3 tren penyapihan yang diminati keluarga
Di Vietnam, tiga tren penyapihan yang paling populer adalah: penyapihan tradisional; penyapihan ala Jepang; dan penyapihan yang dipimpin bayi (BLW). Anak-anak didorong untuk makan sendiri dengan tangan mereka, menentukan kecepatan dan jumlah makanan, alih-alih disuapi dengan sendok. Hal ini dapat diterapkan ketika anak sudah dapat duduk dengan tegak, memiliki kontrol kepala yang baik, dan memiliki refleks mengunyah dan menelan dasar, biasanya setelah usia 6 bulan.

Orang tua dapat secara fleksibel menggabungkan metode penyapihan agar paling sesuai dengan bayi mereka, alih-alih hanya memilih satu metode.
FOTO: AI
Di antara metode-metode tersebut, penyapihan tradisional (gaya Vietnam) telah diterapkan secara luas selama beberapa generasi. Ciri khas metode ini adalah makanan dimasak dalam bentuk campuran, dihaluskan, atau dimasak hingga sangat lunak. Pengasuh menyuapi anak dengan sendok, mengendalikan jumlah makanan, kecepatan makan, dan cara makanan dibawa ke mulut anak.
Penyapihan tradisional membantu orang tua mengontrol asupan makanan anak mereka; memastikan energi dan komposisi makanan yang dimakan anak, secara bertahap meningkatkan kepadatan dan kekasaran tergantung pada tahap perkembangan anak.
Penyapihan tradisional memberi anak sedikit kesempatan untuk belajar cara mengunyah, menelan, dan menggenggam makanan secara aktif. Makanan dihaluskan dan dicampur, sehingga anak-anak tidak dapat dengan jelas merasakan rasa yang berbeda dari setiap jenis makanan, sehingga perkembangan pengecapan terbatas. Selain itu, beberapa orang tua cenderung memaksa anak untuk makan, yang menyebabkan resistensi, anoreksia, atau membentuk perilaku makan negatif di kemudian hari.
Tanpa petunjuk persiapan yang tepat, makanan anak-anak mungkin tidak menyediakan cukup energi atau memiliki komposisi gizi yang tidak seimbang, yang memengaruhi pencernaan dan pertumbuhan mereka.
Penyapihan sesuai dengan "tren baru"
Dengan penyapihan gaya Jepang, metode ini berfokus pada membantu anak-anak merasakan rasa alami makanan, membentuk kebiasaan makan sehat, dan menghormati sinyal lapar dan kenyang mereka.
Dalam penyapihan ala Jepang, makanan bayi disiapkan secara terpisah, tidak dicampur seperti metode tradisional. Makanan secara bertahap bertambah kekentalan dan kekasarannya sesuai dengan setiap tahap perkembangan bayi. Bayi memegang sendok sendiri, duduk dalam posisi makan yang benar, dan berlatih mengunyah serta menelan sesuai dengan karakteristik makanan yang ia masukkan ke dalam mulutnya.
Studi di Jepang menunjukkan bahwa bayi yang disapih dengan metode ini cenderung mengonsumsi beragam makanan seiring bertambahnya usia. Pada saat yang sama, Membantu anak mengembangkan rasa yang baik dengan merasakan setiap jenis makanan; mendukung pengembangan keterampilan mengunyah, koordinasi tangan-mata, meningkatkan kemandirian; mengurangi risiko anoreksia berkepanjangan berkat anak-anak yang berpartisipasi aktif dalam proses makan.
Metode ini membutuhkan banyak waktu persiapan karena setiap jenis makanan harus disiapkan secara terpisah; sulit diterapkan pada keluarga yang sibuk atau keluarga dengan banyak anak kecil. Jika orang tua tidak memahami metode ini dengan benar, hal ini dapat menyebabkan kekurangan energi atau zat gizi mikro karena makanan terlalu "hambar" atau rendah karena anak-anak tidak mau mengonsumsi makanan yang telah disiapkan orang tua.
Di Vietnam, penyapihan ala Jepang telah menjadi "tren baru" dalam 10 tahun terakhir, terutama di kota-kota besar. Namun, banyak orang tua mempelajari metode ini melalui media sosial atau informasi dari mulut ke mulut, yang menyebabkan penerapan prinsip yang salah. Misalnya, memberikan makanan yang terlalu sedikit lemak atau terlalu hambar, sehingga meningkatkan risiko malnutrisi jika berkepanjangan.
Setiap metode penyapihan memiliki kelebihan dan keterbatasannya sendiri, dan yang penting bukanlah "metode mana yang terbaik", tetapi metode mana yang terbaik untuk setiap anak dan keluarga.
Orang tua dapat fleksibel dalam menggabungkan metode, alih-alih hanya memilih satu cara. Misalnya, mulailah dengan penyapihan tradisional untuk memastikan energi, lalu tambahkan unsur BLW untuk mendorong kemandirian.
Source: https://thanhnien.vn/nguy-co-thieu-nang-luong-khi-an-dam-kieu-nhat-theo-thong-tin-tren-mang-185251029181613262.htm






Komentar (0)