
Karya ini dianggap sebagai langkah maju yang berani bagi sastra fantasi domestik, memperluas jangkauan kreatif dan membentuk pendekatan baru terhadap genre dewa-setan-planet.
Selama bertahun-tahun, karya fantasi di pasar Vietnam sebagian besar berasal dari terjemahan, sementara karya dalam negeri hanya muncul secara sporadis. Oleh karena itu, "Legenda Dewa Bumi" memiliki makna yang melampaui peran sebuah buku, menandai aspirasi untuk menciptakan dunia yang benar-benar baru dengan imajinasi Vietnam, dalam semangat integrasi sambil tetap mempertahankan identitasnya sendiri.
Karya ini berpusat pada karakter Kea, seorang remaja yang membawa jiwa Dewa Api Agnis dan tanda ego yang gelap. Di planet Nuh—di mana matahari hanyalah legenda dan badai menjadi hukum abadi—Kea terpaksa memasuki pertempuran hidup-mati antara terang dan gelap, antara takdir yang telah ditentukan dan pilihan terakhirnya sendiri. Kisahnya bertempo cepat, kaya akan kualitas sinematik, dengan banyak adegan pertempuran yang digambarkan dengan tajam, menciptakan sensasi membaca seperti menonton film aksi berskala besar.

Yang membuat "Legend of the Earth God" istimewa, selain struktur dunianya yang masif, adalah cara penulis menempatkan karakternya dalam pertanyaan moral yang pelik: jika yang tersisa hanyalah rasa sakit, apa yang akan dilakukan orang-orang terhadapnya? Di mana Akanis—yang ditolak dan ditinggalkan—menjadi penjahat: karena pilihan pribadi, karena komunitas, atau karena sistem ilahi yang memaksakan takdir?
Adapun Kea, anak yang menderita banyak kehilangan dan memiliki kekuatan penghancur, ia dihadapkan pada pilihan antara balas dendam atau pengampunan. Di saat yang menentukan, ia memilih untuk merangkul penderitaan musuh-musuhnya demi mengakhiri spiral kehancuran. Pilihan itu menegaskan pesan yang konsisten dari karya tersebut: kekuatan tidak datang dari terang atau gelap, melainkan dari kemampuan untuk memutuskan sendiri, dari keberanian memilih hal yang benar.
Dengan latar belakang konflik antar ras, dewa, dan kekuatan iblis, kisah ini mengangkat pertanyaan mendalam tentang martabat dan kebebasan. Di dunia yang dikendalikan teokrasi, di mana iman diubah menjadi alat dominasi, apakah manusia masih bebas atau hanya pion yang melayani rahasia kuno alam semesta? Karya ini menawarkan perspektif yang lugas: martabat hanya dapat dilindungi ketika orang berani ragu, berani berdiri, dan berani memilih.
Novel ini memperluas cakupan refleksi tentang pengorbanan, penebusan, dan hakikat para pahlawan. Pahlawan bukanlah penyintas terkuat, melainkan mereka yang berani mengorbankan diri untuk membebaskan dunia dan memberi kesempatan hidup bagi orang lain. Di dunia Nuh yang keras, tempat manusia harus berjuang di hutan Sylvinas yang lembap atau gurun Terrias yang luas, perjuangan untuk tetap menjadi manusia lebih sulit daripada pertempuran melawan para dewa.

Kemunculan "Legenda Dewa Bumi" juga menunjukkan sinyal budaya yang positif, yaitu sastra muda Vietnam dengan berani memasuki genre-genre yang membutuhkan imajinasi terbuka, pemikiran struktural, dan keterampilan membangun dunia. Proyek ini, dalam beberapa hal, berkontribusi pada diversifikasi pasar kreatif, mendorong kaum muda untuk mencoba fantasi—bidang yang selama ini sebagian besar bergantung pada buku terjemahan.
Novel ini diterbitkan oleh Waka, diterbitkan oleh The Gioi Publishing House, terbit pada Desember 2025 dengan kapasitas 608 halaman. Meskipun merupakan karya fiksi, "Legenda Dewa Bumi" menghadirkan refleksi yang sangat dekat bagi para pembaca masa kini tentang rasa sakit, hasrat akan kebaikan, hak untuk memilih, dan menjadi manusia di dunia yang terus berubah.
Dalam perkembangan sastra kontemporer, eksperimen kreatif semakin dihargai. Kelahiran karya ini dapat dilihat sebagai sebuah tanda, penegasan bahwa imajinasi penulis cukup kuat untuk terjun ke dunia dengan kisah-kisahnya sendiri.
Sumber: https://nhandan.vn/huyen-thoai-tho-than-dau-an-moi-cua-van-hoc-fantasy-viet-nam-post928299.html










Komentar (0)