Mengubah dan melengkapi sejumlah peraturan tentang perencanaan konstruksi.
Mengubah prinsip perencanaan kota
Khususnya, Keputusan 35/2023/ND-CP mengubah dan menambah sejumlah klausul Pasal 14 Keputusan No. 37/2010/ND-CP tanggal 7 April 2010 Pemerintah tentang pembentukan, penilaian, persetujuan dan pengelolaan perencanaan perkotaan, yang telah diubah dan ditambah dalam Keputusan No. 72/2019/ND-CP tanggal 30 Agustus 2019 Pemerintah yang mengubah dan menambah sejumlah pasal Keputusan No. 37/2010/ND-CP tanggal 7 April 2010 tentang pembentukan, penilaian, persetujuan dan pengelolaan perencanaan perkotaan dan Keputusan No. 44/2015/ND-CP tanggal 6 Mei 2015 yang merinci sejumlah konten tentang perencanaan konstruksi.
Secara khusus, Keputusan 35/2023/ND-CP mengubah dan melengkapi Klausul 3, Klausul 4, menambahkan Klausul 4a, 4b, 4c dan 4d setelah Klausul 4, Pasal 14 - Prinsip perencanaan perkotaan sebagai berikut:
3. Kawasan dalam lingkup pembangunan perkotaan yang wajib direncanakan secara rinci dalam rangka pelaksanaan investasi konstruksi sesuai ketentuan Undang-Undang Tata Ruang dan Wilayah wajib memiliki perencanaan rinci yang memuat rencana umum, perencanaan zonasi (apabila diperlukan perencanaan zonasi), sebagai dasar penetapan proyek investasi konstruksi, pemberian izin mendirikan bangunan, dan pelaksanaan tugas-tugas lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk bidang tanah skala kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Pasal ini, perencanaan rinci disusun melalui proses yang dipersingkat (proses penyusunan rencana induk) sesuai ketentuan Pasal 4a sampai dengan Pasal 4d Pasal ini.
4. Lahan yang sempit harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Bidang tanah tersebut dilaksanakan oleh penanam modal atau didirikan oleh instansi negara yang berwenang;
b) Memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 2 hektare untuk proyek investasi pembangunan gedung apartemen atau kompleks apartemen, atau memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 10 hektare untuk proyek investasi pembangunan pabrik, badan usaha, sarana produksi industri, atau prasarana teknis (kecuali prasarana teknis sepanjang jalur) yang ditetapkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota atau provinsi atau rencana tata ruang wilayah teknis dan khusus yang telah disetujui, atau memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 5 hektare untuk selebihnya;
c) Di wilayah dengan rencana zonasi yang disetujui atau rencana umum yang disetujui untuk wilayah yang tidak memerlukan rencana zonasi.
4a. Penyusunan, penilaian, dan persetujuan rencana induk, kecuali untuk kasus yang ditentukan dalam Pasal 4b Pasal ini, diatur sebagai berikut:
a) Indikator dan persyaratan tata ruang, arsitektur, dan lanskap kawasan ditetapkan dalam rencana zonasi yang telah disetujui atau rencana umum yang telah disetujui bagi kawasan yang belum memerlukan rencana zonasi, persyaratan khusus dalam perencanaan wilayah provinsi, perencanaan teknis dan khusus bagi proyek investasi untuk pembangunan pabrik, badan usaha, sarana produksi industri, dan pekerjaan prasarana teknis (apabila ada) digunakan untuk menggantikan tugas perencanaan induk dan menjadi dasar perencanaan induk;
b) Rencana induk meliputi gambar rencana induk; gambar rencana arsitektur proyek harus memperlihatkan letak dan skala proyek, pokok-pokok proyek dalam bidang tanah; menentukan secara spesifik elevasi bangunan, batas-batas bangunan (batas-batas bangunan bagian atas tanah dan bawah tanah proyek), warna bangunan, dan indikator perencanaan tata guna lahan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku; menjamin keterhubungan prasarana teknis dan kesesuaian ruang arsitektur dengan lingkungan sekitarnya;
c) Tata cara dan prosedur perolehan pendapat, penilaian, serta persetujuan rencana induk mengikuti tata cara dan prosedur perolehan pendapat, penilaian, serta persetujuan rencana rinci proyek investasi konstruksi;
d) Otoritas kompeten yang menyetujui proyek perencanaan rinci bertanggung jawab untuk menyetujui rencana induk.
4b. Untuk proyek investasi konstruksi dengan pekerjaan yang tercantum dalam daftar rahasia negara, rencana induk wajib disusun pada tahap penyusunan kebijakan investasi; investor bertanggung jawab untuk memperoleh pendapat tertulis dari otoritas yang berwenang yang menyetujui rencana rinci tersebut, sebagai dasar pelaksanaan langkah selanjutnya; jangka waktu pemberian pendapat tidak boleh lebih dari 15 hari sejak tanggal diterimanya berkas yang lengkap dan sah. Penyelenggaraan pelaksanaan, pengelolaan berkas, dokumen, dan informasi terkait wajib mematuhi ketentuan undang-undang tentang perlindungan rahasia negara.
4c. Penyesuaian rencana induk harus memastikan kesesuaian dengan ketentuan proyek perencanaan terperinci. Prosedur penyesuaian rencana induk dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4a dan Pasal 4b Pasal ini.
4d. Rencana induk setelah disetujui (termasuk penyesuaiannya) akan diumumkan sesuai dengan ketentuan pengumuman proyek perencanaan terperinci.
