Pada tanggal 18 November, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa kendaraan udara tak berawak (UAV) Sky Rider jatuh di wilayah Sderot, dekat Jalur Gaza, karena masalah teknis.
Warga Palestina mencari kerabat dan harta benda mereka setelah serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, 1 November. (Sumber: Reuters) |
Insiden ini tidak menimbulkan korban jiwa dan tidak ada risiko kebocoran informasi rahasia. Pihak berwenang IDF sedang menyelidiki insiden tersebut.
Sky Rider adalah UAV kecil yang digunakan untuk misi pengintaian dan dukungan tempur bagi IDF. Dalam beberapa tahun terakhir, IDF telah menggunakan banyak UAV Sky Rider dalam serangan terhadap target militan Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
IDF saat ini mengoperasikan sejumlah besar UAV Sky Rider untuk mencari posisi Hamas yang dicurigai atau lokasi di mana sandera mungkin disandera.
Pada hari yang sama, media Turki melaporkan bahwa Presiden Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa negaranya akan bergabung dalam upaya membangun kembali infrastruktur, rumah sakit, dan sekolah yang rusak di Jalur Gaza jika kedua belah pihak mencapai gencatan senjata.
Sementara itu, Penasihat Presiden AS untuk Urusan Timur Tengah, Brett McGurk, mengatakan pada 18 November bahwa akan ada “jeda signifikan” dalam perang Israel-Hamas jika gerakan bersenjata tersebut membebaskan para sandera yang ditawannya.
Berbicara pada konferensi keamanan di Bahrain, diplomat AS tersebut menyatakan: “Peningkatan bantuan kemanusiaan, peningkatan bahan bakar, jeda… akan terjadi ketika para sandera dibebaskan.”
Tn. McGurk juga mencatat bahwa pada malam 17 November, Presiden AS Joe Biden membahas masalah ini dengan Emir Qatar, negara yang memimpin upaya mediasi menuju gencatan senjata dengan imbalan sejumlah besar sandera yang ditahan oleh kelompok bersenjata Hamas di Jalur Gaza.
Dalam perkembangan lainnya, pada 17 November, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di Berlin, memulai kunjungan ke Jerman untuk berunding dengan Kanselir Olaf Scholz mengenai sejumlah isu terkait konflik Israel-Hamas. Ini adalah kunjungan pertama pemimpin Turki tersebut ke Jerman sejak 2020.
Berbicara pada konferensi pers bersama pada malam yang sama, Perdana Menteri Scholz menekankan hak Israel untuk membela diri, sambil menegaskan bahwa ia dan Presiden Turki memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang konflik tersebut.
“Itulah mengapa negosiasi menjadi sangat penting, terutama di masa-masa sulit, ketika para pihak perlu berbicara langsung satu sama lain,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Erdogan terus mengkritik serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, mengutuk penembakan di rumah sakit yang menewaskan pasien dan anak-anak.
Ia menekankan bahwa jika Jerman dan Turki menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, tidak akan ada ruang untuk anti-Semitisme.
Hingga hari ini, perang Israel-Hamas tetap menjadi pokok pertikaian antara Berlin dan Ankara.
Sebelum bertemu dengan kepala pemerintahan Jerman, Tn. Erdogan bertemu dengan Presiden negara tuan rumah Frank Walter-Steinmeier.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)