Hari ini, 17 April, di Hanoi, Kementerian Sains dan Teknologi berkoordinasi dengan Universitas Sains dan Teknologi Hanoi untuk menyelenggarakan lokakarya tentang orientasi penelitian ilmiah dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia untuk melayani industri semikonduktor Vietnam.
Menutup lokakarya, Wakil Menteri Sains dan Teknologi, Tran Hong Thai, mengatakan bahwa segera setelah hari ini, Kementerian Sains dan Teknologi akan mengambil langkah-langkah praktis untuk mendorong pengembangan penelitian ilmiah dan teknologi di bidang cip semikonduktor. Dalam waktu dekat, Kementerian Sains dan Teknologi akan memprioritaskan pendanaan untuk topik-topik penelitian cip semikonduktor.
Para pemimpin Kementerian Sains dan Teknologi serta Universitas Sains dan Teknologi Hanoi menghadiri lokakarya tersebut.
Jika kita bergantung pada FDI, kita tidak dapat menguasai teknologi.
Menurut Bapak Thai, setelah lokakarya, para manajer dan pakar telah memberikan gambaran sementara tentang kondisi industri semikonduktor Vietnam saat ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah Vietnam telah memasuki tahap produksi cip semikonduktor atau belum, apakah dunia memberi Vietnam peluang untuk menjadi pusat pengembangan cip semikonduktor di dunia, di kawasan ini... telah terjawab.
Secara khusus, dalam rantai proses teknologi chip semikonduktor, mengenai produksi, menurut Bapak Thai, Vietnam belum memulai (tidak ada produksi) tetapi hanya berpartisipasi dalam desain, pengemasan, dan pengujian.
"Kami belum memiliki bahan baku untuk produksi. Nilai tambah yang kami capai di bidang ini rendah. Sumber daya manusia berkualitas tinggi sangat terbatas, meskipun kami memiliki tim insinyur," ujar Bapak Thai mengenai situasi saat ini.
Wakil Menteri Sains dan Teknologi Tran Hong Thai (kiri) dan Wakil Direktur Universitas Sains dan Teknologi Hanoi Huynh Dang Chinh di lokakarya
Isu lain yang disoroti dalam lokakarya tersebut, menurut Bapak Thai, adalah jika Vietnam terus bergantung pada perusahaan-perusahaan FDI (penanaman modal asing), negara ini tidak akan pernah menguasai teknologi. Negara ini akan selamanya berperan sebagai penyedia sumber daya manusia berkualitas rendah dan berpenghasilan rendah, yang tidak mampu berkembang.
"Tentu saja, kita harus melihat bahwa FDI sangat penting bagi Vietnam. Kita harus bergantung pada mereka untuk belajar dan menguasai teknologi. Namun, kita harus ikut serta dalam partisipasi mereka," ujar Bapak Thai.
Bapak Thai berpendapat bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia di industri semikonduktor saat ini disebabkan oleh mekanisme kebijakan pengembangan yang belum jelas. Perusahaan seperti Viettel dan universitas juga telah mulai memiliki rencana untuk mengubah situasi ini. Namun, koneksi untuk menciptakan ekosistem saja tidak cukup. Ekosistem tersebut harus dimulai dari lembaga pengelola negara, diikuti oleh lembaga penelitian dan universitas. Kemudian dari sektor bisnis, dan terakhir dari ilmuwan dan masyarakat.
"Kementerian Sains dan Teknologi mengarahkan penelitian ilmiah dan penelitian teknologi. Strategi produksi berada di tangan Kementerian Informasi dan Komunikasi. Peran Kementerian Perencanaan dan Investasi adalah untuk mendorong koneksi FDI dan secara bertahap mengembangkan perusahaan-perusahaan Vietnam... Lembaga-lembaga pengelola negara harus duduk bersama dan bersatu untuk merumuskan kebijakan," ujar Bapak Thai.
Mendukung pelatihan melalui pendanaan proyek penelitian
Terkait pelatihan sumber daya manusia untuk industri cip semikonduktor, Kementerian Sains dan Teknologi tidak diperbolehkan memberikan dana pelatihan, misalnya beasiswa. Namun, Kementerian Sains dan Teknologi juga akan mempertimbangkan untuk bertanggung jawab atas hal ini, misalnya, dapat memberikan dukungan melalui topik penelitian.
"Setelah hari ini, Kementerian Sains dan Teknologi akan mengarahkan topik-topik tingkat nasional dan kementerian terkait mikrocip semikonduktor. Ini merupakan arahan bagi universitas untuk menciptakan kondisi bagi mahasiswa magister dan doktoral untuk menerima dukungan penelitian dan berpartisipasi dalam penelitian," tegas Bapak Thai.
Solusi lain, untuk berkontribusi dalam mendorong pelatihan sumber daya manusia berkualitas tinggi, adalah mengalokasikan dana untuk mengirim kader ke luar negeri untuk belajar. Yayasan Nasional untuk Pengembangan Sains dan Teknologi (NAFOSTED) saat ini memiliki kebijakan yang memprioritaskan pengiriman kader muda untuk melakukan penelitian pascadoktoral di luar negeri.
"Baru-baru ini, para pemimpin Kementerian Sains dan Teknologi telah meminta dewan eksekutif dana tersebut untuk mengidentifikasi lima bidang prioritas setiap tahun. Mulai sekarang, selain bidang-bidang seperti kedokteran, genetika, dll., mikrochip semikonduktor akan diprioritaskan," ujar Bapak Thai, mengungkapkan keinginannya untuk membentuk kelompok riset di industri-industri utama.
"Inilah yang kurang dalam beberapa tahun terakhir," aku Bapak Thai. Ia mengatakan telah membahas hal ini dengan Direktur Universitas Sains dan Teknologi Hanoi, Huynh Quyet Thang. Ia juga menegaskan bahwa Kementerian Sains dan Teknologi akan memberikan dukungan dalam berbagai bentuk, termasuk memprioritaskan topik-topik tertentu.
"Dalam program Dana NAFOSTED, kami telah mengeluarkan resolusi bahwa mulai tahun-tahun mendatang, kami akan memprioritaskan kelompok riset muda. Untuk program PhD dengan proyek 5 tahun, kami akan mendukung gaji 3 staf. Gajinya mungkin tidak tinggi, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup para ilmuwan," tegas Bapak Thai.
Menurutnya, pada kesempatan ini, unit-unit perlu mencari cara untuk menarik pakar nasional dan internasional ke topik-topik penelitian. "Kalau ada proyek, Kementerian Sains dan Teknologi akan punya mekanisme untuk mendukung," tegas Bapak Thai.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)