Prinsip perencanaan pembangunan kawasan fungsional khusus
Bersamaan dengan itu, Keputusan 35/2023/ND-CP juga mengubah dan menambah sejumlah klausul Pasal 10 Keputusan No. 44/2015/ND-CP tanggal 6 Mei 2015 Pemerintah yang merinci sejumlah konten tentang perencanaan konstruksi yang telah diubah dan ditambah dalam Keputusan No. 72/2019/ND-CP tanggal 30 Agustus 2019 Pemerintah yang mengubah dan menambah sejumlah pasal Keputusan No. 37/2010/ND-CP tanggal 7 April 2010 tentang persiapan, penilaian, persetujuan dan pengelolaan perencanaan perkotaan dan Keputusan No. 44/2015/ND-CP tanggal 6 Mei 2015 yang merinci sejumlah konten tentang perencanaan konstruksi.
Dengan demikian, Keputusan ini mengubah dan melengkapi Pasal 4, Pasal 5, menambahkan Pasal 5a, 5b, 5c, 5d dan 5đ setelah Pasal 5, Pasal 10 - Prinsip perencanaan pembangunan kawasan fungsional khusus sebagai berikut:
4. Kawasan dalam zona fungsional yang wajib memiliki perencanaan konstruksi terperinci, dalam melaksanakan investasi konstruksi sesuai ketentuan Undang-Undang Konstruksi, wajib memiliki perencanaan konstruksi terperinci yang memuat perencanaan umum, perencanaan zonasi konstruksi (dalam hal diperlukan perencanaan zonasi konstruksi), sebagai dasar penetapan proyek investasi konstruksi, pemberian izin konstruksi, dan pelaksanaan tugas lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk bidang tanah skala kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Pasal ini, perencanaan konstruksi terperinci wajib disusun melalui proses yang dipersingkat (disebut proses penyusunan rencana induk) sesuai ketentuan Pasal 5a sampai dengan Pasal 5d Pasal ini.
5. Lahan yang sempit harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Bidang tanah tersebut dilaksanakan oleh penanam modal atau didirikan oleh instansi negara yang berwenang;
b) Memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 2 hektare untuk proyek penanaman modal pembangunan gedung apartemen atau kompleks apartemen, atau memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 10 hektare untuk proyek penanaman modal pembangunan pabrik, badan usaha, sarana produksi industri, atau prasarana teknis (kecuali prasarana teknis di sepanjang jalan raya) yang ditetapkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang telah disetujui, atau memiliki luas pemanfaatan tanah kurang dari 5 hektare untuk selebihnya;
c) Di area dengan rencana zonasi konstruksi yang disetujui.
5a. Penyusunan, penilaian, dan persetujuan rencana induk, kecuali untuk kasus yang ditentukan dalam Pasal 5b Pasal ini, diatur sebagai berikut:
a) Indikator dan persyaratan tata guna lahan di bidang tata ruang, arsitektur, dan lanskap kawasan yang ditetapkan dalam rencana zonasi pembangunan yang telah disetujui, persyaratan khusus di bidang perencanaan wilayah provinsi, perencanaan teknis dan khusus di bidang penanaman modal untuk pembangunan pabrik, badan usaha, sarana produksi industri, dan prasarana teknis (apabila ada) digunakan untuk menggantikan tugas perencanaan induk dan menjadi dasar penyusunan rencana induk;
b) Rencana induk, termasuk gambar rencana induk dan gambar rencana arsitektur proyek, harus menunjukkan lokasi dan skala proyek serta item-itemnya dalam bidang tanah; menentukan secara spesifik elevasi bangunan, batas-batas bangunan (batas-batas bangunan bagian atas tanah dan bawah tanah proyek), warna bangunan, dan indikator perencanaan tata guna lahan sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku; memastikan keterhubungan prasarana teknis dan kesesuaian ruang arsitektur dengan lingkungan sekitarnya;
c) Tata cara dan prosedur penilaian serta persetujuan rencana induk mengikuti tata cara dan prosedur penilaian serta persetujuan rencana rinci pembangunan kawasan fungsional;
d) Instansi yang berwenang menyetujui proyek perencanaan konstruksi terinci suatu kawasan fungsional bertanggung jawab menyetujui rencana induk.
5b. Untuk proyek investasi konstruksi dengan pekerjaan yang tercantum dalam daftar rahasia negara, rencana induk wajib disusun pada tahap penyusunan kebijakan investasi; investor bertanggung jawab untuk memperoleh pendapat tertulis dari otoritas yang berwenang yang menyetujui rencana rinci konstruksi, sebagai dasar pelaksanaan langkah selanjutnya; jangka waktu pemberian pendapat tidak boleh lebih dari 15 hari sejak tanggal diterimanya berkas yang lengkap dan sah. Penyelenggaraan pelaksanaan, pengelolaan berkas, dokumen, dan informasi terkait wajib mematuhi ketentuan undang-undang tentang perlindungan rahasia negara.
5c. Penyesuaian rencana induk harus memastikan kesesuaian dengan ketentuan proyek perencanaan rinci untuk pembangunan kawasan fungsional. Tata cara penyesuaian rencana induk dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 5a dan Pasal 5b Pasal ini.
5d. Rencana induk setelah disetujui dan disesuaikan akan diumumkan kepada publik sesuai dengan ketentuan pengumuman rencana rinci pembangunan kawasan fungsional.
5d. Untuk kawasan industri, penyusunan perencanaan pembangunan wajib mematuhi ketentuan dalam Peraturan ini dan Undang-Undang tentang Pengelolaan Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi .
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)