Menurut Times of India , insiden itu terjadi pada siang hari tanggal 22 Juli. Saat penumpang turun dari pesawat setelah penerbangan panjang dari Hong Kong ke New Delhi, unit daya bantu (APU) yang terletak di bagian ekor pesawat tiba-tiba terbakar.
Meskipun kebakaran menyebabkan kerusakan kecil pada badan pesawat, semua penumpang dan awak pesawat berhasil turun dengan selamat, dan tidak ada yang terluka.
“Penerbangan Air India AI 315, yang beroperasi dari Hong Kong ke Delhi pada 22 Juli, mengalami kebakaran APU tak lama setelah mendarat dan parkir di dekat pintu. Insiden tersebut terjadi saat penumpang mulai turun. APU mati secara otomatis sesuai desain. Meskipun pesawat mengalami kerusakan ringan, penumpang dan awak pesawat turun dengan selamat dan normal,” kata juru bicara Air India.
Maskapai tersebut juga mengkonfirmasi bahwa pesawat telah dihentikan operasinya sementara menunggu penyelidikan dan telah sepenuhnya memberitahukan kepada Otoritas Penerbangan Sipil India.
Menurut India Times , penyebab awalnya mungkin terkait dengan kesalahan perawatan teknis, tetapi investigasi menyeluruh diperlukan untuk menentukan alasan pastinya.

Sebuah pesawat Airbus milik Air India (Gambar ilustrasi: Jejak kondensasi).
Kebakaran APU pada penerbangan AI 315 terjadi di tengah tekanan signifikan terhadap Air India terkait insiden keselamatan. Menurut India Times , dalam enam bulan terakhir saja, maskapai tersebut telah menerima sembilan pemberitahuan dari otoritas India yang meminta penjelasan terkait lima pelanggaran keselamatan yang teridentifikasi.
Salah satu insiden paling serius adalah kecelakaan udara dahsyat pada tanggal 12 Juni. Penerbangan Air India AI 171, sebuah Boeing 787-8, jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari bandara Ahmedabad, menewaskan 241 dari 242 penumpang dan 19 orang di darat.
Menurut laporan awal dari Biro Investigasi Kecelakaan Udara India (AAIB), pasokan bahan bakar ke kedua mesin terputus hanya selama satu detik, sehingga awak penerbangan tidak punya waktu untuk bereaksi dan menyebabkan tragedi tersebut.
Sementara itu, Air India menegaskan bahwa mereka telah memeriksa seluruh sistem pengunci bahan bakar pada pesawat Boeing 787 dan 737 mereka dan tidak menemukan kelainan apa pun.
Murlidhar Mohol, Menteri Penerbangan Sipil, mengatakan kepada Senat India bahwa dalam enam bulan terakhir, tidak ada tren penurunan keandalan teknis Air India yang teramati, khususnya untuk pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut.
Menurut situs web industri penerbangan Skybrary , APU (Auxiliary Power Unit) adalah mesin jet kecil, biasanya dipasang di bagian ekor pesawat. APU dapat beroperasi secara independen tanpa memerlukan peralatan pendukung berbasis darat seperti generator, pendingin udara, atau starter mesin.
Saat diaktifkan, APU menyediakan daya untuk sistem pesawat serta udara bertekanan untuk menghidupkan mesin utama atau pendingin udara. Saat pesawat diparkir, APU biasanya tetap beroperasi untuk memastikan pasokan daya dan lingkungan yang stabil hingga akhir penerbangan.
Skybrary juga menyatakan bahwa telah terjadi banyak insiden APU terbakar atau mengalami kerusakan baik saat pesawat berada di darat maupun saat terbang.
Salah satu insiden penting terjadi pada Juni 2016, ketika kabin penumpang pesawat Airbus A330 di Bandara Heathrow (London, Inggris) dipenuhi asap akibat kebocoran oli panas ke dalam sistem udara bertekanan yang disebabkan oleh kerusakan segel APU, sehingga memerlukan evakuasi darurat.
Sebelumnya, pada Juli 2013, sebuah pesawat Boeing 777-300 Air France di Bandara Charles de Gaulle (Paris, Prancis) juga terpaksa dievakuasi ketika penumpang mendeteksi bau terbakar dan asap di dalam kabin, yang penyebabnya diketahui sebagai kerusakan terkait APU (Auxiliary Power Unit).
Sumber: https://dantri.com.vn/du-lich/hang-air-india-lai-gap-su-co-may-bay-cho-170-hanh-khach-boc-chay-20250723123724338.htm






Komentar (0)