Jenderal Vo Nguyen Giap adalah murid teladan Presiden Ho Chi Minh , Panglima Tertinggi pertama Tentara Rakyat Vietnam. 114 tahun telah berlalu sejak kelahirannya, tetapi jejak "jenderal legendaris" ini masih bersinar terang di hati rakyat Vietnam dan sahabat-sahabat internasional.

Keutamaan - Bakat - Hati: Potret Tokoh Besar Bangsa
Pertama-tama, kebajikan Jenderal Vo Nguyen Giap bersinar sebagai teladan. Ia sangat setia kepada Partai, Tanah Air, dan rakyat, selalu mengutamakan kepentingan bersama di atas segalanya. Sejak awal revolusi, Vo Nguyen Giap menjalani kehidupan yang murni dan sederhana, acuh tak acuh terhadap ketenaran dan kekayaan. Bahkan ketika ia menjabat sebagai Panglima Tertinggi, rekan-rekannya masih dengan penuh kasih sayang memanggilnya "Saudara Van". Sifat inilah yang membuat rakyat tidak hanya menghormati tetapi juga mencintainya.

Bakat sang Jenderal telah menciptakan lembaran sejarah yang gemilang. Dari seorang guru sejarah, ia menjadi Panglima Tertinggi yang luar biasa, memimpin berbagai kampanye abadi: Kampanye Perbatasan 1950, kemenangan Dien Bien Phu 1954 yang "terkenal di lima benua, mengguncang bumi", dan Kampanye Ho Chi Minh 1975 yang mempersatukan negara. Pemikiran militernya memadukan kearifan Vietnam dengan seni militer dunia, menjadikan rakyat sebagai akarnya, dan menganggap rakyat sebagai faktor penentu.
Dalam artikel "Memperingati Kemenangan Dien Bien Phu" yang dimuat di Surat Kabar Nhan Dan pada 7 Mei 1963, Presiden Ho Chi Minh mengutip pernyataan Berna Phan: Bagi penjajah Prancis, "itu merupakan kekalahan politik yang berat sekaligus kekalahan militer yang sangat fatal, karena untuk pertama kalinya sebuah kekuatan kolonial dikalahkan oleh sebuah koloni."
Tidak berhenti di bidang militer, Sang Jenderal juga memiliki visi jangka panjang di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta meninggalkan banyak karya penelitian yang berharga.
Namun, mungkin, yang membuatnya abadi di hati rakyat adalah hati sang Jenderal. Hatinya penuh belas kasih dan kemanusiaan, selalu mencintai rekan, rekan satu tim, dan rakyatnya. Ia percaya bahwa semua kemenangan adalah milik rakyat, diciptakan oleh rakyat; pemimpin hanyalah mereka yang mewakili rakyat dalam memimpin pasukan. Apa pun jabatannya, ia peduli pada setiap prajurit, prajurit yang terluka, bahkan anak-anak di dataran tinggi atau kaum miskin. Itulah sebabnya ia dipanggil dengan sebutan yang penuh hormat dan kasih sayang: "Jenderal Rakyat".
Ketiga nilai yakni Kebajikan, Bakat, dan Hati berpadu menciptakan potret sosok pria hebat: pemimpin yang luar biasa, pribadi yang patut dicontoh, dan hati yang besar dari rakyat Vietnam.
Warisan Spiritual: Sebuah Obor yang Menerangi Jalan bagi Generasi Muda Masa Kini
Kebajikan, Bakat dan Hati Jenderal Vo Nguyen Giap tidak hanya menjadi kisah sejarah, tetapi juga warisan spiritual yang tak ternilai bagi generasi muda Vietnam di era integrasi.
Dari Duc, kaum muda belajar kejujuran, keberanian, dan cita-cita hidup. Dalam masyarakat yang terus berubah, di mana nilai-nilai materi mudah menyesatkan orang, teladan moral sang Jenderal menjadi pengingat akan tanggung jawab dan keteguhan dalam kebenaran. Sang Jenderal pernah menekankan: "Saya hidup setiap hari untuk negara." Itu adalah pelajaran yang mendalam bagi kaum muda saat ini: jika Anda ingin berkontribusi bagi negara, Anda harus terlebih dahulu memupuk kepribadian dan menjaga pikiran tetap murni.

Dari Tai, generasi muda belajar aspirasi untuk bangkit, tekad untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sang Jenderal awalnya adalah seorang guru biasa, tetapi berkat kecintaannya pada pembelajaran, kreativitas, dan tekadnya, ia menjadi seorang Panglima Tertinggi yang luar biasa. Dalam revolusi industri 4.0, kaum muda perlu terus belajar, meneliti, berinovasi, berani berpikir, dan berani bertindak untuk membantu Vietnam mengejar ketertinggalan dan melampauinya di berbagai bidang.
Dari lubuk hati, kaum muda belajar cara hidup yang manusiawi, penuh kasih, dan berbagi. Sang Jenderal pernah berkata: "Kemenangan membutuhkan keberanian, tetapi tidak menerima tindakan yang nekat", "Kebahagiaan terbesar seorang pemimpin militer adalah berada di antara para prajurit di medan perang". Ajaran itu masih relevan hingga saat ini. Kaum muda perlu tahu bagaimana hidup untuk sesama, untuk masyarakat, bersama-sama memupuk solidaritas dan kemanusiaan agar masyarakat menjadi lebih beradab dan lebih baik.
Dapat dikatakan bahwa warisan sang Jenderal merupakan "kompas" bagi pemuda Vietnam; sebuah pengingat bahwa suatu generasi hanya dapat benar-benar dewasa ketika ia tahu bagaimana memupuk kebajikan, melatih bakat, dan menjaga hatinya tetap utuh.
* * *
Jenderal Vo Nguyen Giap telah wafat, tetapi kebajikan, bakat, dan hatinya akan abadi bersama bangsa. Namanya tak hanya tercatat dalam buku sejarah, tetapi juga terukir di hati jutaan rakyat Vietnam dan sahabat-sahabat internasional.
Bagi generasi muda masa kini, menimba ilmu dan meneladani Sang Jenderal bukanlah panggilan umum, melainkan tindakan nyata: memupuk kebajikan, memupuk bakat, dan memelihara hati yang welas asih untuk mengabdi kepada Tanah Air. Itulah cara untuk menghormati dan melanjutkan warisan berharga yang ditinggalkan Sang Jenderal bagi generasi mendatang.
Sumber: https://baogialai.com.vn/duc-tai-tam-cua-dai-tuong-vo-nguyen-giap-di-san-quy-cho-the-he-tre-hom-nay-post564678.html






Komentar (0)