Untuk mengunjungi Taj Mahal di Agra, Uttar Pradesh, wisatawan biasanya memilih tur sehari dari Delhi untuk menghemat waktu. Tetapi karena kami ingin melihat Taj Mahal saat matahari terbit, kami memutuskan untuk naik kereta ke Agra pada malam sebelumnya.
Kereta api dari Delhi ke Agra tersedia dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan para pelancong, jadi tidak perlu memesan secara online terlebih dahulu. Harga tiketnya juga sangat terjangkau, 170 rupee (sekitar 68.000 VND) untuk perjalanan selama tiga jam. Berbeda dengan kekhawatiran awal, kereta api tersebut cukup tertib dan bersih, tanpa keramaian atau dorongan seperti yang digambarkan dalam gambar yang beredar online.
Pukul 6 pagi, saya bergabung dalam antrean untuk memasuki Taj Mahal, menantikan matahari terbit. Sebelum memasuki kuil, pengunjung harus melalui pemeriksaan keamanan yang ketat. Tas dan ransel diperiksa, dan makanan, minuman, rokok, headphone, pengisi daya telepon, drone, dan tripod harus ditinggalkan di gerbang tiket. Selain itu, pengunjung diharuskan membungkus sepatu mereka di dalam tas yang disediakan saat mengunjungi mausoleum utama.
Gerbang megah itu terbuka tepat saat fajar menyingsing. Sinar matahari pertama bercampur dengan kabut yang masih menyelimuti. Kemudian Taj Mahal perlahan berubah, dimulai dengan cahaya keemasan di puncak kubah. Saat matahari semakin tinggi, seluruh kuil bermandikan cahaya putih bersih.
Mungkin karena sebagian besar dibangun dari marmer putih, warna Taj Mahal juga berubah seiring berjalannya waktu: berwarna merah muda saat fajar, putih bersih saat matahari berada di puncak langit, dan bermandikan cahaya keemasan yang cemerlang saat matahari terbenam.
Taj Mahal adalah mahakarya yang mewujudkan aspek terbaik dari seni arsitektur India, membuat semua orang takjub dan memujinya. Namun lebih dari itu, Taj Mahal juga dikaitkan dengan kisah cinta yang tragis dan mewakili nilai-nilai abadi cinta yang ditinggalkan oleh Kaisar Shah Jahan dan Mumtaz Mahal.
Pada tahun 1631, Ratu Mumtaz Mahan wafat. Untuk mengenang istrinya, Raja Shah Jahan memerintahkan pembangunan sebuah mausoleum yang layak untuk cinta mereka. Desainnya dipercayakan kepada Ustad Tsa, arsitek paling berbakat di belahan bumi utara pada saat itu. Lebih lanjut, 32 juta rupee (setara dengan $877 juta saat ini), lebih dari 20.000 pekerja, dan 1.000 gajah dikerahkan untuk menyelesaikan Taj Mahal selama 20 tahun.
Namun setelah Taj Mahal selesai dibangun, Shah Jahan mengabaikan urusan negara. Ia digulingkan oleh putranya dan dipenjara di benteng Agra di seberang sungai. Di sana, kaisar setiap hari memandang kuil marmer putih itu. Pada tahun 1666, Shah Jahan meninggal dan dibawa kembali ke Taj Mahal untuk dipertemukan kembali dengan istrinya.
Dinasti Mughal menganggap simetri sebagai simbol harmoni kekaisaran, sehingga setiap detail Taj Mahal mencapai simetri yang sempurna. Di hadapan saya, Taj Mahal yang megah tercermin dalam kolam air yang sejajar dengan sumbu utara-selatan, dikelilingi oleh dua baris pohon hijau yang berjarak sama. Di sudut-sudut mausoleum terdapat empat menara besar, dan dua bangunan batu pasir merah (masjid dan wisma tamu) terletak pada jarak simetris dari mausoleum. Keempat sisi mausoleum juga identik, dengan gerbang lengkung dan teks Al-Quran yang diukir di batu. Jika dilihat dari bawah, prasasti di sekitar lengkungan tampak berukuran sama. Namun, pada kenyataannya, prasasti bagian bawah lebih kecil daripada bagian atas untuk menciptakan keseimbangan visual bagi peng觀者.
Bagian utama kompleks ini adalah mausoleum segi delapan setinggi 75 meter, dengan kubah besar dari marmer dan batu pasir yang dihiasi bunga teratai untuk menekankan ketinggiannya. Titik tertinggi adalah hiasan puncak berlapis emas, yang memadukan gaya Persia dan Hindu. Di tengah ruang utama terdapat jenazah Shah Jahan dan Mumtaz Mahal yang dihias dengan sangat indah. Perpaduan harmonis antara cahaya dan bayangan, serta ruang padat dan kosong, mencegah mausoleum tampak sempit atau berat.
Taj Mahal membawa saya pada perjalanan emosi, dari kekaguman dan takjub hingga rasa takjub dan kemudian ketenangan. Kuil ini bukan hanya mahakarya arsitektur tetapi juga simbol cinta abadi. Hampir empat ratus tahun telah berlalu, namun setiap hari jutaan orang masih melakukan perjalanan jauh ke tempat ini untuk merenungkan pengalaman cinta mereka sendiri.
Saat mengunjungi Taj Mahal, saya bertemu pasangan dan juga orang-orang lajang. Dan saya percaya bahwa selama orang masih ingin mencintai, Taj Mahal dan kisah cinta antara Shah Jahan dan Mumtaz Mahal akan tetap abadi.
Beberapa hal yang perlu diingat wisatawan saat mengunjungi Taj Mahal.
Untuk mencapai Taj Mahal, wisatawan biasanya memilih perjalanan kereta api selama tiga jam dari ibu kota Delhi.
Waktu terbaik untuk mengunjungi Taj Mahal adalah saat matahari terbit dan terbenam. Kuil ini buka 30 menit sebelum matahari terbit, tutup 30 menit sebelum matahari terbenam, dan tutup pada hari Jumat.
Pengunjung dapat membeli tiket masuk di ketiga gerbang kuil (gerbang Barat, Timur, dan Selatan).
Biaya masuk ke Taj Mahal untuk warga asing adalah 1.100 rupee (sekitar 440.000 VND). Anak-anak di bawah 15 tahun masuk gratis. Setiap tiket memberikan waktu masuk selama tiga jam dan termasuk air minum gratis, penutup sepatu, dan peta. Pemindai kode QR di pintu masuk melacak waktu; pengunjung yang melebihi waktu yang ditentukan akan dikenakan biaya tambahan.
Pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto di dalam area makam utama.
TB (menurut VNA)Sumber






Komentar (0)