Kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke AS dianggap sebagai terobosan yang akan meningkatkan hubungan kedua negara ke tingkat baru.
Perdana Menteri India Narendra Modi tiba di New York pada 20 Juni, memulai kunjungan kenegaraan pertamanya ke Amerika Serikat. (Sumber: Twitter) |
Selama ini, Washington dan New Delhi kerap menggambarkan satu sama lain sebagai "sekutu alami", saling memuji dengan kata-kata indah "dua negara demokrasi tertua dan terbesar di dunia ". Namun, hubungan AS-India selalu dianggap "kurang bergairah" oleh opini publik, bahkan penuh gejolak.
Meskipun Washington sering mengkritik New Delhi terkait isu hak asasi manusia dan bersedia menjual jet tempur F-16 kepada rival India, Pakistan, India telah menjadi pelanggan utama senjata Rusia. India tidak hanya mempertahankan sikap netral dalam konflik Rusia-Ukraina, tetapi juga telah meningkatkan pembelian minyak Rusia, yang membantu Moskow mengurangi dampak sanksi Barat.
Tentu saja, Washington tidak puas, tetapi bagi AS, tidak ada mitra Asia yang lebih penting daripada India dalam strateginya untuk mengalihkan fokus ke Indo-Pasifik. Oleh karena itu, Washington selalu berusaha menarik New Delhi ke pihaknya, dengan tujuan meningkatkan keunggulannya dalam persaingan strategis dengan Beijing, sekaligus secara bertahap memisahkan New Delhi dari hubungannya dengan Moskow, terutama di bidang militer.
Banyak "umpan" yang ditawarkan Washington selama kunjungan Perdana Menteri Modi kali ini. Di antaranya, yang paling menarik mungkin adalah perjanjian di bidang militer, seperti AS akan menyediakan mesin F414 untuk dipasang pada pesawat militer ringan India, Tejas Mk2, kontrak AS untuk menjual 30 drone Predator modern MQ 9B kepada India...
Namun, jika menilik sejarah, India selalu menjadi pemimpin dalam gerakan non-blok. Meskipun telah meningkatkan kerja sama dengan AS, dan bahkan siap untuk meningkatkan hubungan serta bergabung dengan aliansi baru seperti kelompok "Quad" dan "I2U2" dengan AS, sulit bagi India untuk menyimpang dari tradisi inherennya dan kehilangan identitas independennya dalam kebijakan luar negerinya.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)