Pada tanggal 18 Maret, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan dokumen mendesak kepada Komite Rakyat provinsi dan kota-kota yang dikelola pusat, Departemen Perindustrian dan Perdagangan provinsi dan kota; pedagang minyak bumi utama; dan distributor minyak bumi mengenai penerapan peraturan tentang faktur elektronik dan penyediaan data faktur elektronik sebagaimana ditentukan.
Sehubungan dengan itu, dalam Berita Resmi No. 1654/BTC-TTTN Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, disebutkan bahwa, dalam rangka melaksanakan arahan Perdana Menteri dalam Resolusi No. 28/NQ-CP tanggal 5 Maret 2024 pada rapat rutin Pemerintah bulan Februari 2024 dan Konferensi tentang pelaksanaan tugas manajemen kebijakan moneter tahun 2024 dengan fokus pada penghapusan kesulitan produksi dan usaha, peningkatan pertumbuhan dan stabilitas makroekonomi pada tanggal 14 Maret 2024, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan meminta kepada Komite Rakyat provinsi dan kotamadya yang dikelola pusat untuk mengarahkan Departemen dan cabang agar fokus pada prioritas sumber daya guna mendukung pedagang minyak bumi untuk melaksanakan peraturan tentang pembentukan dan penerbitan faktur elektronik untuk kegiatan usaha eceran minyak bumi, khususnya dalam pembentukan faktur elektronik pada toko eceran minyak bumi bagi pelanggan untuk setiap penjualan dan penyediaan data faktur elektronik sesuai ketentuan.
Bersamaan dengan itu, memperkuat pembinaan, pengawasan, pemeriksaan, dan melaksanakan secara tegas pengelolaan dan penggunaan faktur elektronik bagi kegiatan usaha ritel BBM sesuai arahan Perdana Menteri dalam Surat Keputusan No. 1123/CD-TTg tanggal 18 November 2023 dan Surat Keputusan No. 1284/CD-TTg tanggal 1 Desember 2023. Berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk mengarahkan satuan kerja fungsional guna meninjau dan menangani pelaku usaha BBM yang tidak mematuhi ketentuan mengenai faktur elektronik paling lambat tanggal 31 Maret 2024.
Dalam Surat Edaran No. 1655/BCT-TTTN, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi dan kabupaten/kota untuk menghimbau dan mengawasi pedagang BBM di wilayah tersebut: (1) mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perdagangan BBM; (2) menerbitkan faktur elektronik di toko eceran BBM kepada pelanggan untuk setiap penjualan di toko eceran BBM dan menyediakan data faktur elektronik sebagaimana ditentukan. Selain itu, memantau secara ketat keseimbangan pasokan dan permintaan produk BBM untuk mencegah toko-toko BBM berhenti berjualan, yang dapat menyebabkan kekurangan pasokan di wilayah tersebut.
Selain itu, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan juga mengirimkan Surat Edaran No. 1656/BCT-TTTN kepada para pedagang dan distributor minyak bumi utama. Surat Edaran tersebut dengan jelas menyatakan bahwa, berdasarkan ketentuan Klausul 9, Pasal 1 Keputusan No. 80/2023/ND-CP tanggal 17 November 2023 yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal dari Keputusan No. 95/2021/ND-CP tanggal 1 November 2021 dan Keputusan No. 83/2014/ND-CP tanggal 3 September 2014 Pemerintah tentang perdagangan minyak bumi; Melaksanakan Surat Edaran No. 1123/CD-TTg tanggal 18 November 2023 tentang penguatan pengelolaan dan penggunaan faktur elektronik, yang berkontribusi dalam mendorong transformasi digital dan Surat Edaran No. 1284/CD-TTg tanggal 1 Desember 2023 tentang penguatan pengelolaan dan penggunaan faktur elektronik untuk kegiatan perdagangan dan eceran minyak bumi; Melaksanakan arahan Perdana Menteri dalam Resolusi No. 28/NQ-CP tanggal 5 Maret 2024, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan meminta agar para pedagang minyak bumi secara serius melaksanakan konten-konten berikut: Pertama, mematuhi secara ketat ketentuan-ketentuan hukum tentang perdagangan minyak bumi; Kedua, menerbitkan faktur elektronik untuk kegiatan perdagangan dan eceran minyak bumi, khususnya dalam menerbitkan faktur elektronik di toko eceran minyak bumi bagi pelanggan untuk setiap penjualan di toko eceran minyak bumi dan menyediakan data faktur elektronik sesuai dengan peraturan.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat, selama proses pelaksanaan, apabila terdapat kendala atau masalah, pedagang diminta untuk melaporkan dan meminta pendapat kepada instansi dan unit terkait.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, hingga 15 Maret 2024, jumlah SPBU yang telah menerbitkan faktur elektronik untuk setiap penjualan adalah 10.649 unit (meningkat 7.949 unit dibandingkan 1 Desember 2023), yang merupakan sekitar 67,6% dari jumlah SPBU eceran di seluruh Indonesia.
