Provinsi-provinsi utara mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor pada awal Agustus, membuat pemilihan pakaian tidak hanya masalah estetika tetapi juga "masalah" kesehatan dan kenyamanan.

Wilayah Utara dan Tengah mengalami hari-hari panas yang meluas (Foto: Manh Quan).
Bahan: Utamakan sirkulasi udara
Menurut Associate Professor Dr. Saetbyul Park, seorang ahli dalam Desain Kostum dan Tekstil di Michigan State University (AS), bahan adalah faktor kunci.
Ia menyarankan untuk menghindari kain seperti nilon dan poliester karena daya serap keringatnya buruk, pengap, dan menghambat proses pengaturan suhu tubuh. Terutama bagi orang yang banyak berkeringat, kain-kain ini mudah meninggalkan noda basah, sehingga tidak sedap dipandang dan tidak nyaman.

Berhati-hatilah dengan pakaian yang terbuat dari nilon dan poliester karena dapat membuat pemakainya "malu" (Foto: Tangkapan Layar).
Sebaliknya, katun dan linen adalah dua pilihan terbaik. Keduanya memiliki kemampuan menyerap panas dan kelembapan yang baik, ramah lingkungan, tidak mengiritasi kulit, dan lembut.
Linen sangat populer karena sifatnya yang bernapas, menyerap keringat, ringan, dan tidak lengket di kulit saat basah. Namun, kekurangan linen adalah elastisitasnya yang rendah, mudah kusut, dan tidak tahan lama dibandingkan beberapa kain lainnya.

Linen adalah salah satu bahan favorit di musim panas (Foto: Getty).
Kain katun juga menyerap keringat dengan baik, mudah menyerap keringat, dan tahan lama, cocok untuk iklim Vietnam yang panas dan lembap. Namun, jika banyak berkeringat, pakaian katun bisa menjadi berat.
Warna: Pahami dengan benar untuk mencegah panas secara efektif
Banyak orang percaya bahwa warna terang lebih baik dalam melindungi dari panas karena menyerap lebih sedikit panas. Namun, menurut Medical Daily, pakaian berwarna terang tidak seefektif yang dipikirkan banyak orang.
Warna terang memantulkan sinar matahari tetapi juga memantulkan panas dari tubuh kembali ke kulit, membuat pemakainya mudah berkeringat dan merasa pengap.

Menurut para ilmuwan , warna terang memiliki sifat menyerap lebih sedikit sinar panas daripada warna gelap (Ilustrasi: CV).
Sebaliknya, pakaian gelap, meskipun menyerap lebih banyak panas dari matahari, juga menyerap panas dari tubuh, sehingga proses penyerapan dan pelepasan panas menjadi lebih mudah.
Selain itu, pakaian gelap lebih baik dalam menghalangi sinar ultraviolet. Sebuah studi tahun 1980 di jurnal Nature tentang pakaian Badui di gurun yang panas menemukan bahwa pakaian hitam menyerap panas tetapi tidak memindahkannya ke tubuh.
Namun, faktor yang paling penting tetaplah pakaian yang longgar dan sejuk.
The Guardian juga mencatat bahwa warna abu-abu sebaiknya dihindari karena mudah berkeringat. Sebaliknya, warna seperti hijau tua atau biru tua adalah pilihan yang lebih baik karena tidak terlalu menunjukkan perbedaan antara basah dan kering.
Hindari pakaian dan aksesoris yang ketat
Kimberly McMahon, kepala Program Layanan Cuaca Publik di Dinas Cuaca Nasional, menyarankan untuk menghindari pakaian ketat karena dapat memerangkap keringat di kulit, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan menyulitkan panas untuk keluar.
Aksesori juga berperan penting. Topi berbahan gelap adalah pilihan yang lebih disukai. Kenakan pakaian pelindung matahari, kacamata hitam, dan tabir surya dengan SPF lebih dari 30 untuk melindungi kulit Anda dari sinar UV yang berbahaya.

Topi bertepi lebar dan kacamata hitam merupakan aksesori yang sangat diperlukan saat bepergian keluar di musim panas (Ilustrasi: CV).
Pada akhirnya, mode hanyalah salah satu bagian dari perjuangan melawan panas. Dokter menyarankan untuk tetap terhidrasi, membatasi alkohol dan minuman ringan, serta menghindari aktivitas di luar ruangan selama jam sibuk, terutama antara pukul 10.00 dan 16.00.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/khoa-hoc-dang-sau-viec-chon-quan-ao-trong-ngay-nang-nong-gay-gat-20250806091031193.htm
Komentar (0)