Undang-Undang Keadaan Darurat disahkan oleh Majelis Nasional pada siang hari tanggal 3 Desember dengan 419/420 delegasi yang hadir dan menyetujui (mewakili 88,58% dari total delegasi Majelis Nasional). Undang-undang ini terdiri dari 6 bab dan 36 pasal, dan akan berlaku mulai 1 Juli 2026.
Undang-Undang ini mengartikan keadaan darurat sebagai keadaan sosial di satu atau lebih daerah atau secara nasional ketika terjadi bencana, risiko bencana atau situasi yang secara serius mengancam jiwa, harta benda, pertahanan nasional, keamanan, serta ketertiban dan keselamatan sosial.
Terdapat tiga kelompok keadaan darurat akibat bencana; keadaan darurat keamanan nasional, ketertiban umum, dan keselamatan; dan keadaan darurat pertahanan nasional. Penetapan atau pencabutan keadaan darurat ini diputuskan oleh Komite Tetap Majelis Nasional, dan Presiden memerintahkan penetapan atau pencabutannya sesuai dengan resolusi terkait.

Undang-Undang Keadaan Darurat baru saja disahkan oleh Majelis Nasional pada sore hari tanggal 3 Desember dengan 419/420 delegasi hadir untuk mendukung (mencakup 88,58% dari jumlah total delegasi Majelis Nasional).
Pencabutan keadaan darurat dilakukan apabila risiko bencana sudah tidak ada lagi atau bencana telah dapat dicegah atau diatasi, pertahanan keamanan nasional, ketertiban dan keamanan sosial sudah stabil.
Mengenai kewenangan, undang-undang dengan jelas menyatakan bahwa Komite Tetap Majelis Nasional memutuskan untuk menyatakan atau mencabut keadaan darurat. Berdasarkan keputusan Komite Tetap Majelis Nasional, Presiden memerintahkan pernyataan atau pencabutan keadaan darurat. Jika Komite Tetap Majelis Nasional tidak dapat bersidang, Presiden memerintahkan pernyataan atau pencabutan keadaan darurat.
Dengan kewenangan Perdana Menteri dalam keadaan darurat, undang-undang dengan jelas menetapkan bahwa jika benar-benar diperlukan, untuk kepentingan nasional, kehidupan dan kesehatan rakyat, setelah memperoleh persetujuan dari otoritas yang berwenang, Perdana Menteri berhak memutuskan untuk menerapkan tindakan yang belum ditentukan oleh undang-undang untuk menanggapi dan mengatasi keadaan darurat, atau menerapkan tindakan yang ditentukan dalam undang-undang ini ketika keadaan darurat belum dinyatakan atau diumumkan.

Delegasi Majelis Nasional yang menghadiri sidang tersebut
Perdana Menteri akan melaporkan penerapan langkah-langkah ini kepada otoritas yang berwenang di Partai, Majelis Nasional, dan Komite Tetap Majelis Nasional dalam waktu terdekat.
Perdana Menteri berhak membentuk Satuan Tugas Propaganda Khusus dan Satuan Patroli Khusus; mendirikan pos jaga dan memeriksa dokumen, barang, serta barang bawaan pejalan kaki. Perdana Menteri juga memutuskan penggunaan kekuatan, senjata, dan alat pendukung sesuai dengan hukum untuk mencegah pelanggaran pos pemeriksaan atau perlawanan terhadap satuan tugas; menahan sementara atau membekukan aset terkait apabila terdapat risiko yang membahayakan keamanan dan ketertiban.
Laporan penerimaan Panitia Tetap Majelis Nasional sebelum undang-undang disahkan menunjukkan adanya pendapat yang menyatakan bahwa keadaan darurat akan menimbulkan banyak situasi yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi dan memerlukan orang yang kompeten untuk mengambil keputusan dengan cepat untuk merespons dengan segera, sehingga diusulkan untuk mengatur ke arah perlindungan kader dan pegawai negeri sipil dalam kasus tertentu.
Terkait dengan hal tersebut, Panitia Tetap DPR RI menyatakan bahwa dalam kondisi darurat akan banyak terjadi hal-hal yang tidak diduga-duga dan tidak dapat diduga sebelumnya, bahkan di luar skenario dan rencana yang telah disusun, sehingga memerlukan tindakan cepat dari instansi yang berwenang untuk dapat segera mengambil keputusan dan memberikan tindakan tanggap darurat.
Sedangkan keadaan darurat adalah keadaan masyarakat yang bersifat khusus, yang mengharuskan segera dilakukan tindakan-tindakan khusus, termasuk pemberhentian sementara jabatan pimpinan badan, organisasi, dan pemerintah daerah yang tidak menjalankan atau tidak menjalankan tugasnya dengan baik pada saat dilaksanakannya penetapan keadaan darurat.
Oleh karena itu, rancangan undang-undang tersebut menetapkan bahwa "Pengambil keputusan tidak bertanggung jawab untuk memutuskan tindakan untuk menanggapi dan memperbaiki konsekuensi keadaan darurat yang menyebabkan kerusakan jika keputusan tersebut didasarkan pada informasi pada saat pengambilan keputusan, memiliki tujuan yang sah, berada dalam kewenangan dan tidak memiliki motif mencari keuntungan".
Source: https://phunuvietnam.vn/thu-tuong-duoc-lap-doi-tuan-tra-dac-biet-trong-tinh-trang-khan-cap-238251203160334492.htm






Komentar (0)