| Ekspor buah dan sayur dapat menghasilkan 6 miliar USD pada tahun 2023. Durian diperkirakan akan menduduki tahta teratas di antara buah-buahan Vietnam di Tiongkok. |
Japan Apple LLC (berkantor di Tokyo, Jepang) baru saja menderita kerugian ratusan juta dong terkait dengan dua pengiriman durian dan cabai yang diimpor dari Vietnam yang diambil sampelnya dan dianalisis oleh badan karantina Jepang dan ditemukan mengandung residu pestisida.
| Ekspor buah dan sayur merupakan titik terang. |
Secara spesifik, sebuah kiriman durian seberat sekitar 1,4 ton diimpor melalui sebuah perusahaan besar di Vietnam sejak 5 Oktober dengan harga 132.000 VND/kg. Setibanya di Jepang, badan karantina negara tersebut mengambil sampel untuk pengujian dan menemukan residu bahan aktif procymidone dengan kadar 0,03 ppm, sementara standar Jepang adalah 0,01 ppm. Procymidone merupakan bahan aktif dalam pestisida pembasmi jamur.
Terkait kiriman cabai sebanyak 4 ton lebih, pihak karantina Jepang telah melakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian dengan 4 bahan aktif dan ditemukan 2 bahan aktif dengan kadar residu melebihi ambang batas yang diperbolehkan, yaitu trisiklazole 0,2 ppm dan heksakonazol 0,03 ppm, sedangkan standar yang diperbolehkan adalah 0,01 ppm.
Menurut Ibu Le Thi Kieu Oanh, Direktur Japan Apple LLC, kedua kiriman tersebut telah diminta untuk dimusnahkan oleh badan karantina Jepang. Untuk kiriman durian saja, perusahaan mengalami kerugian lebih dari 200 juta VND. Sedangkan untuk kiriman cabai, jika tidak diimpor sebagai kompensasi, kemungkinan besar akan dikenakan denda sesuai kontrak.
Sebelumnya, pada bulan September, Japan Apple LLC mengimpor kiriman durian mentah. Setelah beberapa hari pengiriman ke mitra, durian tersebut tidak dapat matang secara normal, melainkan dipaksa matang, berbau asam, sehingga perusahaan terpaksa menariknya dan mengalami kerugian besar.
Ibu Le Thi Kieu Oanh mengatakan bahwa badan karantina Jepang menerapkan peraturan karantina pada semua durian yang diimpor dari Vietnam, yang menyebabkan bisnis mengeluarkan biaya tinggi dan memperpanjang waktu penyimpanan, yang memengaruhi tahap distribusi dan konsumsi.
Sementara itu, bisnis-bisnis Vietnam hampir tidak bertanggung jawab setelah mengekspor barang mereka. Dalam beberapa kasus, bisnis meminta mitra mereka untuk berbagi tanggung jawab, tetapi mereka memotong harga barang dan kemudian mencari cara untuk menaikkan harga jual.
Data terbaru dari Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan menunjukkan bahwa ekspor buah dan sayur telah mencapai omzet lebih dari 5,3 miliar dolar AS dalam 11 bulan di tahun 2023. Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Namun, di balik angka yang menggembirakan ini, masih banyak kekhawatiran tentang celah hukum dalam industri buah dan sayur yang perlu segera diatasi.
Kisah industri durian adalah contohnya. Meskipun komoditas ini menyumbang 2 miliar dolar AS terhadap total omzet ekspor buah dan sayur dalam 11 bulan terakhir, terdapat paradoks bahwa meskipun harganya tinggi, banyak bisnis yang membeli untuk ekspor justru mengalami kerugian besar.
Menurut Bapak Dang Phu Nguyen, Sekretaris Jenderal Asosiasi Buah dan Sayur Vietnam, kelemahan utama durian adalah hubungan yang sangat longgar antara petani dan pelaku bisnis. Demi keuntungan, mereka rela memutus kontrak, yang merugikan pelaku bisnis.
Selain itu, perlu dicermati dengan jelas fakta bahwa tidak semua petani memahami produksi kontrak, serta kepatuhan terhadap proses, standar, dan peraturan produksi komoditas. Ketika para pelaku hanya mementingkan keuntungan langsung tanpa memperhatikan manfaat jangka panjang dari produksi dan konsumsi yang stabil, gangguan rantai pasok tidak dapat dihindari.
Belum lagi akibat praktik bisnis spontan petani yang masih ada, produksi terfragmentasi, produk buah dan sayur di pasaran tidak konsisten dan kualitasnya rendah.
Kelemahan inheren dari keterkaitan yang longgar mengharuskan industri buah dan sayur Vietnam untuk segera menambal celah ini dan menghindari pemutusan keterkaitan yang ada. Setelah kelemahan ini diatasi, barulah buah dan sayur Vietnam dapat melangkah lebih jauh di pasar global.
Mengenai pasar Jepang, Bapak Ta Duc Minh - Penasihat Perdagangan Vietnam di Jepang - mengatakan bahwa Jepang adalah pasar dengan standar yang sangat tinggi untuk barang impor, terutama buah-buahan. Setelah menembus pasar ini, ekspor akan stabil dan berjangka panjang, tetapi pelaku usaha harus memastikan kualitas produk, harga jual, dan output pasokan.
Bapak Ta Duc Minh juga menyarankan agar perusahaan ekspor Vietnam ketika berbisnis dengan Jepang tidak berhenti pada pembelian langsung atau penjualan saja, tetapi harus terus memantau dan mengendalikan bagaimana produk mereka diterima pasar dan bagaimana pelanggan meresponsnya, guna menghindari risiko yang tidak perlu.
[iklan_2]
Tautan sumber










Komentar (0)