Pada sesi pembahasan Majelis Nasional tanggal 14 November tentang rancangan Undang-Undang tentang Konstruksi (diamandemen), Menteri Konstruksi Tran Hong Minh menjelaskan sejumlah isu yang menjadi perhatian para delegasi.
Mengenai perizinan konstruksi, Menteri Tran Hong Minh mengatakan ini merupakan masalah yang menjadi perhatian besar para delegasi.
Menurut Menteri, instansi pemerintah, badan usaha, dan masyarakat semuanya membutuhkan izin, tetapi tidaklah masuk akal jika perencanaan rinci, penyusunan proyek studi pra-kelayakan, studi kelayakan, desain teknis, dan gambar konstruksi semuanya diatur. Sebelum konstruksi, masyarakat dan badan usaha harus mengajukan izin, "yang sangat tidak masuk akal."
Oleh karena itu, Menteri Konstruksi mengatakan undang-undang yang diamandemen hanya akan mewajibkan penilaian salah satu langkah ini. Misalnya, jika proyek tersebut dinilai, izin tidak diperlukan.
"Untuk bangunan yang tidak termasuk dalam perencanaan dan lebih dari 7 lantai, izin mendirikan bangunan tetap diperlukan," ujar Bapak Minh, seraya menambahkan bahwa beliau telah menginstruksikan pemerintah daerah untuk melaksanakannya.

Untuk proyek dan pekerjaan yang bersifat khusus, Menteri menyampaikan prosedur perizinan bagi masyarakat harus disederhanakan.
Terkait kualitas proyek, Mendagri menyampaikan, hingga saat ini pengerjaannya sudah bertahap, mulai dari penerimaan setiap item pekerjaan, penerimaan peralihan tahapan, penyelesaian tahapan, penerimaan siap pakai, saat masa garansi habis, hingga penerimaan peralatan.
"Peraturan ini tertuang jelas dalam prosedur penerimaan dan keputusan serta surat edaran industri konstruksi. Selama beberapa tahun terakhir, penerapannya telah dilakukan dengan sangat ketat," ujar Menteri.
Menyinggung sejumlah kejadian terkait mutu konstruksi seperti kasus Jembatan Song Lo yang saat ini tengah diselidiki pihak berwenang untuk mencari tahu penyebabnya, Menko Perekonomian menegaskan, secara hukum, peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini sudah lengkap dan pelaksanaannya dilakukan oleh investor, konsultan, dan pengawas.
Terkait material konstruksi, Menteri mengatakan bahwa industri konstruksi memiliki standar dan regulasi terkait penggunaan material yang memenuhi persyaratan untuk kawasan perkotaan yang hijau, bersih, dan cerdas. Menteri dengan tegas menyatakan bahwa dalam pelaksanaan proyek, perlu dilakukan kajian dan penerapan material tersebut untuk menjamin lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pada sesi diskusi sebelumnya, delegasi Ta Van Ha ( Da Nang ) berharap amandemen undang-undang ini akan membantu mengatasi permasalahan yang telah berlangsung lama, terutama "penyakit" tumpang tindih yang telah berlangsung bertahun-tahun. Bapak Ha menyebutkan situasi investasi proyek, terutama proyek-proyek kunci, yang harus disesuaikan berkali-kali, sehingga memperpanjang waktu, yang mengakibatkan peningkatan modal dan lambatnya kemajuan.

Terkait perizinan konstruksi, delegasi Ta Van Ha sependapat dengan banyak pihak bahwa prosedur perizinan konstruksi harus dihapuskan secara tegas bagi rakyat dalam banyak kasus. Meskipun masih ada kekhawatiran, menurutnya, perizinan konstruksi bukanlah satu-satunya instrumen pengelolaan negara.
Mengutip ratusan ribu konstruksi yang terjadi di Hanoi setiap tahun, delegasi tersebut mengatakan bahwa jumlah pelanggaran tata tertib konstruksi hanya merupakan persentase yang sangat kecil. Bapak Ha mempertanyakan apakah perizinan benar-benar dapat menyelesaikan pelanggaran tersebut.
"Kami melihat dengan sangat jelas bahwa bahkan dengan adanya perizinan, masih banyak pelanggaran. Jadi, masalahnya ada di tempat lain, bukan pada prosedur perizinan," akunya.
Khawatir penghapusan perizinan akan mempersulit pengelolaan perkotaan, Bapak Ha mengatakan masalah utamanya adalah pengawasan dan penanganan pelanggaran. "Jika kita serius dan serius menanganinya, semuanya akan beres," tegasnya.
Sumber: https://baonghean.vn/bo-truong-xay-dung-noi-ve-dieu-vo-ly-khi-xin-giay-phep-xay-dung-10311452.html






Komentar (0)