Pada bulan Agustus 2023, Ajun (nama diubah oleh media Tiongkok) - seorang pelajar laki-laki berusia 15 tahun yang tinggal di kota Guilin, provinsi Guangxi, Tiongkok - ditemukan mencuri 3.500 yuan (hampir 13 juta VND) dari sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan.
Setelah tertangkap mencuri, Ajun dikirim ke Sekolah Reformasi Yongqing untuk pelatihan dan rehabilitasi atas permintaan pihak berwenang setempat kepada keluarganya. Tindakan ini dianggap sebagai hukuman bagi Ajun, ia tidak diadili karena masih di bawah umur.
"Putra saya memang sedikit nakal, tetapi saat itu ia sedang pubertas dan memiliki banyak sifat pemberontak. Ketika saya mengirimnya ke sekolah rehabilitasi, saya pikir ini akan membantunya belajar," kata ayahnya, Jiang Peifeng.
Namun, hanya beberapa minggu setelah Ajun masuk sekolah reformasi, seorang pengawas bermarga Du menghukum Ajun dan beberapa teman sekelasnya dengan menyuruh mereka meletakkan tangan di belakang kepala, berdiri, dan duduk berulang kali. Ajun diharuskan melakukan ini 1.000 kali berturut-turut. Ia menyelesaikan jumlah yang diwajibkan dalam waktu sekitar satu jam.
Setelah menjalani hukuman disiplinnya, Ajun mengatakan ia gemetar hebat hingga hampir tidak bisa berdiri. Beberapa hari setelahnya, ia melihat darah dalam urinenya dan kakinya mulai bengkak.
Meski begitu, Ajun tetap belajar, berlatih, dan menjalani hidup sesuai jadwal di sekolah reformasi, meski tubuhnya makin jatuh ke dalam kondisi kelelahan yang amat berat.
Total biaya perawatan Ajun untuk membantunya mengatasi masalah kesehatannya hampir 1 juta yuan (lebih dari 3,6 miliar VND) (Foto: SCMP).
Pada tanggal 13 September 2023, Tn. Jiang menerima telepon dari Rumah Sakit Pusat Vinh Chau yang memberitahukan bahwa putranya dalam kondisi kritis dan perlu segera dipindahkan.
Setibanya di rumah sakit, Tuan Jiang terkejut melihat tubuh putranya yang membengkak. Ajun didiagnosis gagal ginjal parah dan membutuhkan transplantasi ginjal. Pada Juni 2024, Ajun berhasil menerima transplantasi ginjal.
Demi menyelamatkan putranya, Tuan Jiang terpaksa menjual rumahnya dan meminjam lagi 450.000 yuan. Total biaya pengobatan Ajun hampir mencapai 1 juta yuan (lebih dari 3,6 miliar VND). Sang ayah berkata, "Saya hanya berharap putra saya bisa terus hidup, meskipun saya harus bangkrut."
Pada bulan Juni 2024, Tn. Jiang memutuskan untuk menuntut Sekolah Reformatori Yongqing, menuntut kompensasi dan permintaan maaf publik dari sekolah kepada keluarganya.
Pada bulan Maret tahun ini, gugatan tersebut memasuki babak baru. Para ahli medis yang diundang untuk memberikan pendapat mereka tentang kesehatan Ajun dalam gugatan tersebut memberikan pendapat resmi mereka.
Tim ahli menetapkan bahwa kesehatan Ajun telah menurun drastis, akibat langsung dari hukuman fisik berat yang diterimanya di sekolah reformasi.
Para ahli juga memastikan bahwa kesehatan Ajun terganggu secara permanen, khususnya, ia mengalami penurunan kemampuan bekerja sepanjang hidupnya.
Baru-baru ini, Pengadilan Rakyat Kota Vinh Chau secara resmi mengajukan kasus ini ke pengadilan. Kasus ini menarik perhatian komunitas daring Tiongkok.
Banyak orang yang geram dengan hukuman yang pernah dijatuhkan sipir penjara, bermarga Du, kepada Ajun. "Bahkan seorang prajurit pasukan khusus pun tidak bisa berdiri dan duduk 1.000 kali berturut-turut, apalagi remaja biasa. Sipir penjara itu terlalu kejam," kata seorang netizen.
Namun, banyak netizen lain juga percaya bahwa kisah ini merupakan pelajaran dalam pendidikan keluarga. Anak-anak perlu diajari oleh orang tua mereka sejak dini tentang cara mengenali batasan mereka, cara melindungi diri sendiri, dan cara mencari bantuan jika diperlukan.
Misalnya, dalam cerita Ajun, ia punya hak dan butuh keberanian untuk mengatakan tidak terhadap hukuman keras, bahkan kejam, yang diberikan oleh sang pengawas.
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/nam-sinh-bi-anh-huong-suc-khoe-vinh-vien-do-dung-len-ngoi-xuong-1000-lan-20250702114405703.htm










Komentar (0)