
Simanjuntak selalu bertubuh kecil saat berdiri di samping rekan setimnya - Foto: PSSI
Di antara pemain Indonesia generasi 9x, terdapat 3 bintang yang menonjol, yaitu Andik Vermansah - yang sering dijuluki "Messi Kepulauan", Riko Simanjuntak, dan Iran Jaya. Ketiganya memiliki tinggi badan lebih dari 1,60 meter, sementara Riko bahkan hanya 1,58 meter.
Penyerang yang terampil dan berbakat secara teknis biasanya tidak tinggi. Namun sebagai perbandingan, Quang Hai dan Cong Phuong dari Vietnam tingginya hampir 1,7 meter.
Dari generasi 9x hingga generasi Z saat ini, sepak bola Indonesia sangat tertinggal dalam hal perkembangan tinggi badan. Hal ini juga menjadi alasan penting mengapa mereka memutuskan untuk mengambil jalan pintas dengan kebijakan naturalisasi pemain Barat.
Untuk menjelaskan tinggi badan pemain Indonesia yang pendek, ada beberapa alasan objektif dan subjektif sebagai berikut:
Orang Indonesia merupakan kelompok masyarakat Austronesia yang kecil.
Orang Indonesia sebagian besar adalah suku Austronesia, yang berasal dari Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik .
Kelompok etnis ini memiliki tinggi badan rata-rata yang lebih rendah daripada orang Asia Timur, Asia Tengah, atau Eropa. Beberapa studi genetik menunjukkan bahwa:
Bangsa Austronesia cenderung membawa gen yang berhubungan dengan perawakan kecil, karena nenek moyang mereka beradaptasi dengan lingkungan pulau kecil di mana sumber makanan tidak melimpah seperti di wilayah daratan besar.

Andik Vermansyah selalu terlihat seperti kurcaci - Foto: BL
Beberapa kelompok etnis memiliki varian gen HMGA2 dan LCORL, yang dikaitkan dengan tinggi badan berlebih, tetapi gen ini kurang umum pada populasi Asia Tenggara dibandingkan pada populasi Asia Utara dan Eropa.
Selain itu, gen ACAN yang umum di Indonesia mengandung varian langka yang menyebabkan gangguan pertumbuhan parah, sehingga sulit bagi orang di sini untuk memiliki tubuh tinggi alami seperti orang Eropa atau Korea.
Gizi Buruk dan Dampaknya terhadap Tinggi Badan Atlet Indonesia
Kurangnya protein berkualitas tinggi dalam makanan
Pola makan tradisional Indonesia sangat bergantung pada nasi, jagung, kentang, dan makanan goreng berlemak, ketimbang sumber protein berkualitas tinggi seperti daging sapi, salmon, dan susu.
Ini memengaruhi kemampuan untuk mensintesis hormon pertumbuhan (GH), kemampuan untuk membangun tulang rawan dan tulang...
Jepang dulunya bertubuh kecil, tetapi setelah Perang Dunia II, mereka meningkatkan konsumsi susu, daging merah, dan salmon, yang menyebabkan peningkatan signifikan pada tinggi rata-rata.
Banyak keluarga Indonesia yang masih menjalankan pola makan tradisional yang rendah protein berkualitas tinggi, sehingga memperlambat laju pertumbuhan tinggi badan.
Efek negatif makanan yang digoreng dan berminyak
Orang Indonesia banyak mengonsumsi makanan yang digoreng seperti tempe goreng, ayam goreng, dan gorengan. Hal ini berdampak negatif pada tinggi badan.
Penekanan hormon pertumbuhan: Lemak jahat (lemak trans, minyak terhidrogenasi) yang ditemukan dalam makanan yang digoreng mengurangi kadar hormon pertumbuhan dan menghambat penyerapan nutrisi penting untuk tulang.

Pola makan tinggi lemak bikin orang Indonesia susah tumbuh tinggi - Foto: HU
Peradangan kronis: Lemak tidak sehat meningkatkan respons peradangan, yang memengaruhi pertumbuhan tulang rawan dan jaringan tulang.
Mempengaruhi penyerapan kalsium: Terlalu banyak lemak menghambat penyerapan kalsium dalam usus, membuat tulang kurang kuat dan berkembang lebih lambat.
Kandungan gula tinggi dalam makanan
Makanan dan minuman tinggi gula seperti teh manis, soda, dan kue-kue Indonesia juga merupakan masalah besar:
Menyebabkan resistensi insulin: Gula meningkatkan kadar insulin secara berlebihan, secara tidak langsung menghambat IGF-1, faktor penting dalam pertumbuhan tinggi badan.
Menyebabkan ketidakseimbangan gizi: Terlalu banyak gula mengurangi penyerapan protein dan mineral (seng, kalsium, magnesium), menyebabkan perkembangan rangka yang buruk.
Genetika memang berperan dalam perawakan kecil orang Indonesia, tetapi bukan satu-satunya faktor penentu.
Gizi yang buruk, terutama kurangnya protein berkualitas tinggi dan konsumsi makanan yang digoreng, gula, dan lemak secara berlebihan, menjadi alasan utama mengapa tinggi rata-rata atlet Indonesia tidak meningkat.
Sumber: https://tuoitre.vn/vi-sao-cau-thu-indonesia-thuong-thap-be-20250605125525689.htm
Komentar (0)