Angkatan Udara AS pada 2 Juni membantah laporan bahwa mereka telah melakukan simulasi di mana kendaraan udara tak berawak (UAV) di bawah kecerdasan buatan (AI) memutuskan untuk "membunuh" operator manusianya untuk mencegahnya mengganggu misinya, menurut USA Today.
Spekulasi bermula bulan lalu ketika, dalam sebuah konferensi di London, Kolonel Tucker Hamilton mengatakan bahwa sebuah UAV yang dikendalikan AI menggunakan "strategi yang sangat tak terduga untuk mencapai tujuannya."
Drone MQ-9 Reaper Angkatan Udara AS di Pangkalan Udara Kandahar di Afghanistan pada tahun 2018
Menurutnya, uji coba tersebut mensimulasikan sebuah UAV yang dioperasikan oleh AI yang diperintahkan untuk menghancurkan sistem pertahanan udara lawan. Kemudian, ketika operator memerintahkannya untuk mengabaikan target, UAV tersebut menyerang dan membunuh operator tersebut karena operator tersebut mengganggu target utamanya.
Namun, tidak ada yang benar-benar diserang seperti itu. Dalam wawancara dengan Business Insider , juru bicara Angkatan Udara AS, Ann Stefanek, mengatakan tidak ada simulasi semacam itu yang dilakukan.
Peringatan menakutkan dari mantan direktur Google: AI memiliki kemampuan untuk 'memeras' kemanusiaan
"Angkatan Udara tidak melakukan kegiatan semacam itu dan tetap berkomitmen pada penggunaan teknologi AI yang etis dan bertanggung jawab," ujar juru bicara tersebut, seraya menambahkan bahwa "tampaknya komentar kolonel tersebut diambil di luar konteks."
Menyusul pernyataan Angkatan Udara AS, Tn. Hamilton mengklarifikasi bahwa ia telah "salah bicara" dalam presentasinya di London. Menurutnya, simulasi tersebut hanyalah eksperimen hipotetis. Royal Aeronautical Society (UK), penyelenggara konferensi tersebut, tidak menanggapi permintaan komentar.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)