
Larangan memanfaatkan keadaan darurat untuk keuntungan pribadi
Dengan demikian, Undang-Undang tentang Keadaan Darurat terdiri atas VI Bab dan 36 Pasal, yang mengatur asas, tata tertib, prosedur, dan kewenangan menetapkan, mengumumkan, dan mencabut keadaan darurat; tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan darurat; tata cara pelaksanaan keputusan dan perintah keadaan darurat; dan tata cara pelaksanaan tugas dan tanggung jawab badan, organisasi, dan perseorangan dalam keadaan darurat.
Perbuatan yang dilarang dalam keadaan darurat antara lain menentang, menghalangi, tidak mematuhi, atau tidak sepenuhnya mematuhi arahan, perintah, manajemen, atau permintaan dari suatu badan atau orang yang berwenang dalam keadaan darurat. Memanfaatkan keadaan darurat untuk keuntungan pribadi, melanggar kepentingan Negara, keamanan nasional, ketertiban dan keselamatan sosial, dan hak serta kepentingan yang sah dari organisasi dan individu. Memanfaatkan, menyalahgunakan kedudukan, kekuasaan, atau tidak bertanggung jawab dalam keadaan darurat, yang menyebabkan kerugian bagi kepentingan Negara, hak serta kepentingan yang sah dari organisasi dan individu. Menunda atau menolak untuk mengembalikan aset yang dimobilisasi atau diminta dari organisasi dan individu, atau tidak memberikan kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh mobilisasi atau permintaan aset kepada organisasi dan individu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undangan yang relevan. Memberikan informasi palsu tentang keadaan darurat.
Undang-Undang ini juga mengatur kegiatan litigasi dalam keadaan darurat; batas waktu dan daluwarsa penanganan pelanggaran administratif, penyelesaian perkara perdata, dan pelaksanaan putusan administratif dan perdata dalam keadaan darurat; kerja sama internasional dalam keadaan darurat; kewenangan dan tata cara penetapan, pengumuman, dan penghapusan keadaan darurat; kewenangan penerapan tindakan dalam keadaan darurat.
Memastikan komunikasi untuk menanggapi dan mengatasi keadaan darurat
Sebelumnya, Laporan tentang penjelasan, penerimaan dan revisi rancangan Undang-Undang Keadaan Darurat yang disampaikan oleh Ketua Komisi Pertahanan, Keamanan, dan Luar Negeri Le Tan Toi menyatakan bahwa mengenai keadaan darurat (Pasal 2), terdapat pendapat yang mengusulkan agar Pasal ini diubah menjadi Pasal yang menjelaskan istilah dan menjelaskan: keadaan darurat; bencana; kekuatan inti; kekuatan luas; empat semboyan di tempat.

Komite Tetap Majelis Nasional berpendapat bahwa, dengan mewarisi ketentuan-ketentuan Ordonansi Darurat, Pasal 2 rancangan Undang-Undang tersebut diserap dan direvisi ke arah hanya memberikan ketentuan-ketentuan umum tentang keadaan darurat dan mengklasifikasikan keadaan darurat.
Dengan demikian, keadaan darurat yang berkaitan dengan bencana alam, epidemi, kesehatan , lingkungan, dan insiden lainnya termasuk dalam kelompok keadaan darurat yang berkaitan dengan bencana. Konsep-konsep ini telah diatur dalam undang-undang khusus. Oleh karena itu, penafsiran istilah-istilah dalam Pasal ini tidak diperlukan dan menghindari tumpang tindih.
Namun, berdasarkan pendapat para anggota DPR, untuk memastikan konsistensi dan keselarasan, Komite Tetap DPR telah merevisi isi Pasal 13, 14, dan 15 sebagaimana tercantum dalam rancangan Undang-Undang yang diajukan kepada DPR untuk disetujui. Oleh karena itu, jenis-jenis keadaan darurat dimasukkan ke dalam isi pasal-pasal tersebut untuk dikaitkan dengan penerapan tindakan yang sesuai untuk setiap jenis keadaan darurat.

Terkait informasi keadaan darurat (Pasal 11), diusulkan penambahan regulasi tentang tanggung jawab pemerintah daerah dalam menerima, menghimpun, dan menyebarluaskan hasil penanganan masukan dari masyarakat dan dunia usaha, serta menjamin komunikasi dalam keadaan darurat.
Komite Tetap Majelis Nasional menyatakan bahwa saat ini, nomor telepon 112 digunakan untuk menerima informasi tentang insiden, bencana alam, bencana, risiko, dan permintaan bantuan dari berbagai organisasi dan individu di seluruh negeri. Komando Militer Provinsi adalah badan tetap Komando Pertahanan Sipil setingkat, yang bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan, menerima, dan memproses informasi, umpan balik, dan permintaan bantuan dari berbagai organisasi dan individu.
Berdasarkan pendapat Anggota DPR, agar lebih tegas dan konsisten terhadap ketentuan tentang langkah-langkah penanggulangan akibat keadaan darurat dan pemberian bantuan serta pertolongan dalam keadaan darurat serta menjamin kelancaran komunikasi dalam rangka tanggap darurat dan penanggulangan keadaan darurat, maka Panitia Tetap DPR telah menyempurnakan dan merevisi Pasal 3 Pasal ini sebagaimana dalam Rancangan Undang-Undang yang disampaikan kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan.
Sumber: https://daibieunhandan.vn/quoc-hoi-thong-qua-luat-tinh-trang-khan-cap-10398039.html






Komentar (0)