Konsumen perorangan sulit memahami kebijakan pengurangan PPN.
Pada akhir November 2023, Majelis Nasional sepakat untuk melanjutkan pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 8% dan berlaku selama setengah tahun, mulai 1 Januari 2024 hingga 30 Juni 2024.
Ini adalah ketiga kalinya Majelis Nasional menyetujui pengurangan PPN sebesar 2%. Sebelumnya, pengurangan PPN pertama kali dilakukan oleh Majelis Nasional pada 1 Februari 2022 hingga 31 Desember 2022. Pengurangan kedua dilakukan pada 1 Juli 2023 hingga 31 Desember 2023.
Konsumen perorangan sulit memahami kebijakan pengurangan PPN. (Foto: Moit)
Realitanya, banyak masyarakat yang sudah mengetahui kebijakan pengurangan PPN 2% sejak awal tahun 2024, namun belum merasakan banyak perbedaan dari kebijakan ini.
Berbicara kepada wartawan Surat Kabar Jurnalis dan Opini Publik, Ibu Kim Loan, seorang penduduk yang tinggal dan bekerja di Hanoi , menyampaikan bahwa pengurangan PPN sebesar 2% relatif kecil dan sangat sulit untuk merasakan kebijakan ini.
"Saya memahami bahwa kebijakan pengurangan PPN 2% akan membantu masyarakat mengurangi beban keuangan mereka. Namun, sebagai konsumen biasa, saya belum benar-benar merasakan bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi hidup saya. Misalnya, sekarung beras 3 kg dulunya berharga 120.000 VND, tetapi sekarang hanya 3.000 VND, atau sekotak mi instan hanya 4.000-5.000 VND," ujar Ibu Loan.
Belum lagi, tidak semua barang konsumen dikenakan pengurangan PPN sebesar 2%.
Senada dengan pandangan ini, Bapak Vo Thanh An, pimpinan sebuah perusahaan tekstil, mengatakan bahwa kebijakan pengurangan PPN lebih mendukung dunia usaha dibandingkan dengan konsumen perorangan biasa.
"Bagi dunia usaha, kebijakan pengurangan PPN ini sangat berdampak, banyak biaya impor bahan baku yang berkurang drastis, ini mengurangi tekanan terhadap dunia usaha," ujarnya.
Pemotongan pajak berarti pemotongan anggaran, tetapi itu perlu.
Sementara itu, Dr. Vo Thi Van Khanh, Fakultas Administrasi Bisnis, Akademi Keuangan, mengatakan bahwa di Vietnam, tarif PPN yang paling umum untuk barang adalah 10%. Artinya, barang umum yang dibeli untuk dijual oleh suatu bisnis sudah dikenakan PPN 10%. Namun, ada juga beberapa kasus di mana barang khusus hanya dikenakan tarif pajak 5%, atau bahkan 0%.
Menurut Ibu Khanh, penurunan PPN sebesar 2% berarti penurunan penerimaan APBN. Dengan demikian, dengan dua kali penurunan PPN dari 10% menjadi 8%, diperkirakan akan terjadi penurunan penerimaan APBN sekitar VND80.000 miliar.
"PPN adalah pajak yang diterapkan secara luas pada hampir semua barang dan jasa, serta memiliki dampak paling luas terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pengurangan pajak ini tidak hanya menghemat biaya masyarakat dan mendorong konsumsi, tetapi juga mendorong investasi dan menghilangkan kesulitan bagi bisnis akibat dampak pandemi COVID-19," ujar Dr. Vo Thi Van Khanh.
Pemotongan pajak berarti pemotongan anggaran, tetapi itu perlu. (Foto: PO)
Menurut Ibu Khanh, selain solusi yang telah dan sedang dilaksanakan untuk tahun 2023, seperti memperpanjang batas waktu pembayaran pajak dan sewa tanah; mengurangi sewa tanah; mengurangi pajak perlindungan lingkungan hidup pada bensin dan produk minyak, melanjutkan pengurangan PPN sebagaimana diterapkan pada tahun 2022 untuk mendukung dunia usaha dan masyarakat adalah hal yang perlu dilakukan.
“Hal ini menciptakan kondisi yang mendukung pemulihan dan peningkatan produksi serta kegiatan bisnis, serta menciptakan momentum pertumbuhan ekonomi di tengah situasi sulit saat ini, yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam mempertahankan lapangan kerja, pendapatan pekerja, dan sumber pendapatan baru bagi anggaran negara,” tegas Ibu Khanh.
Faktanya, PPN merupakan pajak tidak langsung yang sudah termasuk dalam harga jual produk, barang, dan jasa. Oleh karena itu, ketika pajak dikurangi, harga barang dan jasa akan turun, sehingga membantu masyarakat membeli lebih banyak barang dengan jumlah uang yang sama.
Selain itu, dampak positif dari pengurangan PPN dari 10% menjadi 8% juga membantu bisnis mengurangi belanja modal untuk membayar PPN saat membeli bahan baku, bahan bakar, material, dan faktor input lainnya dalam siklus perputaran modal.
Artinya, bisnis akan menghemat sumber daya keuangan yang setara dengan sekitar 2% (setara dengan tarif pengurangan pajak) dari total omzet pembelian bisnis. Jumlah ini akan diinvestasikan kembali, untuk mendorong produksi dan pengembangan bisnis,” ujar Ibu Khanh.
Untuk menikmati pengurangan pajak, bisnis perlu mengidentifikasi kode produk yang memenuhi syarat untuk pengurangan PPN; menyesuaikan harga pracetak pada prangko, tiket, kartu di area wisata, pos pemeriksaan...
Singkatnya, pengurangan PPN sebesar 2% adalah dan akan menguntungkan bisnis dan masyarakat, memberikan ekonomi lebih banyak motivasi untuk pulih, menunjukkan dukungan dan pembagian yang paling praktis, langsung, dan efektif dari negara.
"Pada saat yang sama, Kementerian Keuangan dan instansi terkait perlu terus melakukan reformasi dan modernisasi sistem perpajakan, penyederhanaan prosedur administrasi perpajakan, penguatan efektivitas pelaksanaan peraturan perpajakan dan pengelolaan pendapatan negara untuk mencegah hilangnya pendapatan, penetapan harga transfer, penggelapan pajak... guna mengkompensasi kekurangan pendapatan anggaran negara akibat pengurangan pajak...", imbuh Ibu Khanh.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)