, tetapi juga memiliki keindahan megah Dataran Tinggi Tengah, warna kuning sawah terasering pada musimnya, jalan tanah merah menuju rumah panggung yang mengepulkan asap di lereng bukit, keindahan alam air terjun yang memercikkan buih putih, dan yang terpenting, ciri khas budaya yang unik dengan nafas simbol kesuburan Lingga-Yoni, gong, patung kayu dari makam atau "bayangan pohon Kơ nia" dengan kisah-kisah epik heroik yang menciptakan ciri khas tanah yang terkait dengan legenda "3 air terjun, 7 danau".
Kali ini saya menginap di sebuah Homestay di Desa Kon-Bring, salah satu dari empat desa wisata utama di Distrik Kon Plong, yang sebagian besar dihuni oleh suku M'Nâm. Selama di sana, saya mengikuti teman-teman kecil saya berkeliling desa. Anak-anak itu tampak luar biasa cantik dengan senyum secerah sinar matahari Dataran Tinggi Tengah, mata mereka yang hitam legam dan bulu mata mereka yang panjang membuat saya ingin melihat lebih, lebih lagi. Di antara rumah-rumah panggung kayu tradisional terdapat sebuah rumah Krong, menjulang tinggi dan megah seperti kapak raksasa.
Tempat-tempat wisata di Mang Den tidak terlalu jauh, hanya sekitar 30 menit berkendara. Kawasan dengan 37 rumah tangga dan kafe-kafe cantik ini akan berada di arah yang sama dengan bukit berumput atau Air Terjun Pa Sy, sedikit lebih jauh lagi terdapat desa Kon Tu Rang yang bagaikan negeri dongeng dengan jembatan gantung di atas Sungai Dak Bla yang mengalir melalui sawah terasering. Mang Den tidak terlalu ramai di malam hari. Jika Anda malas keluar, Anda dapat duduk di dekat tungku arang yang hangat sambil membaca beberapa buku, menikmati jagung bakar, sesekali mendengarkan suara derak dari tungku, merasakan kehangatan yang terpancar di bawah kabut malam. Atau, agar tidak terlalu malas, Anda dapat berjalan-jalan di Kawasan Ekonomi Malam Mang Den, di mana terdapat banyak hidangan lezat yang cukup untuk memuaskan perut Anda.
Beberapa tempat di Mang Den yang menurut saya layak dikunjungi adalah Area 37 dan perbukitan berumput Area 37, Desa Kon Tu Rang, Desa Kon Von Kia, Desa Kon Bring, Danau Dak Ke atau Air Terjun Lo Ba, Air Terjun Pa Sy.
Restoran yang bisa Anda jadikan referensi adalah: Mie ikan gabus A Kay (tak ada yang lebih nikmat daripada semangkuk mi yang mengepul, harum dengan lada hitam jika disantap di cuaca dingin), Ayam Panggang dan Nasi Bambu Bu Sinh, restoran vegetarian di Area 37, atau makan hot pot, makanan panggang, minum susu kacang di kawasan ekonomi malam Mang Den.
Artikel dan foto: Nhu Diem
Vietnam Oh!
Komentar (0)