Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nomor 29 tidak hanya menetapkan tiga golongan masyarakat yang boleh mengikuti pelajaran tambahan di sekolah, tetapi juga membatasi lamanya waktu pelajaran tambahan di kelas.
Secara spesifik, hanya ada 3 kelompok siswa yang diperbolehkan mengambil kelas tambahan di sekolah: siswa yang lemah, sekolah yang membina siswa berprestasi, dan siswa tahun akhir yang sedang belajar untuk ujian.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan dengan tegas menetapkan bahwa sekolah harus mengatur kelas berdasarkan jumlah siswa yang mendaftar untuk kelas tambahan, dengan memastikan persyaratan tidak melebihi 45 siswa/kelas. Kelas tambahan tidak diatur di antara jadwal dan tidak mengajarkan materi tambahan dibandingkan dengan pengajaran sesuai dengan distribusi program mata pelajaran. Secara khusus, surat edaran baru ini juga menetapkan bahwa mata pelajaran yang diselenggarakan untuk kelas tambahan di sekolah tidak boleh melebihi 2 jam pelajaran/minggu.
Terkait dengan aturan tersebut, Kepala Sekolah dan Guru SMP/MTs menyampaikan bahwa peninjauan ulang untuk ujian akhir guna memantapkan pengetahuan siswa sangat penting dan memerlukan waktu bagi guru untuk membantu siswa dalam memahami pengetahuan, berlatih soal-soal latihan, dan melatih keterampilan mengerjakan soal ujian.
![]() |
Surat edaran baru tersebut menetapkan bahwa mata pelajaran yang dapat diajarkan di sekolah tidak boleh melebihi 2 periode per minggu. |
Kepala sekolah menengah pertama di distrik Ba Dinh ( Hanoi ) mengatakan bahwa sekolah saat ini menyelenggarakan sesi ulangan gratis untuk tiga mata pelajaran: Matematika, Sastra, dan Bahasa Asing bagi siswa kelas 9 untuk membantu mereka memiliki pengetahuan dan kepercayaan diri yang kuat untuk naik ke kelas 10. Namun, peraturan baru yang mewajibkan setiap mata pelajaran tidak boleh diulang lebih dari 2 sesi sangatlah kurang, sehingga tidak cukup bagi guru untuk mengajar secara menyeluruh dan mendalam pada setiap jenis pelajaran.
"Jika kita mengajar dengan cermat, baik guru maupun siswa tidak mungkin menyelesaikan pelajaran Sastra atau soal Matematika dalam 45 menit. Untuk Matematika dan Sastra, siswa harus memiliki setidaknya 4 sesi per minggu untuk memastikan bahwa guru dan siswa dapat mengajarkan pengetahuan sekaligus melatih keterampilan lainnya," ujar guru ini.
Dengan adanya peraturan pembatasan jam belajar seperti tahun ini, pihak sekolah merasa khawatir, begitu pula dengan orang tua. Terutama bagi mereka yang ingin mengikuti ujian masuk sekolah khusus, sekolah unggulan mensyaratkan nilai tinggi dengan harapan lulus. Menurut kepala sekolah ini, pada tahun-tahun sebelumnya, sekolah telah menyusun rencana pembelajaran mandiri untuk siswanya, sehingga selain kelas tambahan, setelah jam sekolah, guru dan siswa tetap begadang untuk belajar menghadapi ujian. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, tidak ada cara lain selain belajar, membekali diri dengan pengetahuan, dan membiasakan siswa dengan jenis-jenis soal ujian.
Ibu Nguyen Thi Nhiep, Kepala Sekolah Menengah Atas Berbakat Chu Van An (Hanoi), mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan baik dari Surat Edaran 29 adalah Kementerian Pendidikan dan Pelatihan ingin mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan sekaligus memiliki konsistensi dalam manajemen mutu dalam pelaksanaan Program Pendidikan Umum 2018. Namun, penerapan peraturan baru yang mendekati Ujian Kelulusan SMA membuat siswa dan orang tua khawatir karena tahun ini merupakan tahun pertama pelaksanaan ujian sesuai program baru.
Menurut Ibu Nhiep, meskipun SMA Chu Van An merupakan sekolah khusus dengan kualitas siswa baru yang baik, sekolah tidak boleh bersikap subjektif pada tahun pertama pelaksanaan ujian sesuai program baru. Sekolah telah mematuhi peraturan surat edaran tersebut dengan ketat untuk menyusun rencana peninjauan, yang memungkinkan siswa mendaftar untuk peninjauan, kecuali untuk mata pelajaran khusus. Hal yang paling mengkhawatirkan bagi para guru adalah peraturan bahwa peninjauan tidak boleh melebihi 2 periode/minggu. Terutama peninjauan untuk siswa berprestasi di tingkat kota dan nasional.
Hindari mengatur kelas tambahan
Menanggapi kekhawatiran guru dan kepala sekolah terkait peraturan yang hanya memperbolehkan sekolah menyelenggarakan maksimal 2 jam pelajaran per minggu per mata pelajaran, Wakil Menteri Pendidikan dan Pelatihan Pham Ngoc Thuong mengatakan bahwa perlu meningkatkan semangat belajar mandiri siswa. Selain meningkatkan kualitas jam pelajaran, guru juga perlu membimbing siswa untuk belajar mandiri dan memperluas wawasan mereka.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah melakukan penelitian menyeluruh dan berkonsultasi dengan para ahli sebelum mengeluarkan peraturan dalam Surat Edaran 29, termasuk jumlah kelas tambahan per minggu, untuk menghindari meluasnya kelas tambahan. Tanpa peraturan khusus, sekolah akan menyelenggarakan sesi evaluasi lebih banyak atau lebih sedikit untuk siswa yang kurang mampu, siswa yang berprestasi, atau siswa yang sedang mempersiapkan ujian akhir.
Bapak Thuong juga menegaskan bahwa Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tidak melarang, tetapi juga tidak mendorong, kegiatan belajar mengajar tambahan. Sekolah harus meningkatkan kesadaran orang tua tentang dampak negatif dari kegiatan belajar mengajar tambahan yang meluas dan dapat merugikan siswa.
Di sisi sekolah, ia juga mengatakan perlu ada solusi drastis agar siswa tidak tertekan dengan prestasi dan nilai.
"Karena prestasi, masih ada sekolah yang menyarankan siswa untuk tidak mengikuti ujian masuk kelas 10 demi meraih tingkat kelulusan yang tinggi. Berkat itu, para pengelola dan guru mata pelajaran tersebut akan berprestasi, dan sekolah akan memiliki citra. Ini sesuatu yang harus diubah," ujar Bapak Thuong.
Komentar (0)