Ibu Tai Thi Mai (kiri), Direktur Koperasi Brokat Pa Then Tan Bac, memeriksa produk tenun brokat. |
Jiwa di setiap utas
Bagi masyarakat Pa Then, menenun brokat bukan sekadar profesi, melainkan bagian tak terpisahkan dari kehidupan budaya dan spiritual mereka. Sejak kecil, anak perempuan diajari oleh nenek dan ibu mereka cara memintal benang, memasang bingkai, dan menenun kain. Dengan demikian, profesi menenun diwariskan kepada setiap generasi dengan penuh cinta dan kebanggaan.
Berawal dari konsep bahwa merah adalah warna api, warna keyakinan dan cahaya, dewa api adalah dewa paling suci bangsa Pa. Kemudian, para wanita menenun kostum tradisional dengan warna merah sebagai warna utamanya. Pola simbolis pada kostum berkaitan erat dengan kehidupan dan kepercayaan spiritual seperti: kepala manusia, bentuk berlian, ular air, anjing, dan huruf A. Setiap kostum dibedakan secara jelas berdasarkan usia, anak-anak, gadis muda, pengantin, wanita dewasa, dan lansia, menciptakan ciri khas budaya yang unik.
Pengrajin Xin Thi Lo, desa My Bac, mengungkapkan: “Saya belajar menenun ketika berusia delapan atau sepuluh tahun. Saat itu, setiap gadis Pa Then harus menenun pakaiannya sendiri sebelum menikah. Kain yang ia buat sendiri juga merupakan mas kawin yang paling berharga. Kini, meskipun usia saya sudah di atas 60 tahun, saya masih rutin berpartisipasi dalam Koperasi Brokat Pa Then Tan Bac untuk menginspirasi dan mendorong generasi muda melestarikan keindahan dan mengembangkan kerajinan tradisional ini.”
Brokat lepas landas dan menjangkau jauh
Sejak tahun 2017, profesi tenun brokat telah dipromosikan secara intensif melalui Koperasi Brokat Pa Then Tan Bac, Desa My Bac. Untuk memfasilitasi perkembangan koperasi, semua tingkatan dan sektor telah memiliki kebijakan untuk mendukung mesin dan peralatan; membuka kursus pelatihan kejuruan; menyelenggarakan kunjungan studi untuk mempelajari model-model; menyediakan pinjaman preferensial dan akses ke pasar; serta menyelenggarakan seminar untuk mempromosikan konsumsi produk di berbagai provinsi dan kota.
Para perajin desa My Bac, kecamatan Tan Bac mewariskan kerajinan tenun brokat Pa Then kepada generasi muda. |
Tahun ini, dengan dukungan proyek Good Neighbors International, Koperasi ini telah menerima pesanan ekspor 1.000 produk brokat ke Korea, termasuk 500 gantungan kunci tas beraroma dan 500 dompet kartu ATM dan kartu identitas. Selain itu, Koperasi juga telah memanfaatkan media sosial Zalo dan Facebook secara efektif untuk menyiarkan langsung penjualan dan mempromosikan produk. Berkat hal tersebut, brokat Pa Then semakin populer di kalangan konsumen, terutama wisatawan dari Jepang, Inggris, dan Amerika.
Ibu Tai Thi Mai, Direktur Koperasi Brokat Pa Then Tan Bac, menyampaikan, "Setiap produk brokat bagaikan "duta budaya" masyarakat adat. Oleh karena itu, selain faktor estetika dan kepraktisan, kualitas produk selalu diutamakan dan wajib memiliki stempel dan kode batang untuk melacak asal-usulnya. Produknya juga sangat beragam dan kaya, seperti: gaun, kemeja, syal, topi, tas tangan, dan suvenir. Harga jualnya bervariasi, mulai dari harga terendah 25 ribu VND, sementara pakaian wanita 5 juta VND/set."
Kamerad Luong Thi Kiem, Kepala Departemen Kebudayaan dan Masyarakat Komune Tan Trinh, mengatakan: “Suku Pa Then termasuk dalam kelompok etnis minoritas yang jumlahnya sangat sedikit, yang terkonsentrasi di komune tersebut, dengan populasi lebih dari 5.000 orang. Setiap tahun, komune tersebut masih menyelenggarakan Festival Tari Api Pa Then yang dipadukan dengan kegiatan wisata dan pengalaman menenun brokat. Departemen akan memberikan masukan kepada komite dan otoritas Partai setempat untuk mempromosikan potensi dan keunggulan profesi menenun, yang dipadukan dengan pengembangan pariwisata komunitas, pengembangan produk OCOP, dan dukungan koneksi e-commerce, agar brokat Pa Then semakin diminati.”
Artikel dan foto: MOC LAN
Sumber: https://baotuyenquang.com.vn/van-hoa/202507/tho-cam-pa-then-ra-thi-truong-quoc-te-b702aff/
Komentar (0)