Tulisan tangan begitu berlekuk-lekuk dan membingungkan sehingga pasien hanya bisa menyerahkannya kepada apoteker untuk dipahami, yang telah menjadi "ciri khas" profesi medis. Ungkapan itu terdengar seperti kritik, tetapi sebenarnya mengandung simpati. Sebab, tulisan tangan dokter buruk bukan karena kecerobohan, melainkan karena sifat pekerjaannya yang selalu mendesak dan menegangkan. Di bawah tekanan menyelamatkan nyawa setiap detik, setiap menit, mereka terpaksa menulis dengan sangat cepat agar mampu mencatat, meresepkan, dan memberi perintah. Menulis pada saat itu hanyalah sarana, bukan tujuan. Dokter tidak dapat menulis setiap huruf dengan cermat seperti guru zaman dulu, tetapi harus mencurahkan segenap hatinya untuk keakuratan diagnosis dan pengobatan. Tersembunyi di balik tulisan tangan yang buruk itu adalah keindahan profesi yang mulia: profesi untuk mendapatkan kembali kehidupan manusia.
![]() |
Siswa SD berlatih menulis. Foto: Vietnam+ |
Namun, kehidupan sosial terus berubah, dan teknologi secara bertahap menulis ulang kisah budaya ini. Jika dulu resep bisa membuat pasien pusing karena tidak bisa membaca tulisannya, kini rekam medis elektronik, perangkat lunak resep, cetakan jelas di layar, dan dokumen telah menjadi tren yang tak terelakkan. Ungkapan "jelek seperti tulisan tangan dokter" kemungkinan akan perlahan menghilang di masa depan seiring transformasi digital dalam layanan kesehatan semakin kuat, mulai dari pengelolaan rekam medis, penyimpanan berkas, hingga resep dan pembayaran daring.
Dari perspektif lain, perubahan ini juga mencerminkan kemajuan budaya. Di masa lalu, tulisan tangan dokter yang buruk merupakan hal yang tak terhindarkan, diterima oleh masyarakat sebagai ciri khas profesi medis. Kini, ketika teknologi berperan dalam pemeriksaan dan perawatan medis, kita melihat dengan jelas nilai transparansi, akurasi, dan kemudahan dalam perawatan kesehatan. Budaya sosial juga telah bergeser: dari menerima "kebiasaan" yang agak merepotkan menjadi menuntut tingkat profesionalisme, standardisasi, dan modernitas yang lebih tinggi.
Mungkin di masa depan, generasi muda tak lagi sepenuhnya memahami makna ungkapan "sejelek tulisan tangan dokter". Namun, kenangan akan pepatah itu tetap menjadi bagian menarik dalam kehidupan berbahasa, mengingatkan kita pada masa ketika dokter menulis resep, dan pasien terhibur sekaligus bersimpati pada "kode" yang ditinggalkan dokter pada resep tersebut. Sekaligus, pepatah itu juga menunjukkan dengan jelas: Kebudayaan selalu bergerak, selalu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Dan terkadang, di balik pepatah yang terkesan satir, terdapat kisah kemanusiaan tentang profesi ini, tentang perubahan, tentang perjalanan dari tulisan tangan ke papan ketik dan data digital.
NGOC LAM
Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/doi-song/xau-nhu-chu-bac-si-chi-la-di-vang-849690
Komentar (0)