Meskipun angka-angka terkini mengecewakan, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengatakan ekonomi negaranya masih berada di jalur yang tepat untuk tumbuh sekitar 5%.
Berbicara pada Pertemuan Pionir tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Tianjin, Tiongkok pada 27 Juni, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengatakan negaranya masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan PDB sekitar 5% tahun ini. Ia memperkirakan pertumbuhan pada kuartal kedua akan lebih tinggi daripada kuartal pertama.
"Dari apa yang kita lihat, perekonomian Tiongkok menunjukkan pemulihan dan perbaikan yang jelas," tegas Bapak Li.
Ekonomi Tiongkok tumbuh 4,5% pada kuartal pertama, melampaui ekspektasi. Namun, data ekonomi bulan Mei, mulai dari penjualan ritel hingga investasi aset tetap, tidak memenuhi ekspektasi analis.
Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang di WEF pada 27 Juni. Foto: Reuters
Baru-baru ini, sejumlah bank besar telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini. Goldman Sachs pada 18 Juni menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 6% menjadi 5,4%. Nomura Holdings memperkirakan PDB Tiongkok hanya tumbuh 5,1%. UBS memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan mencapai 5,2%. Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,4%. JPMorgan menurunkannya dari 5,9% menjadi 5,5%.
"Momentum pemulihan dari pembukaan kembali ekonomi di negara lain tidak pernah hilang secepat di Tiongkok. Kami memperkirakan tantangan pertumbuhan akan terus berlanjut. Para pejabat sedang mempertimbangkan sejumlah faktor ekonomi dan politik untuk memutuskan stimulus yang tepat," ujar Hui Shan, seorang analis di Goldman Sachs.
Di tengah melambatnya produksi pabrik di tengah melemahnya permintaan domestik dan asing, Li mengatakan hari ini bahwa Tiongkok akan meluncurkan kebijakan yang lebih efektif untuk merangsang permintaan dan membuka pasarnya. Ia juga berjanji untuk terus menjadikan Tiongkok sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global.
Perdana Menteri Tiongkok mengatakan pandemi ini bukan krisis kesehatan terakhir yang dihadapi dunia. Ia mengatakan Covid-19 akan berakhir dan tantangan yang terlihat maupun tak terlihat juga akan hilang.
Ia juga memperingatkan pemerintah agar tidak mempolitisasi ekonomi, yang akan memecah belah dunia. "Beberapa negara Barat mengejar apa yang mereka sebut kemandirian dan pengurangan risiko. Namun, kedua konsep ini adalah tujuan yang salah. Globalisasi telah mengubah ekonomi global menjadi satu kesatuan yang utuh. Kepentingan semua pihak saling terkait erat," ujarnya.
Oleh karena itu, Perdana Menteri Tiongkok menyerukan kepada negara-negara untuk bekerja sama mengatasi tantangan global dan konflik regional. Pernyataan ini disampaikan di tengah memburuknya hubungan AS-Tiongkok selama beberapa tahun terakhir dan perang berkepanjangan di Ukraina yang mengancam pasar energi global.
Ha Thu (menurut Bloomberg)
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)