Dia yang menghidupkan kembali kenangan.
Produksi pertanian di Delta Mekong kini bertransformasi pesat berkat dukungan mekanisasi. Suara mesin pemanen gabungan dan pengepres jerami yang bergemuruh di ladang setiap musim panen padi telah menjadi pemandangan yang tak asing lagi.

Dari Hoang Hao Eco Garden, Anda dapat melihat sepetak pedesaan yang damai. Foto: Kim Anh.
Di tengah perkembangan tersebut, terdapat sebuah tempat langka di Provinsi Dong Thap yang masih mempertahankan ciri khas lamanya. Di belakang kebun ekologi Hoang Hao (Komune Tam Nong) terdapat hamparan sawah yang subur dan hijau. Setelah setiap panen padi, penduduk setempat menggunakan kerbau untuk menarik gerobak jerami dan membawanya kembali ke gudang penyimpanan. Jerami-jerami tersebut ditumpuk tinggi, aroma jerami baru tercium kuat di ladang, bercampur dengan aroma kenangan kampung halaman. Tempat ini menjadi destinasi wisata yang menarik dan banyak dicari wisatawan, bagaikan sepotong asli budaya Barat kuno.
Dengan memanfaatkan citra pedesaan yang sederhana itu, Bapak Nguyen Hoang Hao (41 tahun) - pemilik kebun seluas 12.000 m2, memutuskan untuk membangun taman ekologi yang menyambut wisatawan untuk berkunjung.
Berawal dari kecintaan sederhana pada berkebun, dorongan dari keluarganya membuatnya berani mengembangkan tempat ini menjadi destinasi wisata pertanian di awal tahun 2023. Dengan datang ke sini, pengunjung tak hanya bisa bersantap dan bersantai, tetapi juga dapat menyelami kehidupan produksi masyarakat setempat, menyaksikan hamparan sawah di depan mata, dan merasakan kedamaian yang langka.
Kebun ekologi ini terbagi menjadi beberapa area: area pemancingan untuk keluarga, restoran berkapasitas 120-150 tamu, area bermain anak, kolam ikan koi yang dipadukan dengan peternakan mutiara, serta area budidaya sayur dan buah seluas 5.000 m² untuk wisatawan. Semua dikelola dengan semangat melestarikan lanskap hijau dan memanfaatkan produk lokal.

Pengalaman wisatawan di taman ekologi Hoang Hao. Foto: Kim Anh.
Untuk memelihara taman ekologi ini, Bapak Hao harus mengeluarkan lebih dari 100 juta VND per bulan untuk biaya operasional staf, listrik, air, perawatan lanskap, dan sebagainya. "Jika kita hanya melakukannya untuk mencari keuntungan, model ini tidak akan bertahan lama. Kita harus melakukannya dengan semangat dan keinginan untuk melestarikan nilai tanah air kita," ungkap Bapak Hao.
Budidaya mutiara air tawar yang dipadukan dengan pengalaman panen mutiara.
Untuk menciptakan tampilan baru bagi taman ekologi, Tn. Hao dengan berani mengembangkan model budidaya mutiara - arah yang agak berisiko karena ia harus menjinakkan tiram agar terbiasa dengan air tawar.
Bapak Hao mengimpor tiram dari wilayah Tengah, yang beradaptasi dengan lingkungan air asin dan payau. Di kebun ekologi, beliau mulai mendomestikasi tiram dari air asin ke air payau, lalu ke air tawar, yang membutuhkan waktu yang lama. Khususnya, tahap implantasi embrio merupakan tahap yang paling sulit, tiram mudah mati, dengan tingkat risiko hingga 30-40%. Setelah tahap ini, tiram menjadi sehat, terbiasa dengan air tawar, dan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang stabil. Pada tahap ini, beliau mulai mengintroduksi tiram ke kolam alami.

Para wisatawan menikmati pengalaman menangkap dan memelihara kerang alami. Foto: Kim Anh.
Saat ini, luas area budidaya mutiara sekitar 1.700 m², dengan hampir 2.000 mutiara (berusia 4-5 tahun) yang dibudidayakan di kolam tanah dan kolam lumpur, dikombinasikan dengan ikan koi. Khususnya, mutiara-mutiara ini dibudidayakan secara alami, tidak diberi pakan industri, melainkan terutama memakan plankton di lingkungan air. Meskipun kilau dan bentuk mutiara tidak seindah mutiara yang dibudidayakan di air asin, menurut Bapak Hao, mutiara air tawar memiliki kualitas yang memenuhi standar dalam hal ketebalan nacre, kilau, bentuk, warna, dan permukaan halus.
Mutiara di sini tidak untuk dijual, melainkan hanya untuk dinikmati pengunjung—layanan yang hanya tersedia di Hoang Hao Eco Garden. Pengunjung dapat turun ke danau untuk menangkap dan membuka tiram sendiri, serta merasakan sendiri proses menemukan mutiara mereka.
Rata-rata, setiap tiram dapat menghasilkan 1-4 mutiara. Jika tiram tersebut tidak memiliki mutiara, pengunjung dapat melanjutkan pengalaman memisahkan tiram lainnya. Mutiara-mutiara tersebut kemudian dapat dibiarkan mentah sebagai suvenir atau dikirim ke perajin perhiasan untuk dibuat menjadi perhiasan.

Bapak Nguyen Hoang Hao (kiri) dan para wisatawan mencoba memisahkan kerang. Foto: Kim Anh.
Bapak Hao mengatakan bahwa setiap tahun kebun ekologi keluarganya dikunjungi ribuan pengunjung, dengan pendapatan berkisar antara 5 hingga 7 miliar VND, menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 20 pekerja lokal. Menurutnya, di pedesaan Kecamatan Tam Nong, wisata pertanian dengan pendapatan sebesar itu cukup menguntungkan, membantunya memiliki kondisi untuk berinvestasi kembali guna memelihara dan mengembangkan kebun tersebut.
Bagi Bapak Hao, tujuan dari wisata pertanian bukan hanya untuk mendatangkan banyak pengunjung saja, akan tetapi beliau berharap agar siapa saja yang datang ingin kembali lagi, tempat yang memberikan kesan tidak terburu-buru, tidak tergesa-gesa untuk mengenang kembali kenangan yang tersisa dari pedesaan di Barat.
Sumber: https://nongnghiepmoitruong.vn/vuon-sinh-thai-hoang-hao-hap-dan-tu-nhung-dieu-gian-di-d783464.html










Komentar (0)