The Wall Street Journal mengungkapkan pada tanggal 28 Februari bahwa pejabat Tiongkok sedang menginstruksikan para peneliti dan wirausahawan terkemuka di negara itu di bidang kecerdasan buatan (AI) untuk menghindari perjalanan ke Amerika Serikat.
| AS dan Tiongkok terlibat dalam persaingan AI global. (Sumber: Reuters) |
Menurut Wall Street Journal , Beijing khawatir bahwa para ahli AI China yang bepergian ke luar negeri dapat mengungkapkan informasi rahasia tentang perkembangan negara berpenduduk satu miliar orang itu.
Selain itu, pemerintah Tiongkok juga khawatir para eksekutifnya dapat ditangkap dan menjadi "alat tawar-menawar" dalam negosiasi AS-Tiongkok.
Baru-baru ini, perusahaan rintisan China DeepSeek meluncurkan model AI yang diklaimnya dapat bersaing dengan, dan bahkan melampaui, perusahaan terkemuka AS seperti OpenAI dan Google, dengan biaya lebih rendah.
Namun, Gedung Putih dan Kantor Informasi Dewan Negara China belum memberikan tanggapan.
Pada bulan Januari 2025, Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu dengan tokoh-tokoh penting di industri teknologi negara tersebut, dan meminta mereka untuk "menunjukkan bakat mereka" serta memercayai model dan pasar Tiongkok.
Oleh karena itu, para eksekutif Tiongkok yang memutuskan untuk pergi ke luar negeri harus melaporkan rencana mereka sebelum berangkat, dan setelah kembali juga harus memberi tahu pihak berwenang tentang apa yang mereka lakukan dan siapa yang mereka temui.
The Wall Street Journal juga melaporkan bahwa pendiri DeepSeek, Luong Van Phong, menolak undangan untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi AI di Paris pada bulan Februari. Sebelumnya, seorang pendiri startup AI besar lainnya di Tiongkok juga membatalkan perjalanan ke AS setelah menerima instruksi dari Beijing.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/trung-quoc-lo-so-cac-doanh-nghiep-ai-tro-thanh-con-bai-mac-ca-trong-dam-phan-my-trung-306031.html










Komentar (0)