Tokyo Game Show tahun ini, bertema "Unlimited, Neverending Playground," tidak hanya berlaku untuk produk perangkat lunak tetapi juga mencerminkan meluasnya batasan teknologi di seluruh industri.
Tokyo Game Show (25-28 September) mencatat rekor jumlah peserta pameran, dengan 521 peserta pameran dari Jepang dan 615 peserta pameran dari luar negeri yang memamerkan lebih dari 1.200 judul gim video. (Foto: Tokyo Game Show)
AI: Dari tren baru menjadi platform untuk pengembangan game
Menurut Asosiasi Pemasok Hiburan Komputer (CESA) (penyelenggara Tokyo Game Show), lebih dari 51% perusahaan pengembang game Jepang telah menerapkan AI dalam proses produksi. AI tidak berhenti pada pengujian, tetapi telah digunakan secara luas di berbagai tahap.
Secara spesifik, AI dapat menciptakan lingkungan permainan, mulai dari lanskap dan karakter hingga detail kecil seperti pola di dinding atau lantai. AI juga dapat membantu menulis alur cerita dan dialog karakter, sehingga narasi permainan menjadi lebih hidup. Lebih lanjut, AI dapat secara otomatis menulis perintah kontrol dan membantu programmer mendeteksi dan memperbaiki kesalahan dengan cepat.
Contoh lingkungan permainan yang diciptakan oleh AI. (Gambar: Level-5)
Salah satu poin penting adalah bahwa perusahaan game Sega telah membentuk "Komite AI Generatif," sebuah komite internal yang didedikasikan untuk mengawasi dan mengelola penerapan AI dalam proyek-proyeknya. Ini menunjukkan bahwa AI bukan lagi sekadar alat bantu eksperimental, tetapi telah menjadi bagian yang dikelola secara serius dalam proses produksi. Banyak pengembang menekankan bahwa AI memainkan peran "pendukung, bukan pengganti," menyediakan manusia dengan alat kreatif tambahan tanpa mengurangi peran sentral para desainer dan programmer.
Perangkat keras bertenaga AI: Sorotan perusahaan teknologi
Jika AI telah menyebar luas dalam pengembangan perangkat lunak, tahun ini perangkat keras menyaksikan ledakan produk bertenaga AI. Di antaranya, perusahaan teknologi MSI tampil mengesankan dengan serangkaian produk bertenaga AI, mulai dari laptop, desktop, hingga monitor dan aksesori.
Prestige 13 AI+ Ukiyo-e Edition adalah laptop yang tidak hanya dilengkapi prosesor AI, tetapi juga memukau dengan desainnya yang terinspirasi oleh seni Ukiyo-e tradisional Jepang. Produk ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat berpadu dengan budaya untuk menciptakan nilai estetika baru. (Gambar: MSI)
Stealth A16 AI+ Mercedes-AMG Motorsport: Laptop edisi terbatas yang diciptakan bekerja sama dengan merek mobil sport AMG, menyasar para gamer dan penggemar kecepatan dengan konfigurasi yang tangguh dan desain yang mewah. (Gambar: MSI)

Claw A8 BZ2EM: Perangkat gaming genggam unggulan yang ditenagai chip AMD Ryzen Z2 Extreme, layar 8 inci 120Hz dengan dukungan VRR, dan baterai 80Wh. (Gambar: MSI)

Desktop AI MEG Vision X: Model desktop kelas atas, dilengkapi layar sentuh 13 inci terintegrasi AI, membantu pengguna mengontrol dan memantau sistem dengan mudah. (Foto: PC Gamer)
Teknologi AI Silent Storm Cooling juga memulai debutnya, mengoptimalkan kinerja pendinginan menggunakan algoritma cerdas.
Tidak hanya MSI, Thermaltake juga mengejutkan dengan sistem pendingin air AIO MagFloe Ultra-nya. Fitur spesialnya terletak pada fungsi AI Forge: Pengguna dapat memasukkan perintah AI untuk membuat wallpaper atau animasi khusus yang ditampilkan langsung pada layar LCD kecil yang terpasang pada blok pendingin. Ini menandai pertama kalinya teknologi AI generatif diintegrasikan ke dalam komponen PC, mengubah sistem pendingin menjadi pengalaman yang estetis dan personal.
Tokyo Game Show 2025 memberikan gambaran yang jelas: industri game dan teknologi sedang memasuki era kolaborasi antara manusia dan kecerdasan buatan. Dan jika tren ini berlanjut, AI tidak hanya akan menjadi alat, tetapi juga akan menjadi "pendamping" bagi semua pengembang dan gamer di masa depan.
Sumber: https://vtcnews.vn/ai-va-phan-cung-thong-minh-len-ngoi-tai-tokyo-game-show-2025-ar968369.html










Komentar (0)