Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Beijing pada tahun 2023. Kedua negara meningkatkan hubungan bilateral selama kunjungan ini (Foto: Xinhua).
Beijing meningkatkan hubungan bilateralnya dengan 17 negara dan wilayah pada tahun 2023, sebagian besar dari mereka berasal dari negara berkembang, menurut analisis Bloomberg terhadap pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Ini adalah laju yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dekade pertama masa jabatan Presiden Tiongkok Xi Jinping, menurut Bloomberg .
Secara khusus, Tiongkok telah meningkatkan hubungan dengan lima negara di Asia (Turkmenistan, Kyrgyzstan, Singapura, Georgia, dan Timor Timur) dan lima negara di Afrika (Gabon, Republik Demokratik Kongo, Benin, Zambia, dan Ethiopia).
Di tempat lain, daftar negara dan wilayah yang meningkatkan hubungan dengan Beijing pada tahun 2023 meliputi Venezuela, Uruguay, Kolombia, dan Nikaragua di Amerika Latin; Suriah dan Palestina di Timur Tengah; dan Kepulauan Solomon di Pasifik Selatan.
Bloomberg mengomentari bahwa sementara Washington membangun strategi diplomatik yang bergantung pada aliansi dengan negara-negara yang sebagian besar kaya, Beijing melakukan yang sebaliknya, dengan menarik negara-negara berkembang.
"Seiring meningkatnya persaingan strategis dengan AS, Tiongkok semakin berupaya memperkuat basis kemitraannya dengan lebih banyak negara," ujar Yun Sun, direktur Program Tiongkok di Stimson Center.
China memiliki nama berbeda untuk hubungan diplomatiknya.
Misalnya, Tiongkok memiliki "kemitraan strategis yang siap menghadapi segala kondisi" dengan Pakistan, Belarus, dan Venezuela, yang menggambarkan persahabatan yang bertahan di bawah ujian berbagai keadaan. Dengan Amerika Serikat, Beijing menggambarkan hubungan tersebut sebagai "jenis baru hubungan kekuatan besar".
Hubungan Tiongkok-Singapura ditingkatkan menjadi "Kemitraan Komprehensif Berkualitas Tinggi untuk Masa Depan" pada April 2024, yang mencerminkan komitmen kedua negara untuk bekerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi digital dan pembangunan hijau.
Tiongkok menggunakan kata “strategis” untuk menggambarkan banyak hubungan barunya, yang menandakan bahwa kedua pihak tidak hanya dapat bertukar dan bekerja sama secara bilateral tetapi juga berkoordinasi dalam isu-isu internasional dan regional, menurut Institut Studi Internasional Tiongkok, sebuah lembaga pemikir di bawah Kementerian Luar Negeri Beijing.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)