Maskapai penerbangan Asia berharap para pelancong akan memilih bepergian domestik dan internasional dengan pesawat musim panas ini. Namun kenyataannya, para pelancong tidak tertarik untuk terbang.
Industri penerbangan Asia perlahan pulih dari dampak pandemi Covid-19, tetapi belum ada pemulihan berkelanjutan dalam permintaan perjalanan udara. (Sumber: Air Asia) |
Data dari maskapai penerbangan dan sumber industri menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan tingkat kekosongan yang rendah. Namun, data ini bisa saja menyesatkan.
Faktanya, industri penerbangan secara bertahap pulih dari dampak pandemi Covid-19, tetapi belum ada pemulihan berkelanjutan dalam permintaan perjalanan udara.
Menurut data Asosiasi Maskapai Penerbangan Asia Pasifik (AAPA), yang mencakup Singapore Airlines, Cathay Pacific Airways, Japan Airlines, dan China Airlines Taiwan, jumlah penumpang pesawat telah meningkat sebesar 45% dari tahun ke tahun sepanjang tahun ini, dan tingkat hunian kursi telah meningkat menjadi 80,9%. Manajer atau ekonom mana pun pasti akan senang dengan peningkatan tersebut.
Dibandingkan dengan kinerja industri yang minim pada periode 2020-2022, 28 juta penumpang yang terbang sejauh 160 miliar kilometer pada Mei 2024 mungkin merupakan angka yang menggembirakan. Namun, dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi pada tahun 2019, angka tersebut 13% lebih rendah.
Hubungan yang tegang antara Tiongkok dan AS menjadi salah satu alasan menurunnya permintaan perjalanan wisata/bisnis antara kedua belah pihak.
Selain itu, perlambatan ekonomi Tiongkok telah menyebabkan konsumen mengurangi pengeluaran mereka. Jaringan kereta api Tiongkok yang semakin luas dan berkembang juga merupakan pilihan yang lebih ekonomis untuk perjalanan jarak jauh.
Dalam laporan tentang industri penerbangan Asia Tenggara, Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan bahwa karena meningkatnya fleksibilitas di tempat kerja dan perubahan dalam kebijakan perjalanan perusahaan, termasuk komitmen untuk mengurangi emisi karbon, diperkirakan akan terjadi perlambatan dalam pertumbuhan perjalanan bisnis.
Menurut ADB, tren baru ini akan menghasilkan perjalanan bisnis yang lebih sedikit, tetapi durasinya lebih panjang. Dengan demikian, hotel dan restoran mungkin berkinerja lebih baik daripada maskapai penerbangan.
Sementara destinasi wisata populer dari Jepang hingga Indonesia menunjukkan tanda-tanda kembali aktif, dan Olimpiade Paris akan menarik lebih banyak perjalanan dari Asia ke Eropa, data masih menunjukkan tingkat yang jauh lebih rendah daripada tingkat sebelumnya.
Oleh karena itu, cara paling efektif bagi maskapai untuk mencapai pertumbuhan adalah dengan menarik penumpang baru atau penumpang yang frekuensinya lebih jarang. Harga tiket pesawat yang rendah juga merupakan solusi.
Komentar (0)