Statistik terbaru menunjukkan bahwa negara ini saat ini memiliki sekitar 15.756 toko eceran bensin.
Departemen Jenderal Pajak juga telah menerbitkan banyak dokumen yang mengarahkan Departemen Pajak provinsi dan kota-kota yang dikelola pusat untuk segera memperkuat manajemen, inspeksi, pengawasan, dan mempromosikan penerbitan faktur elektronik setelah setiap penjualan untuk kegiatan bisnis bensin eceran.
Bersamaan dengan itu, meminta Dinas Perpajakan setempat untuk segera menyampaikan masukan kepada Panitia Pelaksana Pajak untuk mengarahkan instansi, departemen dan cabang setempat agar proaktif berkoordinasi dengan instansi perpajakan untuk segera menerapkan solusi yang sinkron dan efektif, serta dengan tegas mewajibkan pelaku usaha eceran BBM untuk menerbitkan faktur elektronik setelah setiap penjualan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, arahan dari Perdana Menteri dan Kementerian Keuangan.
Selain alasan objektif, banyak perusahaan dan toko eceran yang menjual bensin belum sepenuhnya memahami kewajiban hukum wajib saat menerbitkan faktur elektronik untuk setiap penjualan di toko eceran yang menjual bensin sesuai ketentuan Undang-Undang Administrasi Perpajakan, Keputusan No. 123/2020/ND-CP dan Keputusan 80/2023/ND-CP.
Pada pertemuan baru-baru ini mengenai penguatan koordinasi dengan Komite Rakyat dan departemen-departemen di provinsi dan kota, para pemimpin Departemen Umum Perpajakan meminta badan-badan pajak untuk menentukan rencana penerapan faktur elektronik untuk setiap penjualan di toko-toko eceran bensin, dan menugaskan tugas-tugas khusus kepada setiap pegawai negeri sipil di setiap departemen.
Bersamaan dengan itu, berkoordinasilah dengan pemerintah daerah, departemen, dan cabang di wilayah tersebut untuk membentuk tim inspeksi interdisipliner, dengan waktu dan pemberitahuan yang spesifik dan jelas untuk melakukan inspeksi penerapan faktur elektronik bagi bisnis ritel bensin. Selain itu, tingkatkan sosialisasi agar pelaku usaha bensin sepenuhnya memahami peraturan tentang kewajiban hukum wajib penerbitan faktur elektronik untuk setiap penjualan.
Untuk mengatasi keterbatasan dalam proses implementasi, Direktorat Jenderal Pajak telah meminta Dinas Pajak daerah untuk memperkuat koordinasi dengan Komite Rakyat Provinsi, terutama bagi daerah dengan hasil rendah. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak mewajibkan Dinas Pajak dengan hasil tinggi untuk berkoordinasi dengan Dinas Pajak daerah dengan hasil rendah guna berbagi pengalaman dalam koordinasi dan implementasi, sekaligus melaporkan hasil kerja yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengetahui penyebabnya, kemudian mencari solusi yang tepat untuk pelaksanaan dan pengorganisasian implementasi sesuai dengan arahan Pemerintah dan Kementerian Keuangan.
TM
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)