(CLO) Pada tanggal 27 Desember, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tn. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menceritakan bahwa ia pikir ia mungkin tidak akan selamat dari serangan udara Israel di Bandara Internasional Sanaa, Yaman sehari sebelumnya.
Berbicara tentang insiden memilukan itu, Bapak Tedros mengatakan ledakan itu begitu dahsyat sehingga telinganya masih berdenging lebih dari sehari kemudian. Ia menggambarkan suasana kacau di bandara, dengan sekitar empat ledakan dan orang-orang berlarian, termasuk satu ledakan yang sangat dekat dengan tempatnya duduk di ruang tunggu keberangkatan.
"Saya tidak yakin bisa selamat, karena ledakannya sangat dekat, hanya beberapa meter dari tempat kami berada. Sedikit penyimpangan saja bisa mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan," ujarnya, seraya menambahkan bahwa menara pengawas lalu lintas udara, ruang tunggu keberangkatan, dan landasan pacu rusak.
Setelah ledakan, Bapak Tedros dan rekan-rekannya terjebak di bandara selama sekitar satu jam, khawatir drone akan menyerang lagi. Di antara reruntuhan, mereka menemukan pecahan rudal. "Tidak ada tempat untuk bersembunyi, kami benar-benar terekspos dan hanya bisa menunggu apa pun yang terjadi," ujarnya.
Bapak Tedros dan seorang rekan PBB yang terluka dievakuasi dari serangan di Yaman. Foto: DrTedros/X
Serangan udara Israel terjadi setelah pasukan Houthi meluncurkan drone dan rudal ke Israel, mengklaimnya sebagai aksi solidaritas dengan warga Palestina di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa "ini baru permulaan" bagi gerakan Houthi.
Serangan udara tersebut menewaskan enam orang, tiga di bandara dan tiga di Hodeidah, dan melukai 40 lainnya, menurut kantor berita Saba yang dikelola Houthi.
Keesokan harinya, Bapak Tedros terbang ke Yordania untuk membantu mengevakuasi seorang rekan di PBB yang terluka parah dalam serangan itu. Beliau mengatakan bahwa rekan tersebut kini dalam kondisi stabil.
Tedros pergi ke Yaman saat Natal untuk merundingkan pembebasan staf PBB dan warga lainnya yang ditawan. Ia mengakui bahwa perjalanan itu berisiko mengingat ketegangan antara Israel dan Houthi, tetapi menekankan bahwa itu adalah kesempatan penting untuk memperjuangkan kebebasan staf PBB.
Menurutnya, negosiasi dengan pemerintah Yaman berjalan positif, dan ia berharap dapat menyelamatkan 16 staf PBB beserta diplomat dan staf LSM yang ditahan di sana.
Meskipun menolak berkomentar mengenai serangan tersebut, Bapak Tedros menyatakan terkejut bahwa infrastruktur sipil menjadi sasaran. "Bandara sipil seharusnya dilindungi, terlepas dari apakah saya ada di sana atau tidak," ujarnya.
Terakhir, ia menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi dunia saat ini, dan menyerukan para pemimpin internasional untuk bekerja sama mengakhiri konflik. "Saya belum pernah melihat dunia dalam kondisi seberbahaya ini," pungkasnya.
Hoai Phuong (menurut Saba, Reuters, AJ)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/tong-giam-doc-who-ke-lai-khoanh-khac-thoat-chet-sau-vu-tan-cong-o-yemen-post327927.html
Komentar (